Website counter

Jumat, 29 Oktober 2010

Lain di Bibir Lain di Hati

Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Matius 21 : 29

Bacaan : Matius 21 : 28 – 32

Saya memiliki seorang teman bernama Yoppi. Ketika tulisan ini dibuat, dia sedang bergumul dengan salah satu anak bimbingannya. Dalam penuturannya ketika bercakap-cakap dengan saya, dia menceritakan bahwa anak bimbingannya ini bisa dikatakan bermuka dua. Ketika berhadapan dengannya dia seakan patuh dan menurut. Tetapi saat dia sudah pergi, anak itu tidak mau melakukan apa yang dia katakan. Tentu saja Yoppi dibuat pusing karena tidak tahu apa maunya anak ini, karena di satu sisi kelihatannya dia menurut, namun disisi lain dia membantah komitmennya. Mendengar ceritanya, saya hanya bisa berkata sabar aja, ini ujian buat kamu agar lebih tabah karena orang dengan tipe unik namun menyebalkan seperti ini akan membuat kita belajar memiliki karakter kesabaran.

Lain di bibir lain di hati, itulah yang lebih suka saya tulis karena kalau saya menulis munafik, kesannya terlalu kasar. Saya pernah mengalami situasi seperti Yoppi, Anda pun mungkin pernah juga mengalaminya. Kita jengkel, marah, emosi, saat berhadapan dengan orang yang tak bisa di pegang kata-katanya apalagi perbuatannya. Di depan kita dia berkata akan patuh dan hormat, namun di belakang kita dia melecehkan dan menganggap kita bukan siapa-siapa. Sudah pasti kita tersinggung dan inginnya tidak usah lagi berhubungan dengannya. Bikin makan hati. Tetapi kita tetap harus berhubungan dengannya karena sebagai seorang Murid, kita harus bisa menjadi garam dan terang dalam hidupnya. Kalau kita sudah tahu dia memiliki karakter buruk, kitalah yang harus aktif memberikan bimbingan dan teladan supaya dia lambat laun berubah. Bukannya pergi menjauh dan tak mau bersusah-susah. Itu egois namanya.

Pertanyaannya sekarang, apakah kita sendiri bermuka dua? Banyak orang tanpa sadar bermuka dua sehingga sebagian besar orang segan berhubungan dengannya. Ciri-ciri orang bermuka dua adalah di hadapan si A dia sangat hormat, patuh dan seakan baik-baik saja. Tetapi ketika si A berbalik, dia menjelek-njelekan si A kepada si B atau dia tidak melakukan apa yang si A perintahkan persis seperti perumpamaan yang Yesus berikan. Kita berkata Ya namun perbuatan kita berkata TIDAK. Mulut kita mengaku percaya Tuhan dan rela menyerahkan hidup kita untuk-Nya, namun tindakan kita menunjukkan kita tidak percaya Tuhan dan untuk kolekte saja kita merasa berat hati. Tuhan hanya memberkati orang Kristen yang jalannya lurus. Segera ubah karakter Anda kalau selama ini Anda bermuka dua. Memang sangat tidak nyaman saat kita harus berani mengakui aib diri sendiri, namun itu jauh lebih baik daripada kita suatu hari sangat dipermalukan oleh benih-benih dosa yang kita tabur. Akhir kata, orang yang seiya sekata dalam ucapan dan perbuatan adalah orang yang dapat dipercaya dan memiliki banyak teman. Gunakan hidup Anda untuk bisa menjadi berkat baik melalui tutur kata maupun perbuatan. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar