Website counter

Selasa, 30 November 2010

Menjadi Teladan


Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. I Timotius 4 : 12

Bacaan : II Tesalonika 3 : 1 – 15

"Jangan coba-coba memakai helm kupluk di Kota Purwokerto, pasti ditilang!" Berita inilah yang saya dengar saat berjalan-jalan ke Purwokerto, kota dekat tempat kelahiran saya. Dalam satu dasawarsa terakhir, pihak Kepolisian Purwokerto dengan sangat tegas melarang penggunaan helm kupluk atau helm tidak standar. Walaupun kriteria helm standar masih menjadi perdebatan, di lapangan atau tepatnya di jalan-jalan Purwokerto hampir-hampir tak di temui pengendara sepeda motor hanya mengenakan helm kupluk, helm batok atau helm proyek. Para pedagang helm di Purwokerto pun tak mau menjual helm yang tidak sesuai standar. Walaupun di kota-kota besar penggunaan helm tidak standar masih sering terjadi, namun Purwokerto yang hanya sebuah kota kecil di Propinsi Jawa Tengah menjadi teladan yang baik untuk penegakan hukum dan kesadaran masyarakat.

Menjadi seorang pengikut dalam suatu gereja, suatu perusahaan, atau suatu peraturan yang dibuat pemerintah memang baik. Namun sudahkah kita sendiri menjadi teladan dari sesuatu yang kita ikuti? Kalau sampai hari ini banyak orang cepat kaya dan bisa happy-happy karena korupsi, sebagai anak Tuhan sudahkah kita memberikan teladan dengan menjadi kaya dengan cara jujur? Saat rekan-rekan kerja kita begitu mudah berbohong dalam berbisnis untuk mendapatkan "penghasilan tambahan", sebagai anak Tuhan mampukah kita menjadi pekerja yang jujur? Saat selingkuh dan kawin siri menjadi tren, mampukah kita menjadi pasangan yang setia dalam suka dan duka? Saat Tuhan sepertinya tak memberkati hidup Anda, mampukah Anda tetap mengucap syukur saat orang lain begitu mudahnya menggerutu?

Kita adalah garam dan terang dunia. Salah satu cara menjadi garam atau terang dunia ialah menjadi teladan yang baik bagi orang disekitar kita. Walaupun kontribusi Anda sangat kecil dan kelihatan tak begitu berharga sama seperti garam, namun teladan Anda setidaknya membuat dunia jauh lebih baik. Jangan jemu-jemu memberikan teladan baik kepada semua orang. • Richard T.G.R

Bloko Suto


Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya. Amsal 16 : 17

Bacaan : Amsal 11 : 11

Beberapa waktu yang lalu saya mencetak spanduk di sebuah percetakan di Jalan Pandanaran, Semarang. Setelah mendesain gambar dan membayar ongkos cetak, saya pulang. Namun saat tiba di rumah dan merogoh kantong celana, saya baru sadar bahwa sebuah amplop yang berisi uang sekitar lima ratus ribu rupiah raib tak tahu ke mana. Saya kebingungan setengah mati karena jumlah itu besar bagi saya. Dalam kebingungan, saya berusaha menenangkan diri dan mengingat kembali kapan terakhir kali amplop itu saya pegang. Saya akhirnya ingat amplop itu terakhir masih ada dikantong celana saat di percetakan itu. Dengan harap-harap cemas saya menelepon percetakan dan menjelaskan mengenai kehilangan amplop itu. Puji Tuhan, pihak costumer service (CS) berkata bahwa amplop itu memang ada dan ditemukan oleh security percetakan, saya bisa mengambilnya besok karena waktu itu sudah malam. Saya sangat berterima kasih dan bersyukur karena masih ada orang jujur di tengah jaman yang susah seperti sekarang. Saat mengambil amplop itu, saya menitipkan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih kepada bagian CS untuk diberikan kepada security yang bersangkutan. Mungkin pembaca penasaran apa nama percetakan itu. Percetakan itu bernama PrintWord yang cukup terkenal di Kota Semarang.

Bloko Suto adalah istilah Bahasa Jawa yang berarti blak-blakan atau jujur. Karena semakin sedikit orang berlaku jujur sekarang ini, maka tak heran sebagian kita merasa takjub dan memberikan apresiasi tinggi kepada orang yang terkenal jujur dan tanpa ragu-ragu kita merekomendasikannya kepada umum sama seperti yang saya lakukan. Namun pertanyaannya sekarang, apakah kita sudah menjadi pribadi yang bloko suto? Apakah setiap ucapan dan janji yang kita berikan dapat di percaya orang lain dan mereka tanpa ragu menjalin kerjasama dengan kita atau merekomendasikan nama kita? Apakah kita mengembalikan sejumlah uang dalam dompet yang bukan milik kita, saat tanpa sengaja kita menemukannya dan saat itu kita sebetulnya sangat membutuhkan uang? Bloko suto yang sejati hanya akan tampak saat hanya kita sendiri dan Tuhan yang tahu perbuatan kita, sama seperti yang dialami security PrintWord. Mari kita menjadi anak Tuhan yang bloko suto sehingga nama Tuhan, nama tempat kerja, nama keluarga dan nama kita sendiri dihormati. • Richard T.G.R

Supersales Person


Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Matius 25 : 15

Bacaan : Matius 25 : 14 – 30

Orang Singapura terkenal kreatif mengelola berbagai komoditas untuk dijual. Walaupun negaranya kecil, dikepung hutan beton dan pusat perdagangan, orang Singapura tak kurang akal untuk menjual sesuatu yang terkesan tidak lazim namun bermutu. Di Underwater World, SeaWorld-nya Singapura di Pulau Sentosa, ada layanan refleksiologi ikan. Ahli refleksiologi akan memijat kaki pengunjung sesudah kulit mati di sekitar kaki dibersihkan oleh ikan. Pengunjung pertama-tama merendam kakinya di kolam berisi ikan Turkish dari jenis Garra rufa. Ikan ini sejenis ikan sapu-sapu yang gemar memakan kulit-kulit mati, ganggang, dan lumut. Mereka akan membersihkan kulit mati di kaki pengunjung. Setelah itu pengunjung menjalani pemijatan di kaki. Biaya untuk mendapatkan layanan ini berkisar Sin $ 35 untuk layanan selama 40 menit.

Keluarga yang Dikasihi Tuhan, kalau Singapura yang negara kecil saja begitu cerdik mengelola berbagai peluang yang ada, bagaimana dengan kita? Kita hidup di negara yang besar dan sangat kaya dalam hal sumber daya alam. Tongkat kayu kalau ditaman saja bisa tumbuh, kata koes plus. Namun pertanyaannya, maukah kita menyingsingkan lengan baju untuk memaksimalkan talenta kita dengan menggunakan segala peluang dan sumber daya yang tersedia disekitar kita? Sampai hari ini kita lihat kemiskinan ada dimana-mana di berbagai wilayah Indonesia dan hanya sedikit orang yang berhasil hidup sejahtera. Hal ini bisa terjadi karena banyak orang tidak mampu memanfaatkan sumber daya alam dan justru merusaknya. Hati kita sedih saat mendengar pemerintah terpaksa membeli kedelai dan garam dari luar negeri padahal tanah Indonesia sangat luas plus subur dan memiliki lautan dimana-mana.

Keluarga yang Dikasihi Tuhan, sebagai orang Kristen mari kita sama-sama membangun Indonesia. Mari kita contoh dua orang yang dipercaya memegang lima talenta dan dua talenta. Kita kembangkan dan maksimalkan apapun dan berapapun talenta yang Tuhan berikan untuk kesejahteraan diri kita sendiri, kesejahteraan keluarga kita, kesejahteraan kota kita dan kesejahteraan bangsa Indonesia. • Richard T.G.R

Kasih


Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3 : 16

Bacaan : Yohanes 3 : 1 – 21

Ketika menjelang hari raya Lebaran bulan September kemarin, beberapa tempat penitipan hewan di Kota Jakarta penuh dipesan. Para pemilik anjing atau kucing yang mudik pulang kampung menitipkan hewan-hewan kesayangannya agar dirawat dan diberi makan karena mereka mengasihinya sehingga tak merasa sayang merogoh kocek lumayan mahal. Perlu kita ketahui, harga sewa kandang kucing VIP berukuran 90 x 90 x 90 meter kubik adalah Rp 75.000 ribu per hari. Bila ingin agak murah, ada kandang kecil berukuran 60 x 40 x 40 meter kubik yang disewakan Rp 51.500 per hari. Untuk anjing kecil, biaya penitipan Rp 51.500 per hari, sedangkan anjing ukuran sedang biayanya Rp 67.000 per hari. Pengelola juga menyediakan makanan standar yang bisa diberikan untuk hewan yang dititipkan, dengan biaya Rp 10.000 per hari untuk kucing dan Rp 15.000 – Rp 20.000 per hari untuk anjing. Selama menginap, para anjing dan kucing istimewa ini tidak dibiarkan di kandang saja. Setiap hari, kucing-kucing diberi kesempatan beraktifitas di ruangan selama dua hingga tiga jam sehari. Sementara anjing akan dibawa bermain di taman. (Sumber : Harian Kompas, 2 September 2010).

Kalau sebagian kita begitu mengasihi hewan peliharaan kita dan tak merasa sayang mengeluarkan uang yang tak sedikit agar kebutuhan mereka terjamin, bagaimana cara pandang kita akan kasih Tuhan? Di mata Tuhan, Anda dan saya sangat jauh lebih berharga dibanding seekor kucing atau anjing peliharaan kita, namun mengapa kadang kita meragukan kasih Tuhan? Banyak orang Kristen hari ini begitu mudah lemah rohani saat Tuhan ijinkan satu masalah datang. Banyak orang Kristen hari ini begitu mudah mundur dari Kekristenan karena tidak tahan mengikut Tuhan dan memilih jalan pintas untuk meraih kekayaan dan kehormatan. Di momen Natal ini, kita diingatkan kembali bahwa kasih sayang Tuhan tak pernah pudar di makan waktu. Dua ribu tahun lalu Tuhan rela membiarkan anak-Nya lahir untuk menebus dosa manusia, dan penebusan itu masih berlaku sampai hari ini kepada kita. Kasih Tuhan selalu terjadi setiap hari seperti udara yang kita nikmati, sinar matahari yang memberikan kehidupan, pekerjaan yang memberikan kita nafkah, janji keselamatan dan banyak lagi. Mari kita balas kasih Tuhan dengan mengasihi orang-orang disekitar kita dengan tulus dan mengutamakan Tuhan diatas segala-galanya. Selamat hari Natal. • Richard T.G.R

Seratus Rupiah


Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Lukas 19 : 10

Bacaan : Lukas 19 : 1 – 10

Saya memiliki kebiasaan suka memungut koin yang tak sengaja saya temukan di jalan. Sangat sering saya menemukan dan memungut koin seratus rupiah dan jarang sekali mendapat koin lima ratus rupiah. Pernah ada seorang teman tertawa sinis ketika mendadak saya berhenti ketika berjalan bersamanya untuk memungut koin seratus rupiah di parkiran sebuah toko buku. Mengapa banyak orang enggan dan tak sudi memungut seratus rupiah yang kadangkala dekil dan kotor, namun begitu semangat memungut koin lima ratus atau seribu rupiah? Karena seratus rupiah dianggap sangat remeh ditengah segala mahalnya harga barang-barang yang ada sekarang ini. Uang seratus rupiah seperti tak ada artinya dan tak bisa di belikan barang apapun walaupun memiliki nilai.

Uang seratus rupiah memang remeh, namun hanya gara-gara seratus rupiah kita yang bekerja dibagian administrasi kalang kabut mencari selisih dalam perhitungan rugi laba. Hanya gara-gara selisih seratus, bagian keuangan kadang harus sampai lembur mencari dibagian mana yang salah. Uang seratus tetaplah bernilai karena para pengamen dan anak jalanan bisa bertahan hidup dari koin-koin seratus yang mereka kumpulkan. Banyak diantara kita mengalami nasib seperti koin seratus rupiah yang diremehkan dan enggan dipungut orang. Hal ini bisa terjadi karena kita memiliki cacat fisik, kita kurang cerdas secara intelektual, miskin, memiliki wajah kurang enak dipandang atau pendidikan kita rendah seperti hanya tamatan SMP atau SMA. Banyak orang menganggap remeh hidup kita dan celakanya dunia kerja juga kadang menolak kita. Hidup kita seakan-akan dianggap tidak ada karena memiliki kekurangan yang sangat mencolok.

Kalau diri Anda diabaikan, diremehkan, dihina bahkan selalu disakiti karena orang-orang memandang Anda tidak berharga, ingatlah Tuhan sangat menghargai Anda. Manusia boleh merendahkan Anda, namun Tuhan menganggap Anda berharga. Tuhan dengan jelas mengatakan Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, dalam prakteknya Tuhan mengasihi Zakheus yang sangat di benci bangsanya sendiri. Tetaplah semangat menjalani kehidupan dan praktekkan firman Tuhan maka hidup Anda akan diubah Tuhan menjadi berarti. • Richard T.G.R

Tetap Tenang


Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya. Amsal 17 : 28

Bacaan : II Raja-raja 6 : 8 – 23

Ada satu pelajaran menarik ketika saya menonton pertandingan sepak bola Piala Dunia antara Belanda melawan Brazil di Afrika Selatan pada tanggal 7 Juli 2010. Brazil yang dijagokan banyak pihak, begitu dominan di babak pertama. Dengan pertahanan yang solid dan serangan balik mematikan, tim Brazil berhasil mencetak gol satu kali. Di babak pertama tim Brazil menang 1 – 0 karena harmoni masih ada dan terpelihara. Memasuki babak kedua, suasana berubah. Para pemain Belanda yang gelagapan di babak pertama, kini menjadi lincah dan penuh jebakan. Para pemain Belanda yang biasanya mudah terpancing emosi justru mampu mengontrol emosi. Sebaliknya, para pemain Brazil yang biasanya tenang dan gembira, justru terpancing emosinya dan menjadi pemarah. Akhirnya pertandingan berakhir, Belanda berhasil mengalahkan Brazil dengan skor 2 – 1.

Timnas Brazil kalah bukan karena mereka bodoh atau tim-nya payah, namun karena mereka tidak tenang menghadapi situasi yang panas. Sekarang kembali ke diri kita masing-masing, apakah kita termasuk orang yang gampang panik atau tetap tenang di tengah situasi yang paling panas sekalipun? Semua kita pasti pernah dan selalu akan berhadapan dengan beberapa situasi yang sulit. Reaksi kebanyakan orang saat keadaan tidak berjalan lancar dan muncul kendala di sana sini adalah panik dan kehilangan akal. Padahal kalau kita panik, masalah bukannya selesai justru melebar ke mana-mana. Kita bukannya fokus pada solusi, namun fokus pada masalah. Tindakan paling tepat saat masalah datang adalah diam sejenak dan menenangkan diri plus tak buru-buru mengambil keputusan. Belanda berhasil membalik kedudukan dari looser menjadi winner karena mereka tetap tenang dan fokus pada solusi. Elisa berhasil menangkap ribuan tentara Aram yang hendak membinasakannya, karena tetap tenang dan percaya kepada Tuhan. Belajar dari kemenangan Elisa dan tim sepak bola Belanda, mari kita menjadi pribadi yang tetap tenang dan fokus pada solusi sehingga kita berhasil menyelesaikan segala masalah seberat apapun. • Richard T.G.R

Bertumbuh dalam Kristus


Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Markus 1 : 17

Bacaan : Markus 1 : 16 – 20

Marilah kita berandai-andai sejenak bahwa diri kita ingin menjadi pelaut yang hebat. Kita mendatangi kapten sebuah kapal penangkap ikan dan meminta kepadanya untuk mengajari kita menjadi pelaut hebat, karena kita sama sekali tidak tahu ilmu pelayaran, apalagi cara menangkap ikan. Kalau sang kapten menerima, tentu dia tak mungkin langsung memberikan kita tugas-tugas yang berat seperti mengemudikan kapal atau menentukan arah mata angin. Kita akan diberikan tugas-tugas yang kelihatan sepele, namun efeknya besar. Kita paling di suruh membersihkan geladak kapal atau menyiapkan minuman dan makanan untuk para ABK kapal. Sambil mengerjakan pekerjaan sepele itu, sang kapten tentu berharap kita memperhatikan apa yang dirinya dan para ABK kapal lakukan. Perlahan tapi pasti, kita akan diberikan tugas yang makin lama makin menuntut tanggung jawab dan besar resikonya.

Segala sesuatu yang besar dan hebat pasti berawal dari hal-hal kecil termasuk menjadi murid Yesus. Waktu pertama kali Anda menjadi Kristen, Tuhan tidak mungkin akan menuntut Anda langsung menjadi pengkhotbah atau menjadi song leader saat kebaktian. Tuhan hanya berkata "mari, ikutlah Aku" sama seperti waktu Ia memanggil murid-murid yang pertama. Tuhan hanya akan meminta Anda melakukan perkara-perkara sepele seperti tepat waktu datang ibadah, rutin saat teduh dan doa atau belajar mengucapkan terima kasih kepada pendeta yang sudah berkhotbah. Sederhana bukan? Namun, Tuhan tentu tak mau Anda dan saya hanya terus melakukan perkara-perkara sepele itu sepanjang hidup kita menjadi Kristen. Tuhan ingin rohani dan tindakan kita dalam mengikut-Nya juga bertumbuh. Tuhan akan menuntut kita melayani Dia dengan talenta yang kita punya, berani menginjil kepada orang yang belum mengenal Kristus atau berani mengatakan kebenaran Kristus di tengah lingkungan kerja dan masyarakat.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, kita dikatakan bertumbuh di dalam Kristus kalau kerohanian kita semakin berkualitas bukan hanya berkutat di hal-hal sepele. Tuhan pun sangat ingin kita bisa seperti murid-murid-Nya yang pertama, yang bertumbuh dan di akhir hidupnya mereka sangat memberikan inspirasi dalam Kekristenan. Sudahkah Anda bertumbuh di dalam Kristus? • Richard T.G.R

Punya Prinsip


Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Kisah Para Rasul 8 : 20

Bacaan : Kisah Para Rasul 8 : 9 – 25

Dr. Daoed Joesoef (84) menolak anugrah penghargaan Achmad Bakrie 2010 pada bulan Juli lalu. Apa alasan beliau menolak kehormatan itu? Beliau berkata bahwa rasa kemanusiaannya terusik kasus Lumpur Sidoarjo yang berlarut-larut penanganannya dan pihak Bakrie tak peduli dengan hal ini. "Bukan sekali ini saya menyatakan penolakan dalam kasus Lumpur Lapindo. Tidak lewat kata-kata, tetapi lewat lukisan. Dua tahun lalu saya melukis semburan Lumpur Lapindo. Lukisan dibeli Soegeng Sarjadi Syndicate. Orang yang menerima selalu dibawah yang memberi, dan saya tidak mau yang memberi itu berlumpur," katanya kepada media ketika di wawancarai.

Punya prinsip, itulah pelajaran yang beliau berikan pada kita semua. Hari ini sebagai seorang Kristen, apakah kita memegang teguh prinsip Alkitab walaupun banyak godaan? Apakah Anda tetap setia bekerja dengan gaji cukup sedangkan rekan-rekan sekerja Anda ramai-ramai korupsi sehingga mereka cepat kaya? Apakah Anda tetap setia hidup jujur walaupun miskin sedangkan tetangga disekitar Anda begitu mudah berbohong dan melakukan tipu-tipu halus sehingga hidup mereka makmur? Apakah Anda tetap setia mengasihi orang-orang yang menjelek-njelekan ketekunan Anda beribadah? Apakah Anda tetap berusaha mengampuni orang-orang yang menyakiti Anda sekalipun mereka terus-menerus membuat Anda terluka? Apakah Anda tetap setia memikul salib walaupun dunia menawarkan kenikmatan sesaat?

Semakin sedikit orang yang punya prinsip di dunia ini, dan semoga salah satu orang itu adalah Anda. Jangan pernah menyerah sehebat apapun dunia menekan Anda untuk meninggalkan Yesus dan tetaplah setia mengikut Tuhan dalam suka dan duka walaupun dunia mengiming-imingi Anda dengan uang, harta, atau kenyamanan hidup. Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat (Markus 13 : 13). • Richard T.G.R

Search Anda Rescue


Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Lukas 19 : 10

Bacaan : Lukas 19 : 1 – 10

Sebanyak 33 pekerja tambang ditemukan selamat setelah terjebak 17 hari dalam tambang emas dan tembaga yang runtuh di Kota Copiapo, Cile, Minggu, 22 Agustus 2010. Warga Cile bergembira setelah tim penyelamat yang mengebor dinding batu sejauh 688 meter berhasil mencapai posisi para korban. Para penambang mengikatkan tulisan berisi pesan di ujung mesin bor yang menyatakan, "Kami sebanyak 33 orang dalam keadaan selamat di tempat perlindungan." Kini tim penyelamat berusaha menjaga kesehatan mental para penambang agar tidak mengalami gangguan kejiwaan. Sebelumnya, keluarga korban, teman dan tim penyelamat sudah mulai putus asa karena tidak kunjung mendapat kabar mengenai korban yang terperangkap. Tim penyelamat mengirim kapsul berisi makanan, air dan oksigen melalui lubang dari dinding yang mereka bor. Untuk menggali lubang yang cukup besar demi menggeluarkan para korban, tim penyelamat butuh waktu kurang lebih empat bulan. Namun dengan penuh semangat dan dedikasi mereka tetap melakukannya walau memakan waktu yang lama.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, sebagai orang Kristen, Tuhan ingin Anda dan saya menjadi seperti tim penyelamat yang mencari dan menyelamatkan orang-orang yang belum percaya Yesus dan masih menikmati hidup dalam dosa. Memang tak mudah mengajak orang bertobat dan mengenal Tuhan. Kita kadang merasa putus asa dan butuh waktu yang sangat lama untuk menyelamatkan satu jiwa. Tetapi jangan pernah menyerah. Para tim penyelamat Cile maupun tim penyelamat di seluruh dunia pun tak pernah mengenal kata menyerah untuk mencari dan menyelamatkan korban kecelakaan baik di darat, di laut, maupun di dalam tambang. Mereka akan tetap mencari sekalipun para korban di temukan mati. Belajar dari tim penyelamat, mari kita menjadi tim penyelamatnya Tuhan yang tak jemu-jemu mengajak sebanyak mungkin orang mengenal Tuhan. Tantangan akan selalu ada seperti rasa takut, malas, putus asa, mengalami penolakan, di cap radikal, dan lain-lain, namun Yesus pun mengalami hal yang sama. Sebagai murid-murid-Nya mari kita meneladani apa yang Tuhan Yesus lakukan yaitu mencari dan menyelamatkan jiwa yang hilang. • Richard T.G.R

* Tulisan ini dimuat di RHK Aletea – November 2010

Manusia Landak


Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. I Yohanes 4 : 20

Bacaan : I Yohanes 4 : 7 – 21

Ketika berlibur ke Pantai Pangandaran, Jawa Barat, saya dan beberapa sahabat berjalan-jalan ke hutan lindung dan masuk gua-gua alam yang ada disana. Nah, dalam salah satu gua tanpa sengaja saya bertemu seekor landak yang perlahan-lahan mendekat. Saya mengamatinya dengan waspada dan buru-buru minggir membiarkan sang landak lewat. Saya takut dan menjauh karena melihat duri-duri ditubuhnya yang sangat tajam dan bisa membuat saya terluka dalam sekejab mata. Landak adalah binatang penyendiri karena tak ada satupun hewan yang mau berteman dengannya. Namun menurut pemandu wisata di Pangandaran, landak tidak selalu sendirian. Antara bulan November dan Desember, landak-landak akan saling bertemu untuk kawin. Selama masa kawin mereka menidurkan duri-duri mereka, dan setelah musim kawin berlalu mereka kembali menegakkan duri.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, apapun denominasi gereja kita dan di gereja manapun, pasti akan kita temui satu atau dua jemaat yang menjengkelkan dan membuat kita tak nyaman. Jemaat bermasalah ini bisa di katakan "manusia landak" karena mereka akan menyerang kita dengan kesombongan, kata-kata kasar, kritik-kritik pedas, kekerasan secara fisik, ataupun tingkah laku menjengkelkan yang mereka miliki. Karena kita enggan dan tak sudi disakiti, tanpa sadar kebanyakan kita akan menghindar dan secara tak langsung mengucilkannya. Biar kapok dan jera! Mungkin itu alasan kita dan alasan itu cukup logis. Namun, Tuhan tentu punya rencana mengijinkan setiap gereja memiliki jemaat bermasalah ini. Tuhan ingin Anda dan saya belajar mengasihi orang-orang yang menyakiti kita.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, firman Tuhan berkata dengan jelas bahwa kalau kita tak mampu mengasihi yang kelihatan, kita tak mungkin bisa mengasihi Allah yang tak kelihatan. Hari ini mari kita diam sejenak dan introspeksi diri apakah kita mengucilkan "manusia landak" di sekitar kita dan tak mau mengasihinya? Allah adalah kasih, dan barangsiapa mengasihi Allah, ia juga harus mengasihi sesamanya.• Richard T.G.R

* Tulisan ini dimuat di RHK Aletea – November 2010

Daya Tahan


Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah. Matius 26 : 41

Bacaan : Matius 26 : 36 – 46

Ketika musim penghujan tiba penyakit flu merajalela. Kalau satu rekan kerja kita terkena flu, maka bisa dipastikan hampir seluruh karyawan dalam kantor itu akan tertular dalam waktu singkat. Nah, supaya kita tidak tertular flu karena daya tahan tubuh kuat, setidaknya ada beberapa kebiasaan yang perlu kita lakukan. Lakukanlah olahraga secara teratur, menerapkan gaya hidup sehat dan perbanyaklah mengkonsumsi vitamin C dan Zinc supaya daya tahan tubuh tetap terjaga. Vitamin C adalah salah satu vitamin yang menunjang daya tahan tubuh sedangkan zinc adalah zat mineral yang mempunyai peran penting dalam tubuh kita karena membantu mempercepat proses penyembuhan luka, pembentukan darah merah serta proses metabolisme tubuh. Untuk memperoleh vitamin C, kita bisa mendapatkannya melalui cara yang alami dan murah yaitu dengan rutin mengkonsumsi tomat, jeruk, strawberry, kubis, brokoli atau kembang kol. Sedangkan Zinc bisa kita peroleh dalam gandum, ikan, kerang dan yoghurt.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Kalau secara fisik kita rajin olahraga, menerapkan pola hidup sehat, dan mengkonsumsi makanan agar sehat dan tak mudah sakit, bagaimana kita merawat rohani kita agar tidak naik turun? Sebagian besar orang Kristen menganggap membaca Alkitab dan doa ala kadarnya sudah cukup, namun itu belumlah cukup. Untuk sehat dan kuat secara rohani, kita harus membaca Alkitab, merenungkannya, mempraktekkan apa yang kita baca dalam kehidupan nyata, meluangkan waktu untuk sungguh-sungguh berdoa dan selalu berjaga-jaga agar tidak jatuh dalam pencobaan. Yesus bisa begitu tegar menjalani salib demi keselamatan umat manusia, padahal secara manusia dia berharap cawan itu lalu, karena Yesus sungguh-sungguh berdoa dan patuh akan segala perintah Bapa. Anda pun bisa meneladani Yesus yaitu tetap kuat dalam menghadapi berbagai masalah kalau mau sungguh-sungguh berdoa dan patuh melakukan apapun firman Tuhan. Untuk sehat secara rohani, Anda tak bisa asal-asalan ibadah atau berdoa, namun Anda harus serius menjalani hari demi hari dengan membangun rohani Anda. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, mari terus bangun rohani kita agar senantiasa kuat dan sehat. • Richard T.G.R

* Tulisan ini dimuat di RHK Aletea – November 2010

Korban Atau Pahlawan?


Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan bagi mereka seorang penyelamat yakni Ehud, anak Gera, orang Benyamin, seorang yang kidal. Dengan perantaraannya orang Israel biasa mengirimkan upeti kepada Eglon, raja Moab. Hakim-hakim 3 : 15

Bacaan : Hakim-hakim 3 : 12 – 30

Kalau hari ini Anda atau keluarga Anda terlahir dengan kondisi cacat, memiliki keterbelakangan mental atau tidak mampu beraktifitas normal layaknya orang-orang yang lain, apa yang terpikir dalam benak Anda? Paling tidak ada dua hal yang saling bertentangan akan orang pikirkan kalau mengalami cacat fisik atau keluarganya yang mengalami cacat fisik. Orang menurut versi pertama akan menganggap dirinya korban atas cacat fisik yang dia derita. Dia menganggap bahwa dirinya adalah sosok yang sial, sehingga harus selalu ditolong orang. Dia merasa dirinya tidak berguna, sehingga ujung-ujungnya dia menjadi orang cacat yang tidak produktif dan justru menjadi beban bagi dirinya sendiri dan orang lain. Orang menurut versi kedua akan menganggap dirinya pahlawan atas cacat yang dia miliki. Dia tidak menyerah kalah dengan cacat yang ada dan berusaha hidup normal seperti orang-orang lainnya. Dia berjuang lebih keras dan lebih banyak sehingga cacat fisiknya justru menjadi motivasi buat orang lain dan dirinya menjadi pahlawan bagi banyak orang.

Adakah orang cacat yang bisa menjadi pahlawan? Banyak. Helen Keller, He Ah lee, Beethoven, Thomas Alfa Edison, dan Ucok Baba, adalah contoh orang-orang cacat yang menjadi pahlawan bagi banyak orang. Cacat fisik bukanlah beban, justru menjadi kekuatan yang memberkati dan menginspirasi banyak orang. Keluarga yang dikasihi Tuhan, mari kita belajar menempatkan diri kita bukan sebagai korban atas segala kelemahan atau cacat fisik yang kita miliki, namun menjadikan kelemahan kita sebagai pendorong untuk kita bekerja, berjuang dan bertindak jauh lebih keras daripada orang yang normal. Mengeluh, mengasihani diri sendiri atau menganggap kita adalah korban tak akan mengubah apapun. Mari ubah paradigma kita, maka hidup kitapun akan berubah. Bangsa Israel tak akan bebas dari penjajahan bangsa Moab kalau Ehud yang bertangan kidal tak mau dipakai Tuhan. Hidup kita tak akan memberikan dampak positif kalau kita terus-menerus mengasihani diri sendiri dan menangisi cacat fisik kita. Anda adalah pahlawan Tuhan. • Richard T.G.R

* Tulisan ini dimuat di RHK Aletea – November 2010

Rabu, 24 November 2010

Membiasakan Anak Untuk Menerima Instruksi

Ketika anak bertumbuh besar, peran orangtua untuk mendidik buah hatinya tidak akan pernah lekang dimakan waktu. Nah, memberikan pendidikan moral, bagaimana berperilaku, dan bersosialisasi adalah sebagian dari pengajaran orangtua. Secara sederhana, cara mendidik anak dapat dimulai dengan membiasakan mereka menerima instruksi sederhana dari ayah-ibu. Namun, kenyataan yang terjadi kerap orangtua dibuat frustasi karena anak tidak mau menurut. Bahkan tak jarang, si kecil justru tidak mau mendengar dan langsung melanjutkan permainannya.

Nah, jangan lekas menyerah menghadapi kondisi ini. Sesulit apapun penerimaan buah hati Anda, pada dasarnya mereka dapat diatur, bila dibiasakan sejak kecil. Orang tua pun harus memiliki kesabaran untuk mencapai tujuan tersebut. Karena, dengan bekal ketekunan dan kesabaran, menjadi kunci untuk membiasakan anak menerima instruksi. Niscaya si kecil pun akan mengikuti. Berikut ada empat cara sederhana yang dapat Anda coba:

Pertama, dapatkan perhatian. Ketika hendak memberikan instruksi, sebaiknya jangan berdiri atau duduk kurang dari setengah meter darinya. Kemudian bicaralah dengan suara normal, tenang, dan menyenangkan, jangan bernada ketus dan galak.

Kedua, bicaralah dengan kata-kata yang jelas dan ringkas. Semakin sedikit kata akan lebih baik. jangan berikan instruksi yang terlalu panjang dan banyak karena dia dapat kewalahan dan mudah lupa.

Ketiga, berpikir secara realistis. Berikan instruksi yang Anda tahu dia bisa mengikuti sesuai tahapan umurnya. Contohnya, jangan harap anak umur tiga tahun sudah fasih memakai pakaiannya sendiri dengan baik.

Keempat, berikan pujian. Bila anak berhasil menjalani instruksi yang diberikan, jangan segan memberikan pujian kepadanya. Hal ini akan mendorong dia untuk terbiasa mengikuti instruksi Anda. Selamat mencoba! [AJG]


Sumber : Kompas Klasika | Minggu, 21 November 2010

Be Ms. Right

Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal. Kejadian 24 : 67

Bacaan : Kejadian 24 : 1 – 67

Kemarin kita sudah ulas panjang lebar bahwa Tuhan tidak pernah menyediakan pasangan yang "asal tidak parah-parah amat", sebaliknya Dia selalu memberikan pasangan yang terbaik buat kita. Pertanyaannya, mengapa sampai hari ini Mr. Right atau pria yang tepat sesuai Firman Tuhan itu tidak kunjung muncul juga? Untuk menjawab pertanyaan itu, ada beberapa faktor yang perlu kita evaluasi. Bisa jadi karena memang Tuhan sedang menguji kesabaran kita. Namun bisa juga karena faktor diri kita yang belum siap. Masakan usia di atas 30 tahun kita dikatakan belum siap?

Ingatlah prinsip yang kerap dikemukakan Hukum Tarik Menarik (The Law of Attraction) bahwa hal yang sama akan saling tarik menarik. Pikiran atau perkataan yang negatif akan menarik hal-hal yang negatif juga. Sebaliknya, pikiran dan perkataan yang positif akan menarik hal-hal yang positif juga. Bagaimana kaitannya dengan menemukan pria yang tepat? Maka tidak ada cara lain kecuali kita menjadi wanita yang lebih tepat dulu. Pria yang tepat menurut standar Firman Tuhan sangat jarang tertarik wanita yang "asal tidak parah-parah amat". Pria yang tepat biasanya akan mencari wanita yang tepat juga. Sebaliknya, pria-pria gampangan akan mendapatkan wanita yang gampangan juga. Pikirkan hal ini, pasangan seperti apa yang biasanya didapatkan wanita yang suka menggoda? Tentu saja pria yang suka menggoda juga.

Seperti apa wanita yang tepat itu? Dalam buku laris yang berjudul Finding Mr. Right, Stephen Arterburn memberikan 10 kriteria seperti apa wanita yang tepat itu. Satu, percaya diri karena gambar dirinya sebagai wanita telah dipulihkan. Dua, memiliki sifat tulus. Tiga, bisa menerima keadaan dan selalu bersyukur dalam segala hal. Empat, memiliki kesehatan yang baik. Lima, memiliki komitmen terhadap hal-hal rohani dan sangat etis. Enam, hidup seimbang dan tidak berlebihan. Tujuh, smart atau memiliki keinginan terus belajar. Delapan, wanita yang tepat adalah wanita yang bijak. Sembilan, wanita yang tepat adalah wanita yang suka bermain, menyenangkan, dan rileks. Sepuluh, wanita yang tepat adalah wanita yang aktif baik dalam aktivitas spiritual, sosial, dan fisik. Anda ingin menemukan pria yang tepat? Jadilah wanita yang tepat lebih dulu!*


* Disadur secara utuh dari Renungan Harian Spirit Woman – Sabtu, 30 Oktober 2010

Mr. Right

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Kejadian 2 : 18

Bacaan : Kejadian 2 : 18 – 25

Sebagian wanita merasa frustasi dalam menemukan pria yang tepat untuk pasangan hidupnya. Semakin dia mempertahankan standarnya tentang pria yang ideal menurut kacamata Firman Tuhan, semakin dia merasa bahwa pria jenis ini tidak hanya langka, namun tidak ada. Akibatnya, wanita tersebut mulai menurunkan standar dan mulai kompromi dengan apa yang seharusnya dilarang oleh Firman Tuhan, misalnya menjalin hubungan dengan pria yang tidak seiman, asal pria tersebut baik dan mapan. Apalagi jika kita sudah termakan usia, di atas 30 tahun misalnya, maka tak jarang kita main tabrak saja. Cara berpikir kita jadi simpel, asal kebiasaan buruknya tidak parah-parah amat, masih okelah.

Pertanyaannya, apakah Tuhan menyediakan pria yang "asal tidak parah-parah amat" untuk kita? Tentu saja tidak! Tuhan selalu menyediakan pasangan yang terbaik untuk hidup kita! Yakinlah bahwa Mr. Right atau pria yang tepat benar-benar ada dan Tuhan sudah menyiapkannya untuk kita. tidak mungkin seorang bapa memberikan asal-asalan kepada anaknya, demikian juga dengan Tuhan. Dia adalah Bapa yang baik, tidak mungkin memberikan pasangan yang "asal tidak parah-parah amat" kepada kita. Tentu saja "asal tidak parah-parah amat" yang kita bicarakan di sini bukan mengacu kepada hal-hal yang sifatnya lahiriah, melainkan mengacu pada kepribadian dan hal-hal yang bersifat rohani.

Dewasa ini, cara untuk mendapatkan pasangan makin variatif saja dan makin dipermudah dengan maraknya social network. Mulai dari ajang ketemu jodoh, program-program seperti Take Him Out, perkenalan via facebook, twitter, dan social network yang lain. Mungkin Anda bertanya, apakah mencari pasangan hidup melalui hal-hal tersebut tidak boleh? Tentu saja bukan demikian. Namun ingatlah bahwa Tuhan telah menciptakan Anda sedemikian spesial dan luar biasa, karena itu jangan sampai Anda berburu pasangan hidup sedemikian rupa hingga Anda rela "mendiskon" diri Anda dan merendahkan diri Anda sendiri. Yakinlah bahwa Mr. Right, seorang pria yang tepat, sudah Tuhan sediakan untuk Anda. Yakinlah bahwa Tuhan selalu berikan yang terbaik, bukan yang "asal tidak parah-parah amat" kepada Anda!*


* Disadur secara utuh dari Renungan Harian Spirit Woman – Jumat, 29 Oktober 2010

Mengucap Syukur

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. I Tesalonika 5 : 18

Bacaan : I Tesalonika 5 : 16 – 18

Sekitar 100 warga Dusun Jarak Kidul, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, berkumpul di pekarangan Masjid Al Hidayat, Jrakah, sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi pada hari Rabu, 17 November 2010. Seusai shalat Idul Adha, dengan beralaskan tikar, mereka menggelar kenduri dan berdoa ditemani hidangan seadanya. Menu makan yaitu mie instan, nasi putih, tempe goreng, perkedel, telur, dan kerupuk. Biasanya warga menggunakan menu sayur dari ladang, namun karena erupsi Merapi, menu ala kadarnya pun tak menjadi masalah. Kenduri yang warga lakukan sudah berlangsung sejak 10 tahun terakhir sebagai symbol syukur atas suburnya alam lereng Merapi. Walaupun tahun ini mereka mengalami musibah, namun kenduri tetap dilakukan untuk meminta keselamatan dan mengucap syukur karena Tuhan masih mengijinkan mereka hidup. Salah seorang warga bernama Sarji, mengaku bersyukur masih bisa merayakan Idul Adha bersama keluarga dan akhirnya bisa pulang dari pengungsian. Walaupun Merapi baru saja membuat warga Dusun Jarak Kidul terpaksa mengungsi, gelak tawa dan senyum mengembang saat menyantap hidangan yang ada, menunjukkan mereka tetap bersukacita.

Dari saudara-saudara kita yang Muslim, mari kita belajar mengucap syukur. Kalau mereka ditengah segala kesusahan saja tetap mampu mengucap syukur, optimis menjalani hidup dan tetap bisa tertawa di tengah kendurian yang terbilang sangat sederhana, bagaimana dengan kita? Apakah karena omzet penjualan yang sepi, kita tidak mampu lagi mengucap syukur? Apakah karena bencana alam yang membuat kita kehilangan harta benda, kita tidak mampu lagi melihat kebaikan Tuhan dan berterima kasih? Apakah karena cinta di tolak pujaan hati, kita marah kepada Tuhan? Sukacita yang sejati hanya nampak saat penderitaan muncul. Sudah hal yang lumrah kita tetap bisa tertawa dan tersenyum saat keadaan baik-baik saja, namun menjadi luar biasa dan menjadi inspirasi bagi orang lain saat kita bersukacita di tengah malapetaka. Teladan tentang bersukacita di berikan Paulus, karena saat dia mengajarkan kepada kita semua untuk bersukacita dalam segala keadaan, Paulus berada dalam posisi yang sangat tidak nyaman. Dirinya sedang mendekam dalam penjara. Cobalah bayangkan keadaan penjara di abad pertama. Kamarnya remang-remang, lembab dan penuh tikus, kaki Paulus di pasung, makan dan minum hanya dikirim satu kali sehari. Mungkin saja Paulus juga dipukuli para sipir penjara atau sesama tahanan. Di tengah segala derita itu, Paulus bisa menulis surat yang menantang para jemaat di Tesalonika untuk bersukacita. Paulus membuktikan bahwa tulisan dan perbuatannya itu selaras.

Paulus membuktikan dirinya mampu bersukacita dalam segala keadaan, kini giliran Anda. Sebagai orang yang mengaku Kristen, tunjukkan Anda tetap bisa bersukacita dalam segala keadaan. Jangan cemberut atau marah-marah hanya karena keadaan tidak sesuai dengan apa yang Anda inginkan atau Anda sedang menderita. Tetaplah optimis di tengah penderitaan dan bersukacitalah. Karena dengan bersukacita, sebuah masalah yang besar akan mengecil dan tuntas plus kita tetap bisa melihat kebaikan-kebaikan Tuhan. • Richard T.G.R

Kamis, 18 November 2010

Kualitas

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Efesus 2 : 10

Bacaan : Efesus 2 : 1 – 10

Beberapa hari yang lalu saya bertanya kepada beberapa teman yang tahu banyak tentang komputer masalah laptop. Saya ingin membeli laptop baru untuk menunjang pekerjaan saya, namun saya sama sekali tidak tahu kualitas laptop-laptop yang beredar di pasaran. Mereka lalu menganjurkan merek ini dan itu, lengkap dengan komponen-komponen yang ada didalamnya plus harga. Ketika saya menanyakan satu merek laptop, mereka menganjurkan kepada saya untuk tidak membelinya. Kualitasnya jelek karena buatan dalam negeri, itulah alasan mereka. Di satu sisi saya berterima kasih kepada mereka karena memberitahu laptop yang cocok untuk saya beli. Di sisi lain saya sedih karena kebanyakan konsumen, bahkan termasuk penjualannya tidak percaya produk buatan Indonesia itu baik. rata-rata kita pun merasa lebih aman dan percaya diri menggunakan produk luar negeri daripada produk dalam negeri. Padahal, tak semua barang buatan dalam negeri itu jelek. Salah satunya sandal Cibaduyut yang saya pakai tetap awet walaupun selama setahun dan hampir setiap hari saya pakai. Harganya pun cukup murah yaitu hanya Rp 29.000, yang saya beli di Bundaran Simpang Lima Semarang.

Kualitas, itulah yang orang akan pertama kali tanyakan saat membeli sesuatu, apalagi kalau barang itu mahal. Kita biasanya kapok membeli suatu barang jika kualitasnya jelek. Kita selalu membeli barang tertentu walaupun mahal karena kualitasnya bagus, apalagi kalau ada garansi. Bicara masalah kualitas, sebagai seorang Kristen, seberapa banggakah Anda terhadap diri sendiri? Bangga di sini bukan bicara kesombongan, namun seperti apa Anda menilai diri sendiri. Harus mau kita akui, kebanyakan orang Kristen memandang rendah dirinya sendiri. Mereka merasa aku ini nggak bisa apa-apa. Aku ini cuma karyawan kecil yang hanya bisa nurut sama perintah bos. Aku ini anak orang nggak punya. Kita minder, kita merasa tak berarti, kita merasa tak bisa menghasilkan sesuatu untuk kemuliaan Tuhan. Kita mengamini saja bahwa sebagai orang Kristen hidup kita memang harus miskin dan menderita karena setia kepada Tuhan.

Memang benar bahwa menjadi Kristen kita harus siap pikul salib, yang salah satunya hidup miskin karena tak mau korupsi dan menderita karena berani menceritakan kebenaran firman Tuhan. Tetapi itu bukan alasan untuk kita rendah diri dan pasrah saja dengan nasib kita. Tuhan menciptakan kita untuk satu pekerjaan baik, bukan untuk menderita dan menjadi bahan hinaan. Tak ada satupun produk gagal yang diciptakan Tuhan, termasuk Anda. Anda dan saya adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa. Melalui hidup Anda akan banyak perkara besar terjadi ketika Anda memandang diri Anda sendiri dengan nilai yang mahal. Pandanglah diri Anda sendiri secara positif. Jangan biarkan dunia melecehkan Anda karena setia menjadi murid Yesus, tetapi buktikan pada dunia bahwa Anda adalah orang Kristen dengan kualitas terbaik. Anda bisa melakukan dan menyelesaikan pekerjaan terbaik dalam bidang apapun yang Anda tekuni saat ini. Bekerjalah dengan hasil yang terbaik dan pantang menyerah sehingga dunia melihat Anda sebagai seorang Kristen yang berkualitas tinggi. • Richard

Crossing Over

Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. II Korintus 11 : 30

Bacaan : II Korintus 11 :7 – 33

Ketika membaca Sejarah Negara Indonesia, akan kita temukan fakta bahwa selama ratusan tahun Indonesia di jajah bangsa asing seperti Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Bangsa kita akhirnya merdeka, bukan karena pemberian Jepang atau sekutu, namun karena ada beberapa anak muda seperti Sukarno, Tan Malaka, Syahrir, Sutomo dan Hatta yang berani melakukan tindakan. Saat mereka menyatukan tekad dan mulai mengatur langkah-langkah untuk merdeka, perjuangan mereka harus melalui jalan terjal. Menjadi narapidana dan terancam hukuman mati sudah menjadi hal biasa. Namun mereka pantang mundur dan menyebrang terus untuk bisa merdeka. Sekalipun Jepang dengan kejam menindas bangsa Indonesia, Belanda dengan agresi militer I dan II berusaha merebut kembali Indonesia, para tokoh-tokoh ini tetap berjuang sehingga sampai hari ini kita bisa mengenyam kemerdekaan dan terus membangun.

Apakah hari ini Anda merasa keadaan selalu sama? Anda merasa hidup kok rasanya membosankan, berat, penuh penderitaan, dan pekerjaan yang Anda tekuni tidak memberikan hasil yang cukup. Anda merasa diri Anda tidak nyaman namun jalan keluar seperti tak ada. Banyak orang mengalami kejadian seperti Anda. Mereka ingin bebas dan mewujudkan impian, namun apa daya beraneka macam rintangan menghadang. Apakah ini berarti Anda hanya bisa diam, merenungi nasib dan terpaksa terus menderita? Tidak, Anda harus berani menyebrang dan melakukan perubahan. Einstein pernah berkata bahwa perbedaan antara orang gila dan orang waras hanya sedikit. Orang gila adalah orang yang ingin mendapatkan hasil yang berbeda namun selalu berusaha mendapatkannya dengan cara yang sama. Orang yang waras adalah orang yang menginginkan sesuatu yang berbeda dengan selalu melakukan hal berbeda yang semakin lebih baik. Anda hari ini mengaku Kristen, Anda akan sangat tersinggung bila saya katakan Anda orang tidak beriman, namun kenapa Anda tidak berani melakukan perubahan? Pengalaman menyebrang memang tidak akan pernah enak. Paulus pernah mengalaminya. Ketika dia berusaha memenangkan sebanyak mungkin orang untuk Tuhan, banyak tantangan harus Paulus hadapi. Di kitab Korintus, Anda bisa baca sendiri apa saja yang harus Paulus alami. Namun Paulus menyebrang terus. Paulus tidak mundur sekalipun berkali-kali mengalami karam kapal. Paulus tak pernah berhenti berkhotbah sekalipun tubuhnya berkali-kali dipukuli. Paulus tak takut mati sekalipun berkali-kali beberapa orang ingin membunuhnya.

Apapun perubahan yang ingin Anda buat, entah secara rohani maupun jasmani, tantangan akan selalu ada. Bagian yang harus kita lakukan adalah menyebrang terus dan pantang menyerah. Jangan hanya diam dan berharap keadaan berubah dengan sendirinya. Sebuah benih padi tak akan pernah bertumbuh apalagi berbuah kalau kita asal menaman namun tak mau merawat dan memupuknya. Hidup Anda akan berubah, bertumbuh dan akhirnya berbuah kalau Anda mau tekun merawat, memupuk dan menyiraminya. Beranilah bergerak dan keluar dari zona nyaman Anda untuk membuat suatu perbedaan dan perubahan. • Richard T.G.R

Ibarat Sebuah Kapal

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Matius 10 : 43

Bacaan : Matius 10 : 35 – 45

Pernahkah Anda melihat film Titanic? Saya percaya hampir semua kita pernah melihatnya. Kapal Titanic di desain sebagai kapal raksasa dengan fasilitas nomor satu. Setiap kamar memiliki fasilitas hotel bintang lima, kapal memiliki ruang dansa dan minum-minum, ada kapel gereja, tempat duduk untuk berjemur dan restoran. Tak hanya itu, setiap penumpang pun akan dilayani sebaik mungkin. Intinya setiap penumpang akan dibuat santai, dilayani, dihibur, bisa meminta ini dan itu. Beda dengan penumpang kapal perang yaitu tentara. Jangan pernah berharap bisa santai-santai. Ketika kita melihat film-film perang Amerika, akan kita dapati para marinir Amerika yang dikirim maju perang menggunakan kapal tempur, tak bisa santai-santai. Mereka harus selalu siaga dan bahu-membahu agar menang berperang di laut. Setiap marinir memiliki tugas dan perannya masing-masing.

Saya berandai-andai jika saja sebuah gereja itu ibarat kapal yang kita tumpangi menuju rumah Tuhan, bagaimana sikap kita sebagai penumpang? Apakah kita bersikap seperti penumpang yang ingin pergi berwisata atau kita seperti penumpang yang mengemban suatu misi seperti seorang tentara? Kenyataan berbicara, banyak gereja hari ini memiliki banyak jemaat yang bermental seperti penumpang kapal pesiar. Mereka datang ke gereja bukan untuk melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk Tuhan, namun mereka datang untuk "dilayani" Tuhan, yang dalam hal ini adalah mereka dilayani orang-orang yang terlibat dalam pelayanan seperti song ministry, usher, atau pendeta. Mereka datang bukan untuk belajar sesuatu yang baru dan hidup mereka diubahkan, namun mereka ingin dilayani dengan fasilitas bangku yang empuk, ruangan yang sejuk atau group band yang hebat, ingin dihibur dengan musik yang oke, telinga mereka ingin disenangkan oleh khotbah yang enak didengar, mereka ingin di hormati oleh para usher selama di gereja. Akibatnya, saat AC di rasa kurang dingin, usher dianggap melakukan beberapa kesalahan, pujian kadang salah nada dan ucap, atau pendeta khotbahnya kurang greget, mereka komplain. Mereka kritikal ini dan itu dan tak sedikit yang pindah gereja.

Tuhan hari ini memanggil Anda dan saya bukan untuk menjadi seorang Kristen yang santai-santai saja dan ingin selalu dilayani seperti penumpang kapal pesiar. Tuhan ingin hidup kita saling melayani dan saling menguatkan satu dengan yang lain. Tuhan ingin kita datang ke gereja untuk melayani Dia dengan talenta yang kita punya, karena Tuhan sendiri datang ke dunia untuk menjadi hamba. Apapun gereja Anda saat ini, buang mentalitas seorang bos karena gereja bukan tempat untuk Anda dimanjakan dan dilayani. Kalau Anda ingin dilayani dan bisa seenaknya memerintah ini dan itu, jangan datang ke gereja tetapi datanglah ke hotel bintang lima. Sebuah gereja dan jemaat Tuhan yang sehat adalah satu sama lain individunya saling melayani. Saling menegor boleh-boleh saja, namun hendaknya kita juga terlibat aktif dalam pelayanan, bukan menjadi penonton. Sebuah tim sehebat apapun talenta masing-masing anggotanya, akan kalah kalau tak mau bekerja sama. Sebuah gereja yang bertumbuh dan berkenan di mata Tuhan adalah sebuah gereja dimana jemaatnya satu sama lain saling melayani dan terus bertumbuh baik secara kualitas dan kuantitas. • Richard T.G.R

Pelecehan

Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Matius 13 : 55

Bacaan : Matius 33 : 53 – 58

Pelecehan, setiap kita tentu pernah mengalaminya. Entah itu berupa kata-kata, bahasa tubuh, kekerasan secara fisik atau tulisan-tulisan yang menyudutkan diri kita. Setiap kita tentu merasa sakit hati saat dilecehkan. Telinga kita akan panas saat mendengar ada seseorang yang dengan lantang menjelek-njelekan keluarga kita atau prestasi yang kita buat. Kita merasa tidak nyaman saat ada sekelompok orang mengucilkan kita karena profesi yang kita jalani. Kita merasa terluka saat mendapat perlakuan tidak adil dari masyarakat atau pemerintah karena kita miskin dan bukan orang penting. Pelecehan selalu terjadi di mana-mana dan kepada siapa saja. Seorang presiden bahkah Tuhan sekalipun pernah mengalami pelecehan.

Beberapa waktu lalu presiden negara kita SBY dan beberapa menterinya didemo mahasiswa dan beberapa ormas gara-gara beberapa kasus seperti Bank Century dan pelanggaran perbatasan oleh kapal patroli Malaysia. Reaksi sebagian orang yang tidak puas dengan keputusan presiden hanya bisa membuat saya geleng-geleng kepala tak mengerti akan logika mereka. Saya menghargai pendapat dan keinginan hati mereka yang tidak puas, sah-sah saja mereka berdemo. Namun ketika melihat mereka menggusung foto SBY, Budiono dan Sri Mulyani, memasang taring di mulut Budiono dan Sri Mulyani, dan kemudian menginjak-injaknya, saya merasa ungkapan ekspresi mereka sudah kebablasan. Pemimpin pun tak luput dari kesalahan, mereka pun tetap pantas dihormati, bukannya dilecehkan saat salah. Pemimpin memang perlu di tegur saat berbuat salah, tetapi bukan untuk dilecehkan. Saat kita melecehkan pemimpin negara, itu sama saja kita menginjak-injak negara Indonesia dan secara tidak langsung melecehkan Tuhan yang memberikan mereka mandat untuk memimpin negeri ini.

Yesus pun sering mengalami pelecehan karena Dia menyuarakan kebenaran. Walaupun Yesus sempurna dan tak pernah berbuat dosa, Yesus tetap mengalami pelecehan. Ketika pulang kampung, penduduk desanya dengan sinis berkata siapa sih Yesus, Dia kan cuma anak tukang kayu. Ujung-ujungnya mereka menolak Dia. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pun sama saja, mereka beberapa kali dengan sengaja berusaha melecehkan dan menjatuhkan Yesus. Salah satunya cara dengan membawa seorang perempuan yang kedapatan berzinah (Yohanes 78 : 2 – 11). Mereka sengaja ingin melecehkan Yesus, namun akhirnya mereka sendiri yang malu. Ketika akhirnya mereka berhasil melakukan konspirasi yaitu menyalibkan Yesus (Lukas 23 : 33 – 43), mereka pun kembali melecehkan Yesus dengan berkata : "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah." Yesus membalas pelecehan mereka dengan berkata : "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Apakah hari ini Anda merasa sakit hati karena dilecehkan? Ingatlah Yesus dan belajarlah dari-Nya. Yesus sudah memberikan teladan bahwa membalas pelecehan dengan kasih akan membuat orang respect dengan hidup kita. Kita tidak bisa mencegah orang lain melecehkan kita, namun kita bisa mengendalikan suasana hati kita. Jangan menyimpan dendam atau merencanakan sesuatu yang jahat karena kita dilecehkan, namun belajarlah mengampuni dengan tulus. • Richard T.G.R

Selasa, 16 November 2010

Mengapa Ada Bencana?


Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Yesaya 55 : 8

Bacaan : Yesaya 55 : 6 – 13

Pernahkah Anda bertanya, di manakah Tuhan saat banjir bandang melanda Wasior? Di manakah Tuhan saat tsunami meluluhlantakan Mentawai? Di manakah Tuhan saat Gunung Merapi meletus? Banyak orang harus kehilangan sanak keluarga, bapak, ibu atau anaknya karena tidak bisa menyelamatkan diri saat alam menggeliat. Masih segar dalam ingatan saya ketika menjadi relawan di salah satu barak pengungsian, seorang anak diam membisu karena kehilangan ibu bapaknya. Anak ini terpaksa menjadi yatim piatu karena hanya dia satu-satunya yang bisa selamat, karena menginap di rumah bibinya ketika Merapi memuntahkan awan panas.

Banyak diantara kita kadang tidak mengerti mengapa Tuhan seakan membiarkan alam berproses dan melakukan suatu pergeseran seperti tsunami yang kita sebut bencana alam. Gempa bumi, tsunami atau banjir, sesungguhnya adalah reaksi alam yang wajar. Kalau kita mempelajari ilmu pengetahuan alam (IPA) gunung berapi semacam Merapi atau Galunggung pasti akan memuntahkan isi perutnya setelah beberapa lama, bisa tiga tahun lagi, lima tahun lagi atau lima puluh tahun lagi. Lempeng bumi pun pasti akan mengalami pergeseran. Indonesia akan selalu terkena tsunami karena wilayah Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng bumi. Nah, terjadinya pergerakan alam yang lebih umum kita sebut bencana alam, tidak ada yang tahu kapan terjadinya, namun pasti akan terjadi. Bagian kita sebagai manusia adalah waspada dan bisa membaca tanda-tanda alam. Contohnya kalau laut mendadak surut, itu tandanya akan ada tsunami sehingga kita harus buru-buru lari ke tempat yang tinggi. Untuk memahami mengapa Tuhan ijinkan bencana ada, mari kita merenungkan Yesaya 55 : 8. Keinginan hati manusia adalah jangan pernah terjadi bencana, namun itu tidak akan membuat kita bertumbuh. Cobalah bayangkan kalau Merapi tidak pernah meletus. Tanah di sekitar Gunung Merapi tak akan pernah subur karena material yang dikeluarkan Gunung saat meletus mengandung unsur-unsur hara yang menyuburkan tanah. Kalau tsunami tidak pernah terjadi, tidak akan pernah terjadi pertukaran udara di bumi. Kalau banjir tak pernah terjadi, manusia tidak akan pernah tahu betapa pentingnya hutan untuk menjaga pasokan air dan udara di bumi. Bencana mengajarkan kepada kita untuk berempati kepada saudara-saudara yang kesusahan. Melalui bencana, kita belajar membuang kenyamanan kita dan mempraktekan kasih dengan menjadi relawan atau menyumbangkan sebagian uang kita.

Bencana alam mengajarkan kepada kita bahwa manusia itu adalah mahluk yang lemah di hadapan Tuhan. Apa hebatnya manusia karena dengan satu butir abu panas Gunung Merapi saja, tubuh manusia bisa meleleh dan mati seketika? Apa hebatnya manusia karena dengan satu pukulan ombak tsunami, satu kota seperti Aceh luluh lantak dan ratusan ribu nyawa melayang hanya dalam sekian detik saja? Mari kita belajar peka dan bersahabat dengan alam. Jangan hanya melihat dukacita dan keburukan dari suatu bencana, tetapi mari belajar hal-hal yang positif saat bencana terjadi. • Richard T.G.R

Mau Peduli


Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Matius 14 : 14

Bacaan : Matius 13 – 21

Tanggal 10 – 13 November, gereja kami mengirimkan team relawan melalui Yayasan HOPE ke Yogyakarta untuk membantu play terapi kepada korban bencana Merapi. Selama 4 hari saya belajar untuk menghibur anak-anak karena pada dasarnya saya nol dalam memberikan terapi. Selama 4 hari itu jujur saya gagap saat harus menemani banyak anak menyanyi, menari dan mewarnai kertas gambar, walaupun background saya adalah guru. Ada satu wisdom yang saya dapatkan saat berusaha meningkatkan skill saya dalam mengajar yaitu kepedulian. Keberangkatan kami sama sekali tidak di support apalagi dibayar. Ongkos ke Yogyakarta harus kami tanggung sendiri, dan puji Tuhan sesampainya di Yogyakarta, yayasan HOPE mencukupi kebutuhan kami, namun kami tidak dibayar. Seandainya tidak dicukupi ataupun dibayar, kami tetap berangkat dan melayani sebaik mungkin. Kami melakukan itu karena niat kami menjadi relawan memang bukan mencari nama atau upah, namun karena mau peduli.

Mengapa gereja kami mengirimkan beberapa orang untuk terjun langsung membantu para pengungsi? Mengapa kami tidak mengirim bantuan berupa mie instant atau uang seperti yang dilakukan banyak orang? Karena kami mau peduli, tak hanya sekadar memberi. Memang jauh lebih mudah saat gereja kami mengirimkan bantuan melalui PT. KA karena gratis atau mengirimkan uang ke donasi amal, namun itu tidaklah cukup. Kenyataan berbicara bala bantuan yang dikirim hanya berupa barang justru terbengkalai di stasiun Tugu dan uang donasi pun tak jelas lari ke mana. Dengan kami datang langsung dan menyerahkan bantuan, plus memberikan bantuan moral berupa play terapi, kami belajar apa itu kasih. Tak hanya di mulut namun juga dalam perbuatan. Kami belajar melakukan apa yang Tuhan Yesus lakukan yaitu tak hanya memberikan berkat secara rohani, namun juga berkat jasmani. Kami peduli dan berempati.

Kisah Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang adalah salah satu cerita kesukaan saya. Ketika para murid memiliki ide untuk menyuruh orang-orang itu pergi dan membeli makan, Tuhan justru menyuruh para murid memberi makan. Tuhan menunjukkan belas kasih dengan memberikan makanan sampai mereka kenyang dan mereka bisa pulang dengan langkah tegap. Tuhan Yesus bisa saja memberikan uang karena salah satu murid yaitu Yudas menjadi bendahara, atau bisa saja Tuhan menyuruh orang banyak membeli makan sendiri karena Yesus bukanlah orang kaya, namun Yesus dengan kuasa-Nya memberikan apa yang tak terucap oleh orang banyak. Yesus menunjukkan kepada kita bahwa sebagai murid-Nya, kita tak cukup hanya sekedar memberi lalu urusan selesai, namun juga kita harus peduli dengan masa depan seseorang yang kita kasihi. Kepedulian kita kepada sesama menunjukkan bahwa kita berusaha mempraktekkan firman Tuhan. Banyak orang di sekitar kita yang butuh uluran tangan kita, buang keegoisan kita dan praktekkan firman Tuhan. • Richard T.G.R

Dekat di Mata Jauh di Hati


Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Matius 25 : 40

Bacaan : Matius 25 : 31 – 46

Setiap kita, apapun status kita, tentu kita memiliki tetangga di kanan kiri tempat kediaman kita. Baik kita memiliki rumah pribadi, mengontrak, atau indekost, tetangga tetaplah ada di samping kita. Pertanyaannya sekarang, apakah kita mengenal tetangga kanan kiri depan belakang rumah kita? Kenyataan berbicara, rata-rata orang yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Semarang, tidak saling mengenal satu sama lain. Dekat di mata jauh di hati, itulah istilah yang sangat tepat. Begitu mudah kita bisa mengenal mereka karena kita tinggal melangkahkan kaki dan mengetuk pintu rumah mereka. Namun, kebanyakan kita tinggal di rumah hanya saat kita butuh istirahat. Saya memiliki beberapa teman single baik perempuan maupun laki-laki yang hanya balik rumah kalau mau tidur, setelah itu kegiatannya ya di kantor atau di gereja. Ketika ditanya kenal nggak sama tetangga kanan kiri atau minimal bercakap-cakap dengan orang tua, mereka berkata jarang, dengan alasan sibuk ministry ini dan itu atau kerja. Ada juga seorang rekan yang mengontrak rumah, jarang mengunjungi orang tua yang tinggal di desa dengan alasan sibuk ministry.

Banyak orang mengemukakan beraneka alasan untuk menutupi ketidakpedulian mereka terhadap orang lain. Pekerjaan dan pelayanan gereja menjadi alasan klasik untuk menutupi kasih yang sudah menjadi dingin. Mengenal tetangga kanan dan kiri adalah salah satu tolak ukur sederhana untuk mengetahui seberapa besar kepedulian kita. Kalau untuk tetangga kanan dan kiri saja kita tidak mengenal atau minimal tahu nama dan pekerjaannya, bagaimana mungkin kita bisa mengenal dan mengasihi Tuhan. Logika sederhananya, bagaimana mungkin kita bisa mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan, kalau untuk mengenal orang yang kelihatan dan dekat dengan kita saja tidak mampu? Celakanya, banyak orang Kristen hari ini bisa sangat lantang berkata aku cinta Yesus, aku mengasihi Tuhan dan sesama, tetapi dalam kehidupan sehari-harinya nol besar. Cerita penghakiman terakhir kiranya menjadi perenungan untuk kita semua bahwa menyenangkan hati Tuhan itu tidak melulu bicara ministry gereja atau seberapa hebat kita bekerja, tetapi dari berapa banyak kita mau peduli dan berempati dengan orang-orang di sekitar kita.

Tuhan dengan sangat jelas menunjukkan bahwa apapun yang kita lakukan terhadap orang-orang di sekitar kita, itu pula yang kita perbuat untuk Tuhan. Memang tidak salah kita melayani Tuhan, atau bekerja sebaik mungkin. Memang harus kita melayani Tuhan dengan sebaik mungkin. Namun pemberian terbaik untuk Tuhan adalah saat kita mau peduli terhadap orang yang kesusahan dan mengasihi mereka dengan tulus. Salah satu bentuk kita peduli adalah kita tahu pergumulan satu sama lain murid Yesus untuk kemudian saling menguatkan dan hubungan kita dengan tetangga kanan kiri dekat, baik secara jarak maupun hati. Apa yang kita tabur, itulah yang kelak akan kita tuai. Mari kita gunakan setiap hari yang kita punya untuk peduli dan menguatkan satu sama lain di dalam Tuhan dan teruslah berbuat baik kepada siapa saja. • Richard T.G.R

Pakaian Terbaik


Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." I Samuel 16 : 7

Bacaan : Kolose 3 : 5 – 17

Ketika kita pergi ke gereja atau pergi menemui seseorang yang kita hormati dan kita anggap penting, biasanya kita akan menggenakan pakaian terbaik. Kita memakai pakaian yang necis, memakai parfum, dan menggenakan sepatu yang sudah di semir. Bagi perempuan, kita akan menata rambut kita sebaik mungkin, merias wajah kita atau menggenakan perhiasan. Intinya kita berusaha agar saat orang lain melihat kita, mereka akan nyaman berada di dekat kita dan minimal memberikan senyum. Nah, biasanya sebagai manusia, kita seringkali memandang sinis ketika melihat ada satu atau dua jemaat datang ke gereja dengan pakaian sederhana. Mereka menggenakan pakaian yang sudah kusam warnanya, sepatunya tidak di semir dan berdandan ala kadarnya. Kita menganggap mereka hanya orang miskin dan tak perlu kita memberikan penghormatan. Lalu apakah salah kita memakai pakaian terbaik dan berdandan habis-habisan ketika datang ke gereja? Tidak, justru bagus dan saya mendukung. Apakah salah kita berpakaian sederhana saat datang ke gereja? Tidak, karena rohani atau salehnya seseorang tidak ditentukan dari pakaian.

Tidak salah kita berusaha tampil sebaik mungkin secara jasmani, tetapi hendaknya kita tidak lupa bahwa ada satu penampilan yang jauh lebih penting daripada pakaian jasmani, yaitu pakaian apa yang kita kenakan di hati kita. Banyak orang Kristen hari ini, termasuk di gereja saya, bisa mengenakan pakaian terbaik dan melayani di gereja, namun menjadi batu sandungan buat orang lain. Mereka sibuk merencakan program gereja ini dan itu, sibuk pelayanan ini dan itu, menggenakan pakaian terbaik saat ibadah, namun tak berempati ketika salah satu saudaranya kesusahan. Seminggu yang lalu saya berangkat ke Kota Yogyakarta bersama dua orang rekan untuk menjadi relawan bencana Merapi. Di saat bersamaan. Perumahan Tanah Mas kebanjiran dan ada dua orang jemaat gereja kami kebanjiran, sehingga harus mengungsi. Saya bangga dengan hati jemaat karena beberapa di antara mereka tanpa di suruh langsung datang membantu membersihkan rumah yang kebanjiran, ada yang dengan ikhlas menampung mereka untuk sementara, ada pula yang mengirimkan makanan. Namun di satu sisi saya merasa malu karena beberapa brother, sama sekali tak membantu. Mereka hanya bisa menulis di blackberry bahwa mereka kasihan, namun tak mau datang membantu. Padahal salah satu brother itu sangat aktif dalam pelayanan.

Kualitas kita sebagai murid Yesus tidak di tunjukkan dari seberapa hebat pekerjaan yang kita miliki, seberapa hebat kita menulis kata-kata rohani di blackberry, atau seberapa hebat kita aktif pelayanan ini dan itu. Kualitas kita terlihat saat kita mau mengorbankan kenyamanan kita untuk peduli kepada saudara-saudara kita yang kesusahan. Tuhan dan manusia akan merasa takjub saat kita membuang kenyamanan kita dan menaruh belas kasihan kepada orang yang kesusahan. Mengutip kata-kata Paulus : Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Mari kita peduli satu sama lain, mari kita membuat bangga Bapa di surga dengan menggenakan pakaian belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. • Richard T.G.R

Berharga untuk Dilakukan


Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Mazmur 139 : 14

Bacaan : 2 Korintus 4 : 16 – 18

Martha Aping, nama ini melekat pada dunia busana, karena memang ia adalah perancang busana. Banyak karya adibusana yang dihasilkan hingga ia memiliki butik sendiri. Namun siapa yang menyangka perancang handal ini ternyata adalah wanita yang memiliki tinggi badan 115 cm. Ya, awalnya Aping merasa minder dengan kondisi dirinya dan merasa tak dapat melakukan sesuatu yang berarti. Lulus SD ia memutuskan hanya di rumah saja, tidak pernah ingin berinteraksi dengan dunia luar. Semasa SD, ledekan teman-temannya juga yang membentuknya menjadi wanita yang rendah diri.

Namun, suatu hari ia dilayani oleh pelayanan Laetitia, sebuah lembaga pelayanan gereja yang melayani pendampingan bagi orang-orang cacat. Di lembaga tersebut mata Aping terbuka, hatinya tersentuh dengan orang-orang cacat yang lebih dari dirinya. Mereka begitu ceria dan percaya diri, padahal cacat yang mereka derita lebih dari apa yang Aping alami. Aping menyadari mereka tidak berfokus pada kecacatan, tetapi mereka berusaha mengembangkan bakat-bakat yang mereka mampu. Aping merenung, ia memiliki kemampuan menjahit. Ia bertekad mengembangkannya, mengikuti kursus dan sekolah modiste. Hasilnya, Aping melihat bahwa ia masih memiliki sesuatu yang berharga untuk dilakukan. Sekarang ia memetik buahnya, Aping merenda hidupnya dengan adibusana.

Sering kali yang membuat hidup kita terpuruk karena kita justru berfokus pada kelemahan kita dari pada apa yang bisa kita lakukan. Kita lupa kalau kita masih memiliki hal-hal yang berharga untuk dilakukan. Percayalah, meratapi kemalangan berkepanjangan tidak akan membuat hidup kita menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, mulai melihat kebaikan Tuhan dalam hidup kita selalu punya alasan untuk mengucap syukur. Niscaya dengan demikian kita akan menemukan hal-hal berharga yang masih dapat kita lakukan. Ketika kehidupan sepertinya tidak berpihak pada Rut, suaminya meninggal, ia ikut mertuanya ke negeri asing, dan masa depan yang tak pasti, ia masih melihat harapan. Ketika memunguti jelai gandum, ia menemukan perubahan hidupnya di sana. Demikian pula, Tuhan selalu meninggalkan hal yang berharga dalam hidup kita, tak peduli seburuk apapun situasi kita. • Hendro Saputro


* Tulisan ini dimuat di Renungan Spirit Woman – Senin, 11 Oktober 2010

Biji Mata


Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. Ulangan 32 : 10

Bacaan : Ulangan 32 : 1 – 14

Awal Bulan November ini saya mengalami sakit mata. Awal kejadiannya sepele yaitu saya berjalan-jalan di sebuah Mall di Kota Semarang dan ketika pulang terjadi hujan abu yang sangat tipis akibat letusan Gunung Merapi. Saya waktu itu memang tak memakai kacamata sehingga esok harinya salah satu mata saya langsung bengkak dan sangat sakit ketika kena cahaya. Ketika menatap layar monitor, mata saya terasa perih sehingga selama satu hari saya terpaksa "cuti" menulis sambil mengobati mata. Dengan air hangat dan obat tetes mata, saya bersihkan mata saya sehingga berangsur membaik. Seorang kawan juga memberikan obat mata ketika melihat mata saya yang bengkak. Saya sangat menghargai mata saya oleh karena itu saya benar-benar menjaganya sebaik mungkin dan sangat bersyukur hari ini bisa kembali pulih.

Mata adalah salah satu organ tubuh kita yang sangat kita sayangi karena dengan mata kita bisa melihat apapun. Sama seperti biji mata, Tuhan pun sangat mengasihi dan menjaga kita. Tuhan tak rela kita menderita karena rasanya sangat tidak nyaman. Seringkali saat mata kita sehat, kita kurang mengucap syukur kepada Tuhan karena masih bisa melihat. Saat kita sakit mata barulah biasanya kita sadar mata kita sangat berharga. Mengapa Tuhan kadang-kadang sengaja membiarkan kita menderita, padahal kita sudah mencoba hidup seturut firman-Nya? Tuhan sengaja lakukan itu agar kita semakin bergantung kepada-Nya dan juga menegur kita. Serohani apapun kita, manusia tetaplah sosok yang tak luput dari kesalahan, dan sering tidak sadar saat berbuat salah. Tuhan ijinkan masalah timbul supaya kita sadar dan berubah. Tuhan ijinkan kita menderita agar kita selalu ingat kepada-Nya karena kecenderungan manusia yang selalu nyaman, biasanya hidupnya tidak bertumbuh. Sejarah Alkitab mencatat bangsa Israel selalu jatuh dosa saat nyaman. Jarang kita baca dalam Alkitab mereka bisa tetap setia selama ratusan tahun. Yang sering kita jumpai mereka jatuh bangun dalam dosa. Mereka jatuh saat nyaman, saat menderita mereka berbalik kepada Tuhan.

Hidup ini selalu penuh dengan variasi. Ada saatnya kita senang, ada saatnya kita susah. Ada saatnya kita bekerja, ada saatnya kita beristirahat. Kalau hari ini Tuhan ijinkan kita mengalami masalah, mari belajar untuk menguatkan diri dan tetap setia kepada Tuhan. Kalau hari ini Tuhan ijinkan kita bahagia, tetap pula setia dan melakukan yang terbaik untuk-Nya. Hidup kita ibarat biji mata Allah, oleh karena itu gunakan hidup kita untuk kemuliaan-Nya. • Richard T.G.R

Ketika Hati Ikut Bicara


Mentari pagi ini, tak cerah seperti biasanya. Beberapa hari belakangan hujan sering datang sejak dini hari tiba, membuat banyak orang merasa malas beranjak dari peraduannya. Namun hal itu tak berlaku bagi nenek Sukis, wanita berusia 79 tahun yang berprofesi sebagai penjual bunga tabur (untuk pemakaman) di sebuah pasar tradisional. Pagi-pagi benar ia sudah memetik bunga mawar, kenanga, dan lainnya untuk di jual pada mereka yang sedang dirundung duka atau ingin berziarah. Setelah itu ia berjalan tanpa alas kaki menuju ke tempat berkumpulnya penjual bunga lainnya, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumahnya. Rasa perih dan sakit akibat batu-batuan yang terkadang menusuk telapak kaki telanjangnya tak dihiraukannya. Ketika ditanya mengapa tidak mengenakan sandal, ia mengatakan sudah mencoba, tapi ujung-ujungnya sandal tak akan tahan lama. Memang telapak kaki pemberian Tuhan ini lah yang paling awet.

Udara dingin dan pekat khas pegunungan menembus jarik dan baju tipisnya seolah ingin menghentikan niat mbah Sukis bekerja. Namun, semua itu tak berhasil membuat ia menyerah. Perjalanan ke kota masih 30 menit lagi, dan ditempuh dengan pick up. Mbah Sukis duduk berhimpitan dengan pedagang lainnya sambil bercakap-cakap seadanya. Perjalanan terasa begitu biasa baginya. Sentuhan angin menyibakkan rambut putihnya, dan sesekali berhasil membuat mbah Sukis dan teman-temannya mengantuk. Sesampainya di pasar, ritual berjualan pun berlangsung seperti biasa, dengan pendapatan bersih maksimal Rp 20.000. Kadang, mbah Sukis harus menunggu hingga malam hari tiba sampai habis jualannya. Bila tak ada bis, ia akan duduk di trotoar jalan sambil menunggu mobil yang bisa ditumpangi. Sembari menunggu, ia mengingat anaknya yang bekerja di sebuah pabrik di luar kota dan menggenang almarhum suaminya.

Wajahnya penuh dengan gurat usia senja. Tubuhnya yang kurus menggambarkan perjuangannya untuk hidup dengan menikmati pekerjaannya. Dalam bahasa Jawa, ia mengungkapkan, "Bekerja sebagai penjual bunga ini sudah menjadi hidup saya. Makanya saya melakukannya dengan sepenuh hati. Walaupun bunga akan layu hari ini karena tidak laku, besok saya bisa memetik yang baru. Kerja ya harus diniati. Berapapun hasilnya atau justru tidak dapat apa-apa ya disyukuri saja, yang penting sudah bekerja." Semua terasa begitu mudah dan tulus bagi mbah Sukis yang bekerja dengan berpeluh keringat setiap harinya. Bila kita merenungkan, perjalanan panjang yang dilalui mbah Sukis tak sebanding dengan hasil yang ia dapatkan. Namun ia tetap berkata bila "bunga" hari ini layu karena tak laku, besok masih bisa memetik yang baru. Bila kita bekerja dengan hati dan ketulusan, tak penting seberapa yang kita dapatkan. Mustahil bukan? Paling tidak mbah Sukis sudah melakukannya. Bercerminlah. • Rani

Sumber : Kompas Klasika | Jumat, 5 November 2010

Masakan Termahal

Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Kejadian 25 : 33

Bacaan : Kejadian 25 : 19 – 34

Amarhum papa saya memiliki hobi mengumpulkan buku-buku masakan dan di waktu senggang beliau berusaha membuat masakan yang ada di buku resep. Selain hobi memasak, papa juga hobi mencicipi makanan baru. Ketika beliau masih hidup, kadang-kadang saya diajak makan di warung-warung makan yang letaknya terpencil namun ramai dikunjungi orang. Saya dibuat heran, darimana papa bisa tahu banyak tentang makanan. Rupanya semasa muda papa suka jalan-jalan ke sana ke mari sehingga tahu banyak hal. Saya pribadi hari ini gemar mencicipi makanan baru dan belum pernah saya coba karena ketularan oleh hobi papa saya. Kalau ada uang lebih, saya kadang sengaja pergi sendiri ke sebuah rumah makan yang terkenal enak dan mencoba menikmati masakannya.

Harga sebuah masakan sangat ditentukan oleh rasa dan bagaimana cara menyajikannya. Tahukah Anda ada satu masakan yang paling mahal di dunia sampai kita semua tak mau membelinya dan hanya satu orang saja yang dengan entengnya mau membeli? Saya percaya Anda sudah tahu jawabannya, roti dan masakan kacang merah. Esau dengan enteng memberikan apa yang Yakub mau yaitu hak kesulungannya, bahkan dengan lantang Esau bersumpah memberikannya. Saya tak habis pikir apakah karena Esau terlalu lapar sehingga otaknya mengalami masalah, sehingga mau saja dikibuli Yakub? Padahal bisa aja kan dia sabar sejenak untuk memasak atau datang ke Ishak minta makan. Ishak kan gembala yang kaya, masa iya tidak ada makanan di situ? Namun Alkitab menulis Esau memandang rendah hak kesulungannya demi sepiring makanan yang hanya mengenyangkan perutnya selama beberapa jam.

Belajar dari kisah Esau, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita juga kadang sama bodohnya seperti Esau? Demi kenikmatan seksual yang paling hanya satu dua menit, banyak diantara kita mau mengorbankan seluruh usia kita untuk hidup dalam penyesalan. Hanya gara-gara takut di cap perawan tua yang nggak laku-laku, sebagian kita menjadi wanita gampangan yang mudah diajak tidur pria-pria hidung belang untuk kemudian dicampakkan. Hanya karena tak mau miskin dan mendapatkan rejeki dengan cara jujur, kita rela menukar iman kita dengan melakukan tindakan korupsi. Iman kita kepada Yesus tak sebanding untuk ditukar dengan pelukan wanita nakal atau uang haram yang hanya sekejab saja hilang kenikmatannya. Seberat apapun tekanan hidup dan godaan dunia berusaha meruntuhkan iman Anda, ingatlah Esau. Esau akhirnya harus mencucurkan air mata untuk memperoleh kembali berkat Tuhan. Jangan kita mengikuti Esau, namun jadikan pengalaman Esau sebagai peringatan buat kita agar hati-hati menghadapi godaan sehingga tidak terjerumus dalam dosa. • Richard T.G.R


Capek Deh!


Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia. Amsal 26 : 4

Bacaan : Amsal 26 : 1 – 11

Saya mempunyai seorang teman cowok yang sangat pendiam dan tidak akan bertindak kalau tidak di suruh. Karena pendiamnya, dia tidak mau melakukan tindakan apapun karena malasnya minta ampun. Dalam beberapa pertemuan dia mengeluh kepada saya ingin mencari pekerjaan baru yang gajinya lebih besar, namun bertanya tentang lowongan pekerjaan kepada rekan-rekan satu jemaat saja malasnya minta ampun, sehingga saya yang membantunya mencarikan lowongan. Saya menyuruhnya untuk mengajak satu sama lain jemaat untuk doa bareng dan spend time, dia menjawab nanti saja. Minggu depannya saya tanya, dia berkata belum ngajak doa maupun spend time. Ketika saya tanya kenapa nggak bisa ngajak, alasannya nggak punya pulsa. Ketika saya suruh beli pulsa, alasannya nggak punya duit. Saya menawarkan untuk memberikan pulsa gratis asal di gunakan untuk pelayanan (karena saya punya usaha sampingan jualan pulsa) dia nggak mau. Jujur dalam hati saya kesal dan jengkel. "Duh, Ini anak umurnya jauh lebih tua dibanding saya namun kok bebal banget sih ...!!!"

Amsal 26 dari ayat satu sampai sebelas dengan rinci menuliskan tentang orang bebal. Orang bebal adalah orang yang tahu tentang apa yang benar namun dia tak mau melakukan walaupun sudah diberikan pengarahan berkali-kali. Sebelum para pembaca ikut-ikutan menghakimi teman saya, mari kita belajar instrospeksi diri sejenak apakah kita termasuk orang yang bebal. Apakah kita membuat orang lain lelah dan akhirnya berhenti ngomong dengan kita, karena kita tak mau diarahkan dan dinasehati? Apakah kita termasuk orang yang sombong sehingga tidak mau mendengarkan nasehat? Apakah harus Tuhan sendiri yang menghajar kita baru kemudian kita tobat dan sadar? Kadang kita begitu mudah menghakimi kebebalan orang lain, namun kita sendiri kadang tidak sadar bahwa kita pun sama bebalnya. Kita tidak disiplin dalam menggunakan waktu, tidak disiplin dalam menepati janji, malas untuk melakukan satu tindakan yang positif, menganggap diri sendiri yang paling benar dan orang lain bukan siapa-siapa.

Setiap orang pasti memiliki kelemahan dan pernah melakukan kesalahan, namun jangan sampai kita menjadi orang bebal. Dengarkan nasehat orang-orang yang membimbing kita ke arah yang benar. Kalau diri kita sadar memiliki satu tabiat buruk, lembutkan hati dan belajarlah untuk berubah. Jadilah murid Yesus yang bukan hanya bisa setia datang ke gereja di hari minggu dan datang PDG di hari rabu, namun tak pernah mau mendengarkan apalagi melakukan apa yang pembimbing rohani nasehatkan. Orang bebal tidak akan pernah sukses dalam menjalani hidup di bidang apapun. Jadilah seorang Kristen yang terus menerus mau mendengarkan nasehat dari firman Tuhan dan terus berubah ke arah yang semakin lebih baik. • Richard T.G.R

Dokter Alvita dan Malapetaka Kanker

Dokter Alvita Dewi Siswoyo atau yang biasa disapa Vita, sekian tahun lalu lama menjadi pasien dan langganan rumah sakit. Berulangkali dia menjalani operasi, tambah lagi enam seri kemoterapi, serta 70 kali radioterapi. "kanker kedua telah mengubah hidup saya. Kanker pertama adalah misteri, kanker kedua adalah malapetaka," tutur dokter berusia 26 tahun itu. Karena penderitaan itulah, Vita bertekad menjadi dokter. Pengalaman menjadi pasien yang sering merasa tertekan, sedih, kadang putus asa, diyakini menjadi bekal yang cukup buat memahami pasien. "Saya ingin menyebarkan kepada para pasien penderita kanker serta keluarganya bahwa masih ada harapan dan kita tetap bisa hidup dan berguna untuk orang lain," kata Vita. Suratan takdir membuat Vita harus kehilangan salah satu matanya. "Saya tak pernah tahu rasanya punya dua mata," ucapnya. Padahal, ketika lahir pada 19 Januari 1983, orang tuanya, pasangan dr Loekito Siswoyo dan Vera Wibowo, mendapatkan bayinya dalam keadaan normal.

Seperti orangtua lain pada umumnya, Loekito ingin merayakan setiap momen penting perkembangan buah hatinya. Pada ulang tahun Vita, keluarga merayakan, antara lain dengan tiup lilin. Blup! Tiba-tiba lampu mati. Loekito merasakan ada sesuatu yang mencurigakan ketika melihat mata Vita memancarkan cahaya seperti mata kucing. Foto yang dicetak kemudian semakin memperjelas adanya sinar tajam dari mata kiri Vita. Benar saja, setelah melalui sejumlah pemeriksaan dokter ahli di Jakarta, Vita dinyatakan menderita penyakit yang cukup serius, Retinablastoma. Dokter menyarankan untuk segera mengangkat mata kiri guna menghindari penyebaran ke tempat yang lebih jauh. Operasi yang cukup mendadak itu membuat Vera yang ketika itu sedang hamil anak kedua mengalami pendarahan. Maka, ibu-anak itu berada di dalam rumah sakit yang sama untuk perawatan yang berbeda.

Kendati tidak memilik mata lengkap, Vita kecil sangat aktif menjalani banyak kegiatan. Les musik, menyanyi, dan berenang adalah sebagian kegiatannya di sela-sela aktivitas sekolah. Vita masih ingat, semasa kecil dia adalah anak yang periang, sampai suatu hari ia mendapat ejekan dari teman sekolahnya. "Sejak itu saya jadi pendiam dan menarik diri," katanya. Tak seperti remaja lainnya, sepulang sekolah Vita lebih banyak diam di rumah dan mengutak atik pelajaran. Dia tak berhenti bertanya, mengapa bisa terkena kanker dalam usia yang masih begitu muda. Mengapa matanya harus hilang? Mengapa dunia tidak adil kepada dirinya? Belum selesai dengan berbagai macam pertanyaan, pada usia 16 tahun, petaka datang. Vita dinyatakan menderita kanker jaringan tulang lunak atau yang sering disebut ewing sarcoma stadium 3. Jenis kanker ini cukup langka dan biasa menimpa anak usia 10-20 tahun. Sejak dokter di Jakarta menemukan kanker ditumit kaki, Vita menjalani serangkaian pemeriksaan yang membuat kecil hatinya. Pemeriksaan berlanjut saat orangtuanya membawanya mencari kemungkinan baru di Singapura. Jika rasa sakitnya sedang menyerang, semalaman Vita tak tidur. Untuk berjalan saja, dia tak mampu sehingga harus menggunakan kursi roda. "Derita apa lagi yang harus kujalani? Kenapa aku lagi?" begitu tanyanya hari ke hari. Bangku sekolah terpaksa ditinggalkan selama setahun.

Duka sesama penderita kadang bisa membangkitkan semangat, tetapi kadang justru menghancurkan. Begitulah yang dialami Vita. Pada proses pengobatan, dia berteman dengan Jessica yang terdeteksi kanker tulang stadium 1. Mereka saling memberi dan berbagi seperti dua sahabat yang diikat oleh penderitaan yang sama. Secara awam, Jessica yang waktu itu berusia 14 tahun semestinya lebih mempunyai banyak harapan dibandingkan Vita. Namun, nasib berkata lain. Dalam suatu pertemuan tak sengaja di kantin rumah sakit, dia menyaksikan sahabatnya itu duduk dikursi roda dengan sebelah kaki yang sudah diamputasi. "Ya Tuhan, saya sudah kehilangan mata, saya tidak mau lagi kehilangan kaki," ucapnya dalam hati. "Sejak itu, saya tak mau bertemu Jessica karena saya tak tahu harus bicara apa." Waktu terus berjalan. Vita yang dulu kini sudah menjadi dokter dan motivator bagi pasien-pasien penderita kanker. Saat enam bulan magang di Yayasan Kanker Indonesia, Vita sering menerima telepon yang sekadar minta didengar. Sebagai mantan pasien, Vita memahami sepenuh jiwa suasana batin penderita kanker. Ia juga ikut bisa merasakan rasa tak nyaman akibat pengobatan.

Nasihat agar pasien bersabar, seperti yang umum disampaikan saat kita menjenguk pasien yang sedang terbaring sakit, menurut Vita, tak berguna "Dulu saya benci kalau ada orang bilang, ‘sabar ya, Vit’. Enak saja bilang sabar, sabar," katanya mengenang ucapan-ucapan yang sering disampaikan kerabatnya. Vita merasa beruntung mendapat kasih yang melimpah dari orangtuanya. Masih terus diingatnya ucapan ibunya bahwa di balik kekurangan, pasti ada kelebihannya. Adalah ibunya yang begitu telaten mencekoki dengan jus buah apel, tomat, dan wortel. Sehari Vita bisa menghabiskan masing-masing 1 kilogram, yang dibuat segar dalam beberapa kali. Begitu bosannya, Vita sering protes, "Memangnya perut saya sampah, setiap hari makan begini," ucapnya. Ibunya tak pernah membalas dengan ucapan, hanya sesekali air matanya jatuh. Sementara ayahnya yang dinilai sebagai orang yang sangat kuat pun sempat dilihatnya menangis. Kebahagiaan demi kebahagiaan datang kemudian. Hanya beberapa saat setelah kembali ke kota asalnya, Semarang, Vita dipinang seorang pria. Satu hadiah lagi, pada Mei lalu, dia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran untuk spesialisasi kedokteran nuklir. Wawancara yang menjadi bagian cukup menentukan benar-benar membesarkan hati. "Sama sekali tidak ada pertanyaan yang meragukan mata saya yang hanya satu. Beruntung pewancara lebih menggali potensi saya daripada kekurangan saya." • Retno Bintarti


Sumber : Harian Kompas, Sosok – Rabu, 29 September 2010