Website counter

Selasa, 27 November 2012

Jangan Asal Kritik

Baca : Lukas 7 : 36 – 50
Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa." (Lukas 7 : 39)

Ada sebuah lukisan pemandangan yang sangat cantik. Si seniman ingin menunjukkan karyanya pada orang banyak, sekaligus ingin tahu bagaimana pendapat mereka. Maka, ia meletakkan lukisannya di sebuah jalan yang ramai. Di bawah lukisan tersebut, dia beri tulisan: 'Lukisan ini adalah karya saya. Mungkin saya telah membuat beberapa kesalahan dalam goresan, pemilihan warna, dsb. Tolong beri tanda X pada bagian yang menurut Anda salah.' Sore harinya, si seniman kembali untuk mengambil lukisan itu, dan dia amat terkejut melihat seluruh kanvas penuh dengan tanda X berikut komentar-komentar pedas.

Dengan kecewa, si seniman pergi ke tempat guru melukisnya. Dia merasa gagal menjadi pelukis. Sang guru lalu menunjukkan pada muridnya cara membuktikan bahwa dia bukan pelukis yang buruk. Gurunya memintanya membuat kembali lukisan yang telah dicoret orang-orang itu. Namun kali ini, tulisan di bawah lukisan berbunyi: 'Saudara-saudara, saya telah melukis lukisan ini. Mungkin ada kesalahan dalam goresan, pemilihan warna, dsb. Maka saya sediakan kanvas, sekotak kuas, dan cat. Mohon berbaik hati memperbaikinya. Terima kasih.' Sore harinya, dia kembali. Hasilnya? Lukisan itu tetap bersih tanpa satu pun koreksi. Lukisan itu tetap ditinggalkan di sana hingga 3 hari berikutnya, dan masih tetap bersih dari koreksi."

Mengkritik memang mudah, namun memperbaiki itu sulit. Tuhan tidak senang kita suka mengkritik orang namun tidak mau mengoreksi diri. Saat Simon, seorang Farisi yang mengundang Yesus datang mengkritik dalam hatinya akan si perempuan berdosa, Yesus tegur dia dengan satu kisah. Yesus ingin Simon tak hanya mengkritik dan mengucilkan, namun juga mau bantu perempuan berdosa itu kembali ke jalan yang benar. Jika hari ini kita dikritik orang, jangan biarkan diri sendiri hancur akibat kritik itu. Koreksi diri dan terimalah jika kritik itu membangun, namun abaikan jika kritik itu sama sekali salah. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Motivator – Selasa, 23 Oktober 2012
Pertanyaan    : Bagaimana cara pandang saya mengenai kritik?
Aplikasi          : Jangan hanya asal mengkritik, tapi pastikan kita juga memberikan solusi.
Doa                 : Tuhan, ajar kami untuk mengkritik dengan tujuan yang membangun. Amin.

Penentu Reputasi

Baca : Kejadian 32 : 22 – 32
Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." (Kejadian 32 : 28)

Banyak tokoh dalam Alkitab yang mengakhiri hidupnya dengan reputasi yang luar biasa. Reputasi mereka tidak muncul begitu saja, namun mereka harus melalui serangkaian peristiwa dan krisis. Salah satunya kita bisa belajar dari reputasi Yakub. Yakub mengawali ″kariernya″ dengan melarikan diri dari keluarganya karena terbukti menipu Esau, kakaknya. Yakub membayar harga untuk perasaaan bersalahnya selama 20 tahun di Haran, Mesopotamia, dengan bekerja sebagai pengembala ternak Laban. Akhirnya setelah sukses di negeri orang dan memperistri dua anak Laban, ia pulang kembali ke rumahnya. Beberapa jam sebelum bertemu Esau, Yakub harus bergulat dahulu dengan Tuhan, dan ia menang. Sejak itulah ia berganti nama menjadi Israel.

Apa yang akan kita lakukan kalau Tuhan hari ini menempatkan kita pada situasi-situasi sulit yang membuat kita gagal, jatuh, dan harus mengalami berbagai masalah? Tetaplah semangat dan lakukan yang terbaik, karena inilah proses pembentukan yang Tuhan berikan. Kalau Tuhan membentuk para tokoh Alkitab yang tidak sempurna melalui berbagai pergumulan sehingga di akhir hayat reputasi mereka jempolan, Tuhan pun sedang melakukan hal yang sama pada kita. Tuhan ingin kita makin bersandar pada-Nya kalau ia ijinkan berbagai masalah seperti anak sakit parah, suami di PHK, rumah kemalingan, mobil tabrakan, dll. Memang sulit dan terkadang membuat kita sedih dan merasa tak berdaya, namun jangan mengeluh, uring-uringan, atau berniat bunuh diri.

Reputasi kita ditentukan dari bagaimana sikap hati kita saat menghadapi setiap masalah dan krisis yang datang. Meski hidup kita sulit hari-hari ini, jangan pernah ijinkan iblis melemahkan kita, sehingga kelak orang akan menggenang kita sebagai pribadi yang memiliki reputasi luar biasa karena tetap setia ikut Tuhan dan menang menghadapi krisis. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Girls – Sabtu, 13 Oktober 2012
Pertanyaan    : Reputasi seperti apa yang saya bangun saat ini?
Aplikasi          : Bangunlah reputasi yang benar sekalipun memakan waktu panjang.
Doa                 : Tuhan, kuatkan kami untuk mampu membangun reputasi yang baik. Amin.

Dua Pikiran

Baca : Kejadian 4 : 1 – 16
Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (Kejadian 4 : 7)

Dua buah batu yang berbeda ukuran dan berat, di lemparkan secara serentak di tempat-tempat yang berbeda dalam satu kolam. Keduanya menghasilkan gelombang atau riak yang saling bertemu, dan di mana riak-riak kedua batu itu bertemu di situlah tampak suatu pertarungan mengenai mana yang akan menguasai yang lain. Riak-riak dari batu yang lebih besar menyapu riak dari batu yang lebih kecil dan menciptakan gelombang-gelombang segera setelah muncul riak-riak kecil.

Hal yang sama berlaku pula dengan pikiran kita. Semakin besar pemikiran kita akan suatu hal, entah itu bersifat negatif atau positif, pemikiran itu akan menyapu semua pemikiran yang lebih kecil dan keluar sebagai pemenang. Misalnya di waktu yang sama kita memikirkan ingin membeli motor, BB, iPad, atau liburan ke suatu tempat dengan uang THR yang baru saja kita dapat. Pemikiran kita yang terkuat adalah membeli motor, maka pikiran-pikiran kita yang lain akan disingkirkan dan kita hanya akan fokus pada motor. Sebelum membunuh Habel, Tuhan sudah lebih dahulu memperingatkan Kain untuk menguasai pikirannya. Dosa akan selalu mengintip, namun Kain harus mampu menguasainya. Namun Kain gagal karena pikiran positifnya disapu bersih oleh panas hatinya sehingga ia akhirnya membunuh Habel.

Pikiran-pikiran kita setiap hari akan terus saling tarik menarik satu sama lain. Kadang muncul pikiran negatif, kadang positif. Agar kita lebih banyak menuai hasil yang positif, perkuat setiap pikiran positif yang muncul dengan mau mempercayainya dan menekan segala pikiran jahat yang datang. Kita sudah tahu perbedaan sesuatu yang positif dan negatif, ambil tindakan untuk memperbesar pikiran positif dan lihatlah perbuatan kita pun pasti akan jauh lebih positif dan bermanfaat. Apa yang benar-benar kita percayai dengan perasaan akan menjadi realita kita. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Motivator – Jumat, 12 Oktober 2012
Pertanyaan    : Pikiran jenis apa yang lebih sering saya turuti?
Aplikasi          : Perbesar pikiran positif.
Doa                 : Tuhan, ajar kami untuk selalu memikirkan perkara-perkara positif. Amin.

You're My King

Baca : Matius 26 : 47 – 56
Akan tetaspi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri. (Matius 26 : 56)

Pada akhir bulan Desember 2007, pangeran Harry, pewaris ketiga tahta Kerajaan Inggris, dikirim secara rahasia ke Afganistan. Di negara yang sedang dilanda perang itu, Harry bertugas sebagai personel kavaleri yang berjuang di garis depan. Ia membaur dengan ribuan tentara Inggris yang lain, dan ditempatkan di Provinsi Helmand, Afganistan Selatan. Ia mendapat perlakuan yang sama dalam pasukannya, sekalipun ia anak raja. Namun sayang, hanya dalam waktu 10 minggu ia ditarik pulang karena pers mengetahui keberadaannya dan pihak kerajaan cemas Harry menjadi sasaran serang,

Berbeda dengan Harry yang dikirim secara sembunyi-sembunyi. Yesus dikirim ke dunia, tepatnya Israel, secara terang-terangan. Ketika Yesus menginjil selama kurang lebih tiga setengah tahun, Ia dengan berani mengakui diri-Nya adalah Mesias. Sewaktu Yesus tahu sebentar lagi Dia akan mengalami siksaan, Bapa di sorga tidak menarik Dia pulang, namun justru membiarkan Yesus mengalami penyiksaan dan pembantaian yang sangat tragis. Harry datang ke Afganistan disertai ribuan tentara Inggris, Yesus di sertai 12 pasukan malaikat. Namun Yesus tak mau gunakan pasukan-Nya. Yesus memilih mati bagi kita semua karena Ia lahir ke dunia dengan misi menyelamatkan umat manusia.

Dari kedua kisah di atas, mari kita bertanya pada diri sendiri. Kalau Yesus dengan gagah berani mau mengakui Dia adalah anak Tuhan dan menebus dosa kita dengan kematian-Nya, apakah kita sebagai anak-anakNya juga terang-terangan mengakui Dia adalah Tuhan? Apakah tingkah laku kita menunjukkan kita menuruti apapun perintah-Nya, sekalipun harus menderita? Apakah kita tidak takut menghadapi orang-orang yang memusuhi seorang Kristen? Jangan pernah gentar menunjukkan diri kita adalah anak-Nya yang sejati dengan menghidupi firman-Nya dan mengakui secara terang-terangan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Anak Allah yang hidup. • Richard

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Girls – Rabu, 24 Oktober 2012
Pertanyaan    : Apakah saya takut menghadapi orang-orang yang memusuhi Kekristenan?
Aplikasi          : Jangan gentar mengakui Yesus adalah Tuhan.
Doa                 : Tuhan, tambahkan keberanian kami agar mengakui Engkau Tuhan kami dalam setiap tutur kata dan tindakan kami. Amin.

Menjadi Berkat

Baca : Hakim-hakim 11 : 1 – 11
Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. (Hakim-hakim 11 : 1)

Rick Warren dalam bukunya Purpose Driven Life mengajukan pertanyaan berikut, ″What on earth am I here for?″ Salah satu pertanyaan mendasar dalam hidup ini adalah untuk apa kita hidup? Apakah hanya untuk lahir, besar, menikah, punya anak, kemudian meninggal? Pertanyaan mendasar itulah yang menimbulkan kegelisahan bagi sebagian orang dalam menjalani hidup ini. Saya punya dua orang teman yang tujuh tahun lalu menikah di tahun yang sama. Teman pertama setelah menikah, Tuhan anugrahi berkat dengan istrinya langsung hamil, dan sekarang sudah memiliki dua anak. Teman kedua, susah punya anak. Mereka sudah berusaha metode ini dan itu, bahkan pergi berobat ke Singapura, namun hasilnya nihil. Barulah pada tahun ketujuh Tuhan memberikan momongan.

Dari kisah kedua teman di atas, kita bisa belajar bahwa kita dilahirkan ke dunia sesuai rencana Tuhan untuk menjadi berkat bagi sesama lewat hidup dan karya kita. Kita tidak asal lahir dari hubungan badan dua orang manusia yang berlainan jenis, namun karena kehendak Tuhan. Katakanlah kita lahir di satu keluarga yang berantakan atau maaf kata dari seorang pelacur, Tuhan bisa buat hidup kita berharga di mata-Nya dan di hadapan sesama. Saat kita baca kisah Yefta, kita mungkin tidak percaya Tuhan bisa pakai dia untuk jadi hakim. Namun itulah hebatnya Tuhan. Dia tidak melihat latar belakang kita atau betapa banyaknya kelemahan kita, namun Dia melihat kita berharga karena kita adalah ciptaan-Nya.

Jika hari ini kamu merasa rendah diri karena memiliki latar belakang yang kelam, atau pendidikan hanya sampai tingkat tertentu, ketahuilah bahwa kau berhak untuk sukses dan Tuhan ingin kamu sukses. Kalau Tuhan bisa pakai Yefta, Tuhan pun bisa pakai kamu saat ini untuk memuliakan nama-Nya. Bagian yang harus kamu lakukan adalah menghidupi firman Tuhan dan tidak membiarkan omongan-omongan negatif orang lain membuat kamu takut meningkatkan kualitas diri. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Girls – Selasa, 16 Oktober 2012
Pertanyaan    : Apakah saya rendah diri karena memiliki latar belakang yang kelam?
Aplikasi          : Jangan rendah diri, Anda berhak untuk sukses.
Doa                 : Tuhan, ajar kami menghidupi firman-Mu. Amin.