Website counter

Jumat, 01 Oktober 2010

Paul si Gurita

Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah." I Samuel 28 : 7

Bacaan : I Samuel 28 : 4 – 25

Nama Paul, sebuah gurita mendadak menjadi buah bibir di mana-mana karena ulahnya masuk ke dalam salah satu dari dua kotak yang dipasangi bendera negara-negara yang berlaga di Piala Dunia 2010. Ulah gurita yang secara tak langsung memilih salah satu kotak ini membuat dirinya menjadi gurita tukang ramal kelas dunia. Entah kebetulan atau memang takdirnya menjadi peramal, setiap negara dalam kotak yang di masukinya pasti menang dalam pertandingan. Paul hanya melakukan satu kali kesalahan ketika salah satu negara yang di dukungnya kalah dalam Piala Eropa. Memang kelihatannya menyenangkan melihat ulah gurita unik ini, namun sesungguhnya kemenangan tim sepak bola tiap-tiap negara tergantung dari bagaimana mereka berjuang menjadi juara kelas dunia. Aroma klenik dan perdukunan memang santer di pertandingan besar sehingga tak heran gurita pun menjadi beken hanya karena kebetulan selalu berhasil "memenangkan" negara dalam kotak yang dimasukinya.

Ramalan, klenik, perdukunan dan sejenisnya sesungguhnya sudah ada sejak jaman dahulu. Alkitab mencatat Raja Saul pun menggunakan ramalan untuk meramal nasibnya karena putus asa dan ketakutan. Kita tahu endingnya bahwa Saul akhirnya bertemu dengan "roh Samuel" yang berkata Saul dan anak-anaknya besok akan mati. Saul sangat ketakutan mendengar hal itu sehingga ia rebah ke tanah. Ramalan itu menjadi kenyataan karena Saul begitu mempercayainya, Saul mati bukan karena berperang melawan musuh dengan gagah perwira, namun mati dengan cara pengecut yaitu bunuh diri.

Sebagai orang Kristiani, mari belajar dari pengalaman Saul. Ramalan bukanlah suatu jalan keluar dari masalah kita. Dengan percaya ramalan, tanpa sadar kita tidak lagi menyerahkan hidup kita ke dalam tangan kuasa Tuhan, namun menyerahkan masa depan kita kepada iblis. Kita tidak diberi hak oleh Tuhan untuk mengetahui hari esok. Yang harus kita lakukan adalah bekerja sebaik mungkin dalam bidang yang kita tekuni dan setia mengikut Tuhan. Tuhan ingin kita percaya Dia bisa memberikan hari esok yang penuh harapan bukan percaya pada ramalan yang tidak jelas asal – usulnya. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar