Website counter

Selasa, 26 Oktober 2010

Berani Ambil Resiko

Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Daniel 3 : 19

Bacaan : Daniel 3 : 1 – 30

Saya memiliki seorang rekan bernama Angga. Secara umur dia jauh lebih tua dari saya, namun kenyataan berbicara sayalah yang secara pribadi harus terus membimbing dan mengarahkannya. Angga memiliki pergumulan dalam masalah pekerjaan. Gajinya yang minim membuat dirinya merasa tidak nyaman dalam mencukupi kebutuhannya karena dia ingin bisa melakukan lebih, baik secara rohani maupun jasmani. Saya dan beberapa rekan di gereja berulang kali menasehatinya agar berani ambil resiko untuk keluar dari pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain atau membuka usaha sendiri. Namun hasilnya nihil. Angga beralasan sudah berulang kali mengirim lamaran, namun tak satu pun yang memanggilnya untuk wawancara, padahal pendidikannya sarjana. Untuk usaha sendiri Angga tidak berani, padahal menurut penuturannya sendiri dia sudah memiliki tabungan yang secara hitung-hitungan cukup untuk membuka usaha burger keliling. pekerjaan yang selama ini dikerjakannya adalah bekerja di kedai burger. Angga takut menghadapi resiko sehingga hasilnya dia terus berkutat dalam masalah keuangan. Saya secara pribadi prihatin, namun apa daya dia sendiri tak mau berubah dan seakan-akan menunggu mujizat turun dari langit. Padahal mujizat hanya terjadi kalau kita mau sungguh-sungguh berusaha dengan tekun.

Banyak Angga-Angga lain di sekitar kita atau bahkan mungkin kita sendiri. Kita takut berubah, takut bertumbuh, takut membuat terobosan, takut menulis sesuatu yang menyakitkan, takut di kritik, takut melakukan kebenaran, takut ini takut itu hanya karena satu kata bernama RESIKO. Dalam benak kita sudah terpikir suatu kegagalan saat kita mengambil tindakan atau keputusan sehingga kita tak mengalami perubahan apalagi pertumbuhan dalam hal apapun. Kita seperti orang yang jalan ditempat, padahal kita sama sekali tidak mengalami kemajuan. Satu kenyataan yang harus berani kita terima adalah hidup selalu penuh resiko dan keputusan atau tindakan apapun yang kita ambil pasti memiliki resikonya. Ambillah contoh Saat kita memutuskan keluar kerja dan menjadi seorang penulis professional, kita harus siap mendapat pemasukan yang tidak pasti dan kritikan dari para penerbit buku yang menerima hasil tulisan kita. Saat kita keluar dari perusahaan kosmetik tempat kita berkarier untuk membuka salon sendiri, kita harus siap mengalami kerugian. Saat kita mengambil keputusan untuk menjadi murid Yesus, kita harus siap memikul salib dan berulangkali mengalami "hajaran" Tuhan agar karakter kita semakin berkualitas.

Hidup Anda dan saya adalah pilihan. Anda mau bertumbuh atau diam ditempat, itu keputusan Anda sendiri. Anda mau menjadi murid Yesus yang radikal atau suam-suam kuku, itu keputusan Anda sendiri. Anda mau mencoba dan terus mencoba merintis usaha sampai berhasil atau memilih menjadi karyawan dengan gaji pas-pasan, itu pilihan Anda. Orang lain hanya bisa menasehati dan memberikan bimbingan. Namun keputusan ada di tangan Anda sendiri. Mari kita jalani hari ini dengan berani mengambil resiko, karena orang yang berani membuat keputusan dan mengambil resiko adalah seorang pemenang yang sejati. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar