Website counter

Selasa, 31 Januari 2012

Jangan Membatasi Diri

Baca : Matius 17 : 14 – 21
Ia berkata kepada mereka: Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (Matius 17 : 20)

Beberapa waktu yang lalu seorang sahabat meluangkan waktu untuk bicara dengan saya. Dalam pembicaraan itu, sahabat ini bertanya kenapa akhir-akhir ini saya kelihatan sering uring-uringan. Saya lalu mengatakan bahwa pendapatan dari pekerjaan saya tak kunjung sesuai dengan keinginan saya. Setelah mendengarkan semua keluh kesah saya, dia lalu menegur saya bahwa jangan membatasi diri sendiri.

Dia berkata saya bisa mencapai pendapatan sesuai harapan, bahkan lebih. Namun karena pola pikir saya yang selalu merasa berat dan tak sanggup untuk berusaha lebih keras lagi, hasilnya saya selalu gagal. Ucapannya membuat saya terdiam dan menyadari bahwa saya memang kerap membatasi diri. Contohnya, kalau ada teman menantang melakukan tindakan A, belum mencoba saya sudah mengatakan, ″Aduh berat nih kerjaannya, aku nggak yakin bisa.″ Saya pun lau menuruti nasehatnya. Hasilnya saat ini pendapatan sudah sesuai dengan keinginan dan saya mampu beli motor.

Kadangkala kita kurang maksimal bukan karena malas berusaha, tidak punya kemampuan, atau tidak ada yang mendukung, namun karena diri kita sendirilah yang membatasi diri. Analogi sederhananya kita punya motor yang bisa dipacu sampai kecepatan maksimal 160 km/jam, namun hanya dipacu 60 km/jam saja. Murid-murid Yesus sesungguhnya bisa menyembuhkan anak muda yang sakit ayan karena Yesus sudah berikan kuasa untuk mereka melakukan hal itu. Mereka gagal karena kurang percaya. Kita semua sanggup mencapai impian kita, dan salah satu syaratnya adalah jangan pernah membatasi diri sendiri. Tuhan sudah berikan kita kuasa untuk menjadi orang yang mampu ″memindahkan gunung.″ Jangan batasi kuasa itu dan berusahalah dengan sekuat tenaga maka pasti kita akan berhasil meraih apa pun target yang kita inginkan. • Richard T.G.R

Pertanyaan     : Apakah aku suka membatasi diri?
Aplikasi          : Berusahalah sekuat tenaga dan jangan membatasi diri.
Doa                : Tuhan, bantu aku agar tidak rendah diri. Amin.

Pengorbanan

Baca : Kejadian 44 : 18 – 34
Oleh sebab itu, baiklah hambamu ini tinggal menjadi budak tuanku menggantikan anak itu, dan biarlah anak itu pulang bersama-sama dengan saudara-saudaranya. (Kejadian 44 : 33)

Pengorbanan adalah kita memilih untuk tidak melakukan sesuatu yang baik demi melakukan sesuatu yang lebih baik. Contohnya kita tahu tidur yang cukup itu baik untuk kesehatan, namun kita mengurangi tidur kita demi menjaga anak yang sakit. Kita tahu memberikan waktu untuk berkumpul bersama keluarga itu baik, namun kita memilih untuk mengunjungi teman yang sedang kesusahan. Kita tahu berteman dengan orang sombong itu memanaskan hati, namun kita memilih tetap menemaninya karena kita ingin dia menjadi rendah hati.

Ada banyak pengorbanan yang dilakukan Tuhan dan manusia, salah satunya kisah pengorbanan Yehuda. Ulah Yusuf (ayat 1) membuat para saudaranya terpaksa kembali ke Mesir karena pialanya kedapatan ada di karung Benyamin. Saat sampai di rumah Yusuf, mereka mendapati kenyataan bahwa Benyamin harus dihukum menjadi budak dengan tuduhan mencuri piala (ayat 17). Yehuda tahu anak dan istrinya di rumah menantikan kedatangannya, namun ia memilih mengorbankan dirinya untuk mengantikan posisi adiknya karena tahu Benyamin sangat berharga bagi Yakub. Yehuda tahu Yakub bisa mati karena sedih (ayat 31) kalau Benyamin tak pulang, sehingga ia mengorbankan perasaan dan tubuhnya untuk menjadi budak.

Tuhan dan sebagian tokoh dalam Alkitab sudah melakukan pengorbanan. Tuhan mengorbankan Anaknya karena Dia tahu itulah yang terbaik untuk kita. Kita bisa hidup sampai hari ini karena ada banyak orang rela berkorban bagi kita dari kita bayi sampai sekarang. Sudahkah kita berkorban untuk orang-orang yang terkasih? Untuk membuktikan kasih, dalam prakteknya kita harus berkorban. Mari terus berkorban untuk Tuhan dan sesama sebagai bukti kita membalas pengorbanan Tuhan dan sesama yang sudah lebih dahulu mengasihi kita. • Richard T.G.R

Pertanyaan     : Apakah aku mau berkorban untuk orang-orang yang aku kasihi?
Aplikasi          : Berkorbanlah untuk membuktikan kita memang mengasihi.
Doa                : Kuatkan aku Tuhan agar mampu berkorban bagi orang lain. Amin.

Satu Mati Enam Sembuh

Baca : II Korintus 5 : 11 – 21
Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (II Korintus 5 : 15)

Karena bermain kriket dengan 3 anak, Paul Spencer (42) warga Australia terluka di kepala. Seminggu kemudian bankir yang bekerja di Credit Suisse Singapura ini dinyatakan meninggal dunia. Meski bukan warga Singapura, keluarga Spencer memutuskan untuk mendonorkan organ Spencer. Organ itu meliputi jantung, liver, kornea, ginjal, dan kulit. Jantungnya didonorkan kepada pria keturunan China berusia 57 tahun yang sudah menunggu selama dua tahun. Livernya didonorkan kepada pria keturunan China berusia 47 tahun yang juga menunggu selama dua tahun.

Kornea diberikan kepada 2 orang, yaitu seorang wanita keturunan China berusia 42 tahun dan seorang balita berusia 4 tahun bernama Sherri Lim yang buta sejak lahir. Ginjal didonorkan pada dua orang, yaitu seorang wanita China berusia 43 tahun dan seorang pria China berusia 57 tahun. Kulitnya didonorkan pada bank kulit yang berguna bagi korban luka bakar. ″Sungguh bahagia mengetahui ayah telah memberikan kehidupan baru bagi banyak orang,″ ujar Dominque (13) salah seorang putri Spencer. (Sumber : Majalah Intisari – Agustus 2004).

Yesus sudah memberikan teladan bagi kita semua tentang kasih dengan merelakan diri-Nya mati di kayu salib untuk menebus dosa kita semua untuk kemudian bangkit pada hari yang ketiga. Kematian Yesus memberikan kehidupan bagi kita yang tadinya mati oleh dosa agar kita sekarang tidak hidup bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain. Tuhan ingin hidup yang kita miliki hari ini bisa memberkati sebanyak mungkin orang yang kita jumpai. Kita mungkin tidak sehebat Spencer yang merelakan organ tubuhnya didonorkan pada banyak orang, namun kita bisa gunakan hidup untuk memberikan dampak positif bagi orang-orang sekitar kita. Berapa pun usia kita hari ini, mari kita menjadi pribadi yang mengasihi dan memberkati siapa pun yang kita temui. • Richard T.G.R

Pertanyaan     : Apakah aku sudah mengasihi sesamaku?
Aplikasi          : Kasihilah sesamamu.
Doa                : Tuhan, ajar aku mampu mengasihi seperti-Mu. Amin.

Nenek Penjual Sapu

Baca : Amsal 30 : 7 – 9
Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. Amsal 30 : 9

Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Satu sore, ia melewati pasar Godean untuk membeli ayam goreng. Di samping warung ayam goreng itu ada seorang nenek berpakaian kumal bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas sambil merangkul beberapa ikat sapu lidi. Penampilan nenek yang memelas membuat temanku tergerak memberikan uang. Sulit dipercaya, nenek itu malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan.

Penjual ayam goreng yang melihat kejadian ini lalu memberitahu bahwa nenek itu bukan pengemis namun penjual sapu lidi. Ingin tuntas mengasihi, temanku merogoh kocek dan membeli semua sapu si nenek. Saat menerima uang, nenek itu kelihatan bingung, rupanya ia tak punya kembalian yang hanya lima ratus. Dengan enteng temanku berkata, ″Ambil aja kembaliannya Mbah.″ Tapi nenek itu tak mau. Ia lalu bangkit dan menukar uangnya di penjual ayam goreng dan memberikan kembaliannya. Temanku heran kok masih ada ya orang yang jujur, mandiri, dan memiliki harga diri yang tinggi meski berkekurangan.

Setiap manusia punya harga diri dan harus menjaga harga diri itu agar tak dipandang rendah orang. Hari ini banyak orang salah dalam menilai harga diri. Mereka pikir harga dirinya akan dinilai tinggi kalau hartanya banyak, kendaraannya keren, rumahnya mewah, pekerjaannya terhormat, gajinya besar, atau pakaiannya perlente. Oleh karena itu beberapa orang korupsi atau ngutang demi harga diri. Apakah aku yang masih muda ini hidup jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri meski dosa selalu mengodaku? Nggak salah kamu berpenampilan bagus kalau memang mampu, namun menjaga harga diri yang benar adalah hidup seturut FirTu. Pelajaran dari nenek penjual sapu dan permintaan Agur bin Yake kiranya membuat kita semangat menjalani hidup dengan jujur, mandiri, dan memiliki harga diri. • Richard T.G.R

Pertanyaan     : Apakah aku memiliki harga diri?
Aplikasi          : Jauhkanlah kecurangan dan kebohongan.
Doa                : Tuhan, ajar aku mencukupkan diri dalam segala keadaan.

Jangan Tergesa-gesa

Baca : I Samuel 13 : 1 – 14
Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. (Amsal 14 : 29)

Pengalaman lucu ini aku dapetin waktu mendaki Gunung Ungaran di Jawa Tengah. Kala itu kami mendaki gunung pagi-pagi dan sampai di puncak gunung sekitar pukul 9 pagi. Karena lelah sekaligus haus, seorang temenku bernama Henri langsung mengambil sebuah botol air kemasan aqua yang tergeletak di dekatnya dan meneguk isinya dengan penuh semangat tanpa bertanya pada rekan-rekannya yang sedang duduk kelelahan sambil melihat panorama dari puncak gunung. Namun naas, ternyata isinya bukan air mineral namun minyak tanah, sehingga segeralah dia meludah-ludah dengan paniknya. Kami pun kaget dan mulanya tidak “ngeh” mengapa anak ini mendadak panik. Namun ketika mendengar ucapannya bahwa dia salah minum, segera kami tertawa tergelak-gelak sampai sakit perut. Rupanya botol minuman kami berjejeran dengan botol minuman pendaki gunung lain yang berisi minyak tanah, yang kebetulan sudah berkemah duluan di puncak gunung.

Sobat Muda, temenku Henri salah minum karena tergesa-gesa dan efeknya nggak parah. Namun coba bayangkan jika kita terburu-buru ngambil keputusan sehingga kita mengalami efek parah yang mungkin bisa seumur hidup. Karena bangun terlambat dan tergesa-gesa berangkat sekolah, kita memacu motor dengan kecepatan tinggi sehingga bisa aja kita kecelakaan dan mengalami cacat fisik. Karena nggak sabar mengantri saat membeli makan, kita menyerobot barisan sehingga membuat marah banyak orang. Gara-gara tergesa-gesa menyiapkan pakaian saat akan mengikuti pesta, ada beberapa pakaian yang justru ketinggalan. Tergesa-gesa dalam hal apapun sangat nggak baik dan bakalan mendatangkan kerugian buat diri sendiri.

Saul harus kehilangan kedudukannya, padahal Tuhan sesungguhnya akan mengokohkan kerajaaannya atas orang Israel gara-gara nggak sabaran. Tinggal satu langkah lagi Saul sukses yaitu sabar aja tunggu Samuel, namun apa daya Saul pada akhirnya di tolak Tuhan karena nggak taat. Sobat muda, belajarlah memprepare segala sesuatu sebelum bertindak. Jangan bikin persiapan dadakan karena hal itu sangat merugikan dirimu sendiri. Biasakan disiplin dalam menyiapkan segala sesuatu secara detail dan bersabarlah saat segala sesuatu nggak berjalan sesuai dengan apa yang kamu inginkan. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Anak Muda – Selasa, 31 January 2012
Pertanyaan     : Apakah aku suka tergesa-gesa?
Aplikasi          : Biasakan bersabar menghadapi segala sesuatu.
Doa                : Tuhan, bantu aku agar tidak terburu-buru. Amin.