Website counter

Senin, 16 April 2012

Suka Memberi

Baca : Amsal 11 : 24 – 26
Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. (Amsal 11 : 24)

Ada tiga macam pemberi. Si batu api, si spon, dan si sarang lebah. Untuk mendapatkan si batu api, kita harus menghantam dia. Walau sudah dihantam, biasanya kita hanya mendapat sedikit serpihan dan percikan bunga api. Pelit untuk memberi. Kalau pun mau memberi, itu selalu dengan pertunjkan besar-besaran. Pemberi macam ini akan selalu menuntut namanya harus diumumkan dan berharap semua orang tahu. Untuk mendapatkan sesuatu dari si spon, kita harus memerasnya lebih dulu, kalau perlu dengan ancaman. Barulah si spon mau memberi. Memberi karena terpaksa.

Untuk mendapatkan sesuatu dari tipe sarang lebah, kita tak perlu melakukan kekerasan karena ia suka memberi. Tanpa tekanan dan tanpa harus menunggu lebih dahulu seseorang menghantamnya, dia akan membiarkan madu yang dihasilkan terus mengalir agar orang yang sedang membutuhkannya bisa mendapatkannya. Ia akan selalu memberi dan memberi, namun selalu saja madu yang dihasilkannya tak pernah habis karena akan selalu ada madu baru yang dihasilkan. Sarang lebah memberi dengan ketulusan sehingga tak pernah berkekurangan.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, termasuk pemberi macam apakah kita? Percayalah bahwa saat kita memberi dengan tulus, Tuhan pasti akan mengantinya dan tak akan biarkan kita berkekurangan. Jangan pernah takut jatuh miskin karena kita suka memberikan bantuan kepada orang-orang yang mengalami kekurangan, karena Tuhan akan selalu menggantinya dengan berkat yang baru. Kita sudah biasa melihat ada orang Kristen yang miskin, namun pernahkah kita melihat ada orang Kristen yang suka memberi, hidupnya kekurangan dan berhutang ke sana ke mari? Tidak pernah! Memberilah dengan motivasi kasih, maka Tuhan sang sumber kasih akan melimpahi kita dengan kasih. Jadilah pemberi yang tulus. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Senin, 30 April 2012
Pertanyaan    : Termasuk pemberi macam apa Anda?
Aplikasi          : Jadilah pemberi yang tulus.
Doa                 : Tuhan, ajar aku menjadi pemberi yang tulus. Amin.

Teladan Sang Guru

Baca : Yohanes 13 : 1 – 20
Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yohanes 13 : 15)

Sejak kecil sampai sekarang, kita pasti sering sekali menerima nasehat atau pelajaran dari orang-orang di sekitar kita. Sebagian besar nasehat mereka pasti berisi hal-hal yang baik, hal-hal yang mengajarkan kita hidup lurus. Namun kenapa kadang kita tak mau menuruti omongan mereka? Sederhana, karena tidak adanya teladan.

WANITA, sudah biasa kita mendengar petinggi negara ini gembar-gembor cintailah produk Indonesia, tetapi mobil dinasnya buatan luar negeri dan saat tamasya sukanya ke luar negeri. Sudah biasa kita dengar beberapa petinggi negara berkata memerangi korupsi, tetapi beberapa waktu kemudian ditangkap KPK karena terbukti korupsi. Sudah biasa pula kita mendengar ada pendeta ngajarin saling mengasihi, namun pendeta itu bermusuhan dengan pendeta gereja lain. Sudah biasa kita dengar guru menasehati anak didiknya agar jangan menyontek atau melakukan kekerasan, namun kenyataan berbicara ada beberapa guru yang melakukan pemukulan pada muridnya sendiri dan ada guru menyuruh muridnya nyontek saat UN agar mereka semua lulus. Mungkin kita juga pernah kecewa pada penulis yang pintar menulis ini dan itu, namun pada prakteknya penulis itu tak bisa melakukan apa yang dia tulis.

WANITA, lalu bagaimana caranya kita tetap bisa bertumbuh dalam iman kita kepada Tuhan di tengah orang-orang yang sebagian hanya bisa menasehati namun tak bisa memberikan teladan? Pertama, ikuti nasehat Yesus yang mengajar kita agar menuruti ajaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi namun jangan tiru perbuatan mereka (Matius 23 : 3). Kedua, jadikan Yesus sebagai teladan kita. Jika kita hari ini menyebut Yesus adalah Guru dan Tuhan, lakukan apa yang Yesus lakukan (ayat 15). Sederhana, bukan? Jadilah orang yang memberi teladan, bukan hanya sekedar memberikan nasehat tanpa praktek. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Senin, 30 April 2012
Pertanyaan    : Apakah hidupku menjadi teladan baik buat orang lain?
Aplikasi          : Turuti perintah Yesus dan teladan-teladanNya.
Doa                 : Tuhan, ajar aku untuk menjadikan Engkau sebagai teladanku. Amin.

Tembok Pertahanan

Baca : Mazmur 62 : 1 – 13
Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. (Mazmur 62 : 3)

Pada jaman dahulu, kekuatan suatu bangsa diukur dari kekuatan benteng dan tembok pertahanan yang dimilikinya. Jika benteng pertahanannya lemah dan mudah ditembus oleh musuh, bisa dipastikan bangsa itu akan kalah perang saat diserang bangsa lain. Kota Yerikho sangat sulit diserang rakyat Israel secara frontal, namun tembok itu roboh karena kuasa Tuhan setelah diputari sebanyak 7 kali. Bangsa China mulai tahun 210 SM membangun tembok raksasa sepanjang 2450 km, yang masih berdiri sampai sekarang. Pada jaman perang troya, tentara Yunani pun sangat sulit merobohkan tembok kota Troya. Akhirnya tentara Yunani berhasil masuk dan membumihanguskan kota Troya dengan siasat kuda Troya.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, siapakah yang menjadi benteng hidup kita? sebagian orang mengandalkan kedudukannya, hartanya, perusahaannya, sanak keluarganya, atau depositonya sebagai benteng pertahanan. Mereka berpikir, kalau aku kaya, punya kedudukan, punya banyak perusahaan, maka aku akan aman. Betulkah? Belum tentu. Kalau kita ingin memiliki benteng pertahanan hidup yang kokoh, mari kita meneladani raja Daud. Daud punya kekuasaan sebagai raja, punya banyak prajurit dan pahlawan, hartanya pun banyak, namun ia tak mengandalkan semuanya itu. Ia mengandalkan Tuhan sebagai benteng hidupnya sehingga ia tidak goyah dan sejarah mencatat ia menjadi raja yang besar.

Kita akan sukses baik secara rohani dan jasmani bukan ditentukan dari seberapa kita pintar atau seberapa kita kaya, namun dari seberapa yakin kita bersandar pada Tuhan? Benteng pertahanan paling kuat adalah Tuhan, sehingga mari kita selalu arahkan hati pada Tuhan dan dengan setia melakukan firman-Nya. Memang saat dipraktekkan tidak mudah karena banyak orang akan berkata kita bodoh dan gila. Namun, percayalah bahwa saat kita bersandar pada Tuhan, kita akan selalu berhasil menaklukan segala macam tantangan dan masalah. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Jumat, 27 April 2012
Pertanyaan    : Seberapa erat Anda bersandar pada Tuhan?
Aplikasi          : Bersandarlah pada Tuhan.
Doa                 : Tuhan, terima kasih karena Engkau mau menjadi benteng hidupku. Amin.

Penghancur Impian

Baca : Bilangan 13 : 1 – 33
Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." (Bilangan 13 : 31)

Orang jenis apakah yang bisa menghancurkan impian atau semangat orang lain? Orang yang selalu mengeluarkan komentar negatif. Walaupun kita berharap tidak bertemu dengan orang jenis ini, namun kita akan selalu menemuinya dalam komunitas apapun. Omongan negatif seperti : ″Tidak mungkin rencana Anda bisa berhasil″ atau ″Idenya sih memang hebat, tetapi kalau dipraktekkan mana bisa menjadi kenyataan. Bikin ide kok nggak masuk akal.″ Biasanya kalau kita mendengar komentar seperti itu, kita menjadi tidak semangat dan merasa tidak dihargai. Orang yang mengutarakan ide itu pun merasa direndahkan dan bisa timbul bibit permusuhan.

Sahabat Riang, kalau kita bertemu dengan orang yang suka menghancurkan impian atau semangat orang lain, tetaplah berpikir positif dan yakin bahwa ide-ide yang Anda kemukakan bisa menjadi kenyataan. Jangan putus asa atau lemah iman karena itu menandakan Anda menyetujui ucapan negatif orang itu, namun tunjukkan Anda bisa dengan tetap semangat menjalankan ide itu. Jangan biarkan diri Anda tidak bertumbuh hanya gara-gara omongan negatif orang lain yang tidak suka melihat Anda maju. Kalau Anda tidak bertumbuh, Anda merugikan diri sendiri. Kalau Anda bertumbuh, Anda memuliakan nama Tuhan, menjadi berkat untuk diri sendiri, keluarga, dan komunitas Anda.

Kalau selama ini kita selalu mengeluarkan perkataan negatif kepada orang lain, belajarlah untuk tidak menjadi penghancur semangat atau impian orang lain. Dukung orang lain untuk sukses walaupun ide dan impiannya mustahil bagi Anda. Hanya orang-orang yang memiliki pikiran positif dan mau terus berusahalah yang akan menuai berkat dan kesuksesan. Kisah Kaleb dan Yosua hendaknya menjadi perenungan untuk kita semua agar menjadi orang-orang yang berpikir positif dalam situasi sulit sehingga berkat Tuhan tercurah dalam hidup kita. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Siang – Jumat, 27 April 2012
Pertanyaan    : Apakah aku suka mengeluarkan perkataan negatif?
Aplikasi          : Jangan menjadi penghancur impian orang lain.
Doa                 : Tuhan, ajar aku jadi penyemangat orang lain. Amin.

Kenapa Nasi Lengket?

Baca : Kisah Para Rasul 2 : 41 – 47
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (Kisah Para Rasul 2 : 42)

Semua biji tanaman mengandung zat protein yang disebut gluten, yang dalam bahasa Latin artinya lem. Oleh karena itu zat lengket pada biji padi disebut gluten. Gluten pada biji padi berfungsi untuk pertumbuhan calon anak tanaman padi. Gluten pada biji padi terletak di bagian endosperma biji padi. Zat gluten ini terikat bersama-sama zat karbohidrat atau zat pati. Oleh karena itu nasi akan terasa lengket jika diremas-remas.

Air rebusan beras juga terasa lengket sebab air rebusan beras mengandung gluten. Ibu-ibu jaman dahulu memberi makan bayi dengan air rebusan beras atau disebut air tajin karena mengandung banyak protein biji padi. Biji gandum pun mengandung 2 jenis protein gluten. Oeh karena itu orang membuat martabak pasti menggunakan tepung gandum karena lebih lengket daripada tepung beras.

Jagoan Kristus, dalam bergaul apakah kamu bisa lengket dengan teman-temanmu, atau kamu selalu menjaga jarak? Hubungan pertemanan yang sehat harus saling mengenal satu sama lain. Kalau kita menjaga jarak dengan teman-teman atau hanya mau bergaul dengan anak-anak tertentu yang kamu anggap sederajat denganmu, kamu sudah mendukakan hati Tuhan karena tidak menghargai ciptaan-Nya, yaitu teman-temanmu. Cobalah lihat nasi yang ada di piringmu sebelum dimakan. Mereka lengket satu sama lain. Kamu pun hendaknya bisa bergaul dengan siapapun sehingga disukai banyak orang. Murid-murid Yesus di jemaat mula-mula disukai semua orang karena mereka dekat satu sama lain. Contohlah teladan mereka dengan bisa bergaul dengan semua temanmu dan dekat satu sama lain. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Junior – Kamis, 26 April 2012
Pertanyaan    : Seberapa erat hubunganku dengan teman-temanku?
Aplikasi          : Jangan membeda-mbedakan saat bergaul.
Doa                 : Tuhan, ajar aku menjadi teladan baik bagi teman-temanku. Amin.