Website counter

Jumat, 29 Oktober 2010

Belajar Memahami

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Matius 7 : 3

Bacaan : Matius 7 : 1 – 5

Sebuah puisi oleh penulis tak dikenal menulis seperti ini :

Jangan mencari kesalahan orang yang timpang
Atau tersandung-sandung di sepanjang jalan kehidupan
Kecuali engkau sudah mengenakan sepatu yang dipakainya,
Atau menanggung beban yang dipikulnya
Mungkin ada paku dalam sepatunya yang melukai kakinya,
Meski tersembunyi dari pandanganmu, beban yang ditanggungnya,
Bila kau pikul di punggungmu, mungkin’kan membuatmu tersandung pula.
Jangan terlalu keras pada orang yang melakukan kesalahan
Atau melempari dia dengan batu atau kayu
Kecuali engkau yakin, ya sangat yakin,
Bahwa engkau sendiri tak punya kesalahan.

Saya secara pribadi memiliki kebiasan buruk yang sampai hari ini berusaha saya rubah atau lebih tepatnya diganti dengan kebiasaan yang lebih positif yaitu suka mencela kesalahan atau kekurangan orang lain. Dengan mudah saya sering jengkel, marah dan kesal melihat teman satu gereja yang begitu susah dinasehati, begitu susah diarahkan untuk melakukan sesuatu yang benar. Ungkapan seperti : begitu aja nggak bisa, bego, sekolah sarjana tapi otak dengkul, tolol, payah, masa depan suram, kerap dengan mudah terucap dalam hati. Dengan mudahnya saya terkadang berlagak seperti hakim yang mengetokkan palu dan menjatuhkan vonis, padahal saya tidak tahu apa yang membuat seseorang yang membuat saya kesal itu menjadi salah di mata saya dan banyak orang. Saya sering langsung menjadi hakim yang tak mau mencari tahu terlebih dahulu sebab-sebab orang itu bermasalah.

Hari ini apakah Anda mempunyai kebiasaan buruk suka menghakimi orang lain tanpa mau terlebih dahulu mengoreksi diri sendiri? Mari kita sama-sama belajar untuk belajar memahami dan berdiri di posisi orang itu. Untuk tahu mengapa seseorang menjadi sangat pendiam dan susah untuk maju, kita harus mau tinggal dalam kehidupannya. Untuk tahu susahnya menjadi pemain bola yang memasukan bola ke gawang, kita harus terlebih dahulu ikut bermain bola. Untuk tahu betapa tidak mudahnya memutuskan putus kuliah demi membiayai keuangan orang tua, Anda harus lebih dahulu mengalami putus kuliah demi satu tanggung jawab moral. Untuk tahu betapa tidak gampangnya menginjil, Anda harus terlebih dahulu menginjil. Untuk tahu betapa susahnya menjadi penulis rohani yang tak hanya pintar menulis namun juga menjadi pelaku dari apa yang dia tulis, Anda harus belajar menjadi penulis. Untuk tahu betapa tidak mudah hidup menjadi anak panti asuhan, Anda harus tinggal dalam panti asuhan terlebih dahulu. Sebelum kita berkata-kata atau memberi nasehat, alangkah bijaksananya kita mengalaminya terlebih dahulu, baru memberikan komentar. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar