Website counter

Sabtu, 31 Maret 2012

Tidak Ada Kata Terlambat

Baca : Yosua 14 : 6 – 15
Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya. (Yosua 14 : 13)

Bagi banyak orang, saat kita menginjak usia 50 tahun, itulah waktu bagi kita untuk pensiun dan menikmati hari tua. Tak usahlah kita melakukan tindakan yang macam-macam karena fisik sudah tak lagi mendukung. Berilah kesempatan kepada anak-anak muda untuk mengantikan posisi kita. Kita merasa diri kita sudah tidak produktif sehingga alangkah terhormatnya jika kita mundur. Benarkah usia tua membuat kita tidak lagi produktif?

WANITA, jika hari ini Anda merasa sudah tua dan tidak bisa produktif lagi, katakanlah Anda memang sudah berusia 50 tahun, 60 tahun, atau mungkin 70 tahun, Anda sesungguhnya tetap bisa produktif. Anna Mary Robertson Moses (7 September 1860 – 13 Desember 1961) adalah contoh sosok yang patut kita jadikan teladan. Pada mulanya Anna hanyalah seorang ibu rumah tangga yang hobi menyulam. Namun karena rematik yang dideritanya pada usia 76 tahun, ia beralih dari seorang penyulam menjadi pelukis. Meskipun sulit, setelah terus menerus melukis, ia akhirnya mampu dan lukisan-lukisannya disukai orang-orang. Kini lukisan-lukisannya banyak dipakai dalam kartu-kartu ucapan – seperti Hari Natal dan Hari ibu. Anna terus melukis hingga ia meninggal dunia di usia 101 tahun.

WANITA, berapapun usia Anda hari ini, Anda masih bisa berkarya bahkan menemukan dan memaksimalkan bakat-bakat terpendam yang selama ini tidak Anda sadari. Kaleb berhasil menduduki tanah yang dijanjikan Tuhan pada usia senja (85 tahun) dengan jerih payahnya sendiri, karena ia mau berusaha. Meskipun usia kita sudah senja dan sakit-sakitan, kita tetap mampu menjadi manusia yang produktif dan menginspirasi orang lain jika terus menerus berkarya sampai Tuhan memanggil kita pulang. Tidak ada kata terlambat atau terlalu tua untuk terus berkarya. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Jumat, 30 Maret 2012
Pertanyaan     : Sudahkah aku menggunakan waktuku dengan maksimal?
Aplikasi          : Teruslah berkarya.
Doa                : Tuhan, ajar aku terus berkarya sampai Engkau memanggilku. Amin.

Kebiasaan Efektif

Baca : I Samuel 17 : 12 – 39
Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (I Samuel 17 : 36)

Beberapa bulan lalu saya melatih diri untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering. Selama ini saya memiliki pola makan yang kurang sehat yaitu makan besar tiga kali sehari, padahal kebiasaan ini sangat tidak baik karena kerja lambung mencerna makanan lebih berat dan bisa menimbulkan obesitas. Pada masa-masa awal makan sedikit-sedikit, rasanya susah sekali dan harus benar-benar disiplin. Tetapi setelah dua bulan mencoba, akhirnya saya sudah terbiasa dan sudah tak perlu berpikir lagi dalam masalah makan. Hasilnya semakin banyak kalori yang berhasil saya bakar dan sistem percernaan saya lebih cepat dalam menyerap nutrisi.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, kebiasaan kita sangat mempengaruhi kesehatan dan segala sesuatu yang kita kerjakan. Kalau kita sering terlambat bangun pagi akibatnya kita pasti juga sering terlambat masuk kerja. Kalau kita suka memboroskan uang, akibatnya kita tidak punya tabungan. Kalau kita malas bergaul, akibatnya kita tak punya banyak teman dan wawasan kita terbatas. Daud berani melawan Goliat bukan hanya modal berani saja, namun karena dirinya sudah terlatih saat mengembalakan dombanya. Daud sudah biasa melawan singa dan beruang, ia sudah terbiasa dengan bahaya demi keselamatan dombanya. Kebiasaannya ini membentuk Daud menjadi orang yang siap menghadapi bahaya, apalagi bahaya itu berasal dari orang yang menghina Tuhan, sehingga majulah ia untuk membela kehormatan Tuhan. Hasilnya Daud menang dan sejak itulah namanya menjadi terkenal.

Kalau saat ini kita merasa tidak bisa sukses karena memiliki beberapa kebiasaan tidak efektif, belum terlambat untuk memperbaiki diri. Kebiasaan masih bisa kita ubah. Kita bisa menciptakan kebiasaan baru yang efektif seperti disiplin masuk kerja, rutin berolahraga, atau makan teratur, untuk mengganti kebiasaan kita yang tidak efektif. Miliki kebiasaan efektif, maka kehidupan kita pun akan efektif. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Kamis, 29 Maret 2012
Pertanyaan     : Kebiasaan-kebiasaan efektif apa yang sudah aku miliki saat ini?
Aplikasi          : Latih diri kita agar lebih banyak memiliki kebiasaan efektif.
Doa                : Tuhan, bantu aku memiliki kebiasaan-kebiasaan yang efektif. Amin.

Lakukan Sepenuh Hati

Baca : Yosua 14 : 6 – 5
Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati. (Yosua 14 : 8)

Suatu hari, seorang teman berkata kepada saya akan rutin lari pagi untuk melangsingkan badan dan meningkatkan stamina. Dia meminta bantuan saya untuk menemaninya lari. Dengan senang hati ajakan itu saya terima. Setiap hari sabtu ia selalu datang ke lapangan itu dan kami lari pagi bersama. Setelah acara lari pagi itu berjalan sebulan, teman saya mulai malas lari pagi. Ia mulai tidak lari sekali dan kemudian dua kali. Akhirnya sekarang ia sudah tak pernah lari lagi. Ia gagal melangsingkan badan Ia berkata bahwa sebetulnya ia lari pagi hanya karena semangat sesaat alias melakukan setengah hati. Sehingga begitu kebosanan dan rasa cape melanda, ia pun begitu mudah menyerah.

WANITA kalau kita ingin sukses dalam bidang apapun, kita harus mau bekerja dan berusaha dengan sepenuh hati. Punya keinginan dan modal itu sudah bagus, namun kalau kita tidak mengerjakannya dengan sepenuh hati, maka kita tak akan pernah mencapai sukses yang kita inginkan. Kaleb adalah contoh orang yang mengikut Tuhan dengan sepenuh hati. Ketika 10 orang pengintai lainnya membuat tawar hati bangsa Israel, dia dan Yosua tetap optimis mereka pasti bisa. Ketika bangsa Israel selama 40 tahun dihukum berputar-putar mengelilingi padang gurun, Kaleb pun tetap setia. Kini saat usianya sudah kakek-kakek dan harusnya menikmati hari tua dengan bermain-main bersama cucu-cucunya, Kaleb masih memiliki semangat untuk bisa merebut daerah Hebron. Kaleb dan anak buahnya dengan sepenuh hati berperang melawan orang Enak, dan keluar sebagai pemenang.

WANITA, marilah kita melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati sehingga hasil terbaik pula yang akan kita tuai. Mengerjakan segala sesuatu hanya setengah-setengah, apalagi hanya sekedar ikut-ikutan tren, tak akan menghasilkan apapun. Contohlah sikap sepenuh hati Kaleb dengan mengerjakan segala sesuatu sampai tuntas dan jangan pernah menyerah sekalipun tantangan dan masalah seakan memaksa kita mundur dan berhenti untuk melangkah. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Rabu, 28 Maret 2012
Pertanyaan     : Apakah aku melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati?
Aplikasi          : Lakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati.
Doa                : Tuhan, didik aku agar mengerjakan segala sesuatu sepenuh hati. Amin.

Sekedar Tahu

Baca : Amsal 14 : 33
Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal, sebagaimana melakukan hikmat bagi orang yang pandai. (Amsal 10 : 23)

Beberapa waktu lalu saya mengunjungi rumah teman masa SMA yang baru saja dianugrahi momongan. Setelah memberikan bingkisan, saya lalu masuk ke dalam kamar tidurnya untuk melihat sang bayi. Setelah itu, kami ngobrol di ruang tamu, dan teman saya menyalakan sebatang rokok sambil berbicara. Kebiasaan teman ini tak berubah sejak jaman sekolah sampai sekarang yaitu kecanduan rokok. Namun saya melihat ada sedikit perbedaan yaitu ia tak berani merokok dekat bayinya. Saya lalu iseng bertanya kenapa nggak berani menghisap rokok dekat anaknya sendiri. Ia menjawab rokok nggak baik buat kesehatan. Saya kejar lagi dia dengan bertanya kenapa nggak stop merokok. Ia berkata susah. Ia tahu merokok merusak dirinya sendiri, namun ia hanya sekedar tahu namun tak mau melakukan aksi.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, hari ini mungkin kita tidak kecanduan rokok. Namun, apakah kita melakukan suatu perbuatan yang kita tahu itu merusak diri sendiri sekaligus dosa dan tetap berulangkali kita lakukan? Kalau kita tahu bahwa apa yang kita lakukan salah dan dosa, namun terus menerus kita lakukan, kita tak ada bedanya dengan orang bebal. Semua orang Kristen tahu berbohong itu dosa, namun berapa banyak yang tetap melakukannya berulangkali dengan berbagai alasan? Semua orang Kristen tahu selingkuh itu dosa, namun sudah berapa kali kita mendengar orang Kristen selingkuh dengan berbagai alasan? Semua orang Kristen tahu mencuri itu dosa, namun berapa sering kita curi waktu saat bekerja?

Keluarga yang dikasihi Tuhan, jangan pernah menjadi orang bebal yang menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang sedang mencari Tuhan. Jangan hanya sekedar tahu kebenaran firman Tuhan namun selalu menyangkalnya. Hiduplah sesuai kebenaran firman Tuhan sehingga orang-orang di sekitar kita merasakan dan melihat kesaksian hidup kita sebagai murid Yesus yang sejati. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Senin, 26 Maret 2012
Pertanyaan     : Apakah aku tanpa sadar sudah menjadi orang bebal?
Aplikasi          : Hiduplah sesuai kebenaran Firman Tuhan.
Doa                : Tuhan, ajar aku hidup dengan bijaksana. Amin.

Berubah Lebih Dahulu

Baca : Lukas 8 : 26 – 39
Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. (Lukas 8 : 35)

Seorang ayah sangat ingin anaknya yang masih balita kelak memiliki kebiasaan suka membaca. Ayah ini menyadari bahwa dirinya sendiri tidak suka membaca dan tak mau kelak anaknya seperti dirinya. Oleh karena itu ia memaksakan diri untuk mulai suka membaca dengan membeli sebuah buku. Dalam beberapa hari pertama ia hanya sanggup membaca satu lembar dan mata kadang mengantuk. Namun setelah tiga bulan mencoba, tanpa ia sadari ia mulai suka membaca. Ia kembali membeli beberapa buku, termasuk buku anak-anak. Melihat sang ayah suka membaca, anaknya yang baru saja bisa membaca meniru tindakan anaknya dan tanpa disuruh ia suka membaca buku anak-anak yang dibeli ayahnya.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, sebuah kata-kata bijak berkata bahwa nasehat yang paling mujarab adalah perbuatan, dan itu memang betul. Sebab itu sangatlah penting bagi kita semua untuk bukan hanya merenungkan firman Tuhan dan kemudian menggunakannya sebagai ″senjata″ untuk mengoreksi orang lain, namun kebenaran firman itu seharusnya terlebih dahulu kita gunakan untuk mengoreksi diri sendiri. Bagaimana mungkin kita bisa membuat hidup orang berubah kalau kita sendiri tidak berubah lebih dahulu? Contoh sederhananya, kita menasehati orang agar disiplin datang ke kantor, namun kita sendiri suka terlambat. Apa mungkin orang itu menuruti nasehat kita? Orang Gerasa yang dirasuk roh jahat akhirnya bisa menjadi murid Yesus yang menginjili tanah orang Gerasa karena Tuhan terlebih dahulu mengubah hidupnya. Setelah ia waras barulah ia bisa menginjili orang-orang di sekitarnya.

Perubahan hanya bisa terjadi melalui hidup kita dan mengalir kepada orang-orang di sekitar kita jika kita mau terlebih dahulu berubah. Hari ini sudah banyak orang menjadi kritikus yang hanya bisa menuding dan mengoreksi cacat dan cela orang lain namun dirinya sendiri justru lebih jelek daripada orang yang dia koreksi. Mari kita ubah diri kita terlebih dulu sebelum mengubah orang lain. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Jumat, 23 Maret 2012
Pertanyaan     : Sudahkah aku berubah lebih dulu?
Aplikasi          : Ubah diri sendiri lebih dulu sebelum mengubah orang lain.
Doa                : Tuhan, bantu aku berubah lebih dahulu agar bisa menggubah orang lain. Amin.