Website counter

Selasa, 19 April 2011

Betah atau Takut?


Baca : II Korintus 11 : 7 – 33
Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian. II Korintus 11 : 27

Satu hari sepulang ibadah, saya membantu pindah rumah salah satu jemaat di gereja kami. Sesampainya di tempat tujuan saya hendak berganti kemeja dengan kaos oblong, namun apa daya wc-nya dipakai orang. Saya pun dianjurkan untuk bersalin di rumah tetangganya yang terpaut sekitar tiga rumah. Setelah meminta ijin, saya pun masuk kamar tidur tetangga tersebut dan bersalin. Ketika berada dalam kamar, saya sangat kaget karena kamar tersebut panas sekali dan anak tetangga itu bisa tidur dengan nyenyaknya. Kamar itu sangat panas sebab atapnya terbuat dari seng dan tak ada fentilasinya (maklum kawasan padat penduduk). Buru-buru saya bersalin dan keluar. Dalam hati saya heran sekaligus kagum karena keluarga ini bisa betah setiap hari tidur di sebuah kamar yang sangat panas dan kalau hujan turun telinga mereka akan sangat tak nyaman karena tetesan air hujan yang menerpa seng.

Betah atau kerasan adalah sebuah kata yang menunjukkan kita nyaman menjalani satu rutinitas. Di dunia kerja, akan kita temui banyak karyawan betah bekerja belasan tahun di satu perusahaan walaupun tak semua perusahaan itu memberikan gaji yang cukup. Di suatu perumahan, akan kita temui banyak keluarga betah tinggal di lingkungan yang kumuh dan padat penduduk walaupun sangat tidak nyaman. Dalam hal kebiasaan, banyak orang hari ini selalu merokok walaupun mereka tahu itu bisa merusak kesehatan. Dalam hal Kekristenan, banyak kita jumpai orang Kristen yang dengan sangat gigih melakukan firman Tuhan dalam hidup mereka. Walaupun beberapa diantaranya kerap mengalami aniaya. Kita bisa betah melakukan sesuatu walaupun kadang tidak nyaman karena kita mencintai hal itu. Tanpa cinta, seseorang tak akan betah melakukan apapun sekalipun diberi fasilitas dan upah yang besar.

Sebagai seorang Kristen, betahkah kita melakukan firman Tuhan atau kita menjadi Kristen hanya karena takut masuk neraka, sehingga ogah-ogahan melakukan firman? Kalau selama ini kita terpaksa melakukan firman Tuhan, itu tandanya kita belum cinta Tuhan. Kita tak mau patuh apalagi betah karena menganggap perintah Tuhan itu beban. Kalau sebagian kita bisa betah melakukan sesuatu, mengapa kita tidak bisa betah melakukan firman? Belajarlah mencintai Firman Tuhan seperti Paulus sehingga Anda betah hidup seturut Firman-Nya. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Harian Spirit – Kamis, 28 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku cinta melakukan firman Tuhan?
Aplikasi          : Lakukan firman Tuhan dengan cinta.
Doa                 : Tuhan, bantu aku untuk mencintai firman-Mu. Amin.

Berbuah Untuk Tuhan


Baca : I Korintus 9 : 1 – 14
Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? I Korintus 9 : 7

Bagi kita yang suka berkebun, apa yang kita ingin dapatkan dari biji yang kita tanam? Biji itu akan bertumbuh dan pada akhirnya berbuah. Sebuah pohon yang baik pasti akan menghasilkan buah. Namun biasanya pohon itu tidak akan menikmati hasil buahnya, karena orang yang menanam pohon itulah yang akan memetik buah yang ada setelah masak. Pemilik pohon yang menikmati buah itu dengan cara memakannya, atau menjualnya ke pasar sehingga mendapatkan sejumlah uang.

Sama seperti sebuah pohon yang menghasilkan buah namun tidak menikmati buah-buahnya, apapun kesuksesan yang telah kita capai sampai saat ini, jangan pernah sombong dan menganggap itu semua karena hasil kerja keras kita. Memang benar kita bekerja keras untuk mencapai dan memiliki apa yang kita punyai saat ini, memang benar kita sudah menghasilkan sesuatu untuk Tuhan, memang benar banyak orang diberkati oleh pelayanan kita. Namun hendaknya semua pujian dan kemuliaan itu kita kembalikan kepada Tuhan. Banyak orang jatuh ketika berada di puncak kesuksesan mereka karena sombong.

Kesombongan adalah awal dari kehancuran. Siapakah kita sehingga berani menyombongkan diri kepada Tuhan dan manusia? Bukankah kita hanya seperti dahan yang berbuat lebat karena melekat pada pohon. Paulus sebagai pelayan Tuhan berhak menikmati apa yang telah selama ia lakukan untuk Tuhan. Paulus mempunyai hak untuk menuai berkat dari jemaat binaanya. Namun Paulus tidak mau memegahkan diri dan tetap hidup sebagai rasul yang sederhana karena dia ingin segala hormat dan pujian hanya untuk Tuhan. Paulus bisa saja menetap di satu kota, menikah, dan hidup dari persembahan jemaat. Tetapi Paulus memilih menginjil dari kota ke kota agar banyak orang dimenangkan.

Mari kita hidup dengan rendah hati sehingga kita tetap di dapati setia sekalipun Tuhan mengangkat kita sangat tinggi. Gunakan segala berkat yang kita punyai saat ini untuk memberkati sesama dan jangan pernah biarkan benih-benih kesombongan tumbuh dalam hati kita. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Harian Spirit – Senin, 25 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku senantiasa rendah hati?
Aplikasi          : Mari kita tetap rendah hati setinggi apapun Tuhan mengangkat hidup kita.
Doa                 : Tuhan, tolong bantu aku dalam menjaga hati. Amin.

Nilai Sesuap Nasi


Baca : Lukas 16 : 10 – 12
Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Lukas 16 : 10

Beberapa tahun lalu sewaktu saya masih menjadi karyawan, bos saya mengajak makan di sebuah rumah makan all you can eat. Kami pun segera memilih berbagai menu yang tersedia dan saya dengan senang hati mengambil aneka makanan yang ada dalam jumlah cukup banyak. Mumpung gratis. Sambil makan-makan kami ngobrol ke sana ke mari. Namun karena kebanyakan mengambil makanan, saya menyisakannya sedikit sedangkan piring bos saya bersih. Melihat saya tidak menghabiskan makanan yang saya ambil sendiri, bos saya memberikan satu komentar yang selalu membekas dalam ingatan saya sampai hari ini. "Kalau you nggak bisa ngabisin makanan yang you ambil sendiri, gimana mungkin saya percayain perusahaan saya sama you? Diluar sana banyak orang nggak bisa makan karena jadi pengangguran, you seenaknya aja membuang-membuang makanan," itulah perkataannya. Perkataan itu menjadi tamparan yang sangat keras buat saya dan sejak saat itu saya selalu menghabiskan makanan yang saya ambil.

Menyisakan makanan adalah perkara yang kecil, namun bisa membuat orang menilai seperti apa karakter kita dan bagaimana cara kita menghargai sebuah berkat, walaupun berkat gratisan sekalipun. Banyak orang begitu hebat melakukan perkara-perkara besar. Mereka bisa memimpin banyak anak buah, membuat rencana kerja ini dan itu yang ketika dipraktekkan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan, mereka jago melobi pelanggan, atau mereka bisa bergaul dengan kalangan-kalangan papan atas. Memang kita harus melakukan perkara-perkara besar untuk membuat hidup kita semakin bernilai dan nama Tuhan dimuliakan melalu perbuatan kita, namun jangan melupakan perkara-perkara kecil yang biasa kita lakukan.

Cara kita makan, cara kita mendengarkan pendapat orang, sikap kita saat mengantri di tengah keramaian, cara kita tertawa, cara kita berkelakar atau cara menata meja kerja adalah hal-hal simple yang sesungguhnya sangat penting. Mari kita setia melakukan sesuatu yang benar untuk perkara-perkara kecil sehingga dalam perkara besar pun kita didapati benar. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Harian Spirit – Selasa, 19 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku setia dalam perkara kecil?
Aplikasi          : Jangan pernah menggangap remeh perkara kecil.
Doa                 : Tuhan, ajar aku agar setia dalam perkara-perkara kecil. Amin.

Kasih Seorang Ayah


Baca : II Korintus 8 1 – 15
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3 : 16

Mulyono bukan nama seorang pendeta yang mampu menobatkan ribuan orang, bukan pula tersangka teroris yang di tembak mati, bukan juga pemain bola yang menang dalam salah satu pertandingan Piala Dunia. Mulyono hanya nama seorang ayah dari enam orang anak yang tidur di emper toko di Jalan Pemuda Kota Semarang. Sepuluh tahun silam, Mulyono bekerja sebagai tukang becak dan tinggal di sebuah rumah kontrakan. Pada waktu itu kedua anaknya sakit parah dan membutuhkan uang yang tak sedikit untuk menebus biaya rumah sakit, sehingga dia menjual becaknya yang merupakan alat untuk mencari nafkah. Karena biaya masih kurang, dia menjual televisi, peralatan dapur dan barang-barang miliknya yang lain untuk membayar biaya rumah sakit. Hasilnya, kini dia menjadi miskin dan bekerja sebagai pencari paku di sungai-sungai yang keruh demi sekedar menyambung hidup.

Kalau seorang Mulyono yang sederhana dan tak pernah mengenyam bangku kuliah rela menjadi miskin dan kehilangan segala harta bendanya demi kesembuhan kedua anaknya, Tuhan sudah melakukan hal yang sama bahkan sangat jauh lebih besar lagi untuk membuktikan cinta kasih-Nya kepada kita. Tuhan tak hanya rela berulang kali sakit hati ketika umat-Nya selalu tidak percaya akan segala mujizat-Nya (Bilangan 14 : 11), namun Tuhan merelakan anak-Nya mati di kayu salib demi menebus segala penyakit dan dosa kita. Tuhan rela kehilangan segala-galanya asalkan kita bisa memperoleh keselamatan kekal. Tuhan rela mengampuni kita bahkan saat kita tak tahu apa itu dosa dengan tanpa syarat. Tuhan selalu mengampuni sekalipun sering dalam beberapa peristiwa kita tanpa sadar suka mengasihi Tuhan dengan syarat.

Hari ini, bagaimana cara Anda membalas cinta kasih Tuhan? Cinta kasih Tuhan tak akan pernah bisa kita balas, namun kita bisa meneladani apa yang sudah Tuhan lakukan. Pergunakan hidup kita untuk peduli dengan kesusahan orang lain, luangkan waktu kita untuk bisa bercakap-cakap dengan orang yang kesusahan dan membantunya, sediakan telinga dan hati kita untuk menjadi tempat curahan hati bagi orang-orang yang remuk hatinya. Selagi masih ada waktu, mari kita mengasihi Tuhan dan sesama dengan sepenuh hati. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Woman – Senin, 25 April 2011
Pertanyaan     : Sudahkah aku membalas cinta kasih Tuhan?
Aplikasi          : Lakukan tindakan untuk membalas cinta kasih Tuhan.
Doa                 : Tuhan, terima kasih untuk kasihmu yang tak berkesudahan. Amin.

Ujian Kesabaran


Baca : Kejadian 22 : 1 – 19
Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati. Amsal 16 : 2

Di suatu hari minggu selesai sebuah kebaktian, salah seorang jemaat mendatangi bapak Pendeta dan memohon bantuan doa. Jemaat ini ingin sekali memiliki karakter kesabaran, namun selalu gagal sehingga memohon bantuan pendetanya yang menurutnya adalah orang yang cukup "hebat". Bapak Pendeta yang sudah sepuh itu kemudian mengajaknya untuk duduk berdua di depan altar dan mulailah dia berdoa. Pendeta ini berdoa agar begitu keluar dari gereja, jemaat ini akan berhadapan dengan orang-orang yang membuatnya marah. Setiba di rumah dia mendapati anaknya melakukan tindakan yang membuatnya jengkel dan besok saat dia masuk kantor, hampir semua rekan-rekannya meledeknya sampai dia sangat emosi. Jemaat ini sangat kaget mendengar "ocehan" pak Pendeta kepada Tuhan, namun dia tak berani menyela. Begitu Pendeta selesai berdoa, mengeluhlah dia mengapa bapak Pendeta berdoa seperti itu. Dengan bijaksana Pendeta ini berkata bahwa untuk memiliki kesabaran, jemaat ini harus bergumul dengan situasi-situasi yang memaksanya bersabar. Tanpa sebuah ujian, mustahil dia bakal memiliki kesabaran.

Kisah di atas hanyalah anekdot, namun kiranya membuat kita mengerti bahwa segala sesuatu yang kita ingin capai pasti memiliki ujiannya tersendiri. Abraham mendapat gelar bapak orang percaya bukan semata karena dia asal percaya saja, namun karena Abraham berhasil lulus ujian yang di berikan Tuhan. Abraham percaya saja kepada Tuhan saat disuruh mengorbankan anaknya di Moria, walaupun dalam hati kecilnya sangat berat membunuh anaknya dengan tangannya sendiri. Kepercayaan Abraham terbukti saat ada ujian. Anda ingin memiliki buah-buah roh seperti kesabaran, atau penguasaan diri? Ujian hiduplah yang akan membuktikan apakah Anda sudah memiliki buah-buah roh itu.

Bersyukurlah kalau hari ini Tuhan menempatkan Anda di situasi yang sulit karena dari situlah karakter-karakter baik Anda akan terbentuk. Saat anak Anda menjengkelkan hati, inilah saatnya Anda menguji karakter kesabaran. Saat Anda mendadak menang undian ratusan juta, inilah saatnya Anda menguji karakter penguasaan diri. Berterima kasihlah kepada Tuhan atas setiap ujian hidup yang Dia berikan. • Richard T.G.R.

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Woman – Jumat, 11 Maret 2011
Pertanyaan     : Bagaimana sikapku selama ini dalam menghadapi ujian hidup?
Aplikasi          : Bertumbuhlah secara karakter melalui setiap ujian yang datang.
Doa                 : Tuhan, bentuk aku semakin berkualitas melalui ujian demi ujian yang datang. Amin.

Rileks


Baca : Matius 6 : 25 – 34
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Matius 6 : 27

Saya termasuk kelompok orang yang tidak bisa berenang. Satu kali saat saya masih duduk dibangku SMA dan baru saja selesai menyelenggarakan acara kemah sekolah tahunan, saya dan beberapa teman mencuci sebuah tenda tentara yang kami pinjam di sebuah sungai yang dalam dan arusnya cukup deras. Karena asyik bercanda, tiba-tiba saya terseret arus dan otomatis saya tenggelam. Dalam kepanikan saya berteriak-teriak minta tolong sehingga beberapa teman spontan berenang menolong. Seorang teman sambil mendekat menyuruh saya rileks sehingga tubuh saya akan mengapung. Saya pun menuruti omongannya dan tubuh saya pun terapung sehingga dengan mudah mereka membantu saya menepi. Beberapa waktu yang lalu saya mengajak seorang teman donor darah di PMI dan saya berhasil mendonorkan sekantong darah, namun teman saya tidak padahal secara kesehatan dia memenuhi syarat. Rupanya teman saya ketakutan saat melihat jarum suntik menusuk lengan saya dan darah mengalir ke dalam kantong, akibatnya tekanan darahnya turun sehingga petugas PMI menolaknya.

Rileks adalah sebuah tindakan yang sederhana namun menghasilkan dampak besar ketika dipraktekkan, namun sayang banyak diantara kita menganggap remeh cara ini. Ketika kita menghadapi berbagai masalah di pekerjaan, di rumah, di gereja, atau di dalam pergaulan, sebagian kita sangat tegang memikirnya sehingga bukannya solusi yang muncul tetapi stres yang datang. Seumur hidup kita tak mungkin bisa bebas dari masalah dan beban hidup, namun kita akan selalu menemukan solusi saat kita mau belajar rileks. Seseorang yang tak mampu berenang bisa mengapung dan seseorang berhasil mendonorkan darah karena dia rileks, tidak takut tenggelam dan tidak takut jarum suntik. Anda pun bisa menyelesaikan masalah kalau mau meluangkan waktu sejenak untuk menenangkan pikiran sehingga solusi muncul.

Kekuatiran tidak akan pernah menyelesaikan masalah dan justru memperpendek umur kita, karena tubuh akan mengeluarkan toksin-toksin yang membuat daya tahan tubuh turun sehingga penyakit mudah menyerang. Petrus semula rileks dan fokus pada Yesus sehingga ia bisa berjalan di atas air, tapi ketika ia mulai memperhatikan sekelilingnya, maka is justru tenggelam. Jadi cobalah rileks sebelum menyelesaikan segala masalah yang ada sehingga Anda menjadi pemenang di setiap masalah. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Motivator – Sabtu, 30 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku bisa rileks dalam menghadapi masalah?
Aplikasi          : Rilekslah.
Doa                 : Tuhan, ajar aku rileks dalam menjalani hidup. Amin.

Keinginan


Baca : Kejadian 3 : 1 – 19
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Kejadian 3 : 1

Di suatu hari di awal tahun 2011, saya mendapat sms dari sebuah nomor tak dikenal yang berkata : Selamat!! No Anda mendapat hadiah Rp 100 juta dari PT. XLcomindo d.undi tqdi malam di ANTV pukul 23.30 Edisi/Jan/2011. Hubungi kantor pusat 087840144499 Ir.H. EDI GUNAWAN. Pengirim +818. Jujur saya tertawa geli membaca sms itu dan tak membalasnya karena di handphone saya no pengirimnya +628194431XXX. Orang itu bermaksud menipu saya dengan hadiah Rp 100 juta padahal saya tidak pernah ikut kuis, sehingga saya tak menanggapinya. Namun, kalau saya adalah orang yang begitu mudah tergiur keuntungan dadakan, pasti saya akan langsung menghubungi dan kemungkinan besar tertipu.

Penipuan berkedok hadiah sudah menjadi hal yang lumrah di jaman ini, bahkan sejak manusia pertama kali diciptakan. Ciri sederhana sebuah umpan yang nikmat namun sangat mematikan adalah sang pemberi selalu berkata apa yang dia berikan itu sangat menguntungkan kita, tanpa kita perlu bersusah payah meraihnya. Iblis menjatuhkan Adam dan Hawa dengan berkata mereka bisa seperti Tuhan jika makan buah yang dilarang Tuhan. Tanpa perlu susah payah dan tinggal gigit, mereka akan bisa seperti Tuhan, menciptakan ini dan itu. Karena menganggap omongan ular benar dan buah itu memang kelihatan enak. Mereka pun memakannya dan akhirnya jatuh dalam dosa. Di masa kini iblis pun sering menjatuhkan anak Tuhan dengan cara yang sama walaupun barangnya berbeda. Iblis akan jatuhkan kita dengar kabar kita memenangkan undian yang tak pernah kita ikuti, iblis kirimkan kita seseorang yang mengajak kita menanam modal yang bisa balik sekian kali lipat tanpa perlu kerja keras, iblis akan berikan kita pekerjaan dengan gaji besar namun kita tak punya waktu untuk dekat dengan Tuhan, dll.

Tak ada makan siang gratis, itulah hal yang harus selalu Anda pikirkan saat iblis mengiming-imingi Anda dengan "rejeki yang turun dari langit." Tuhan tak pernah memberikan rejeki atau berkat secara instan, sehingga selalu berhati-hatilah dengan apapun berkat yang Anda terima secara instan. Karena iblis pun bisa memberkati Anda dengan limpah untuk menjatuhkan Anda dalam dosa. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Motivator – Minggu, 17 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku suka dengan rejeki instan?
Aplikasi          : Hati-hati saat seseorang menawari berkat secara instan.
Doa                 : Tuhan, ajar aku untuk mau berusaha dengan tekun. Amin.

Carilah Masalah


Baca : Matius 12 : 9 – 15a
Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Matius 12 : 14

Di dunia ini tak ada seorang pun yang ingin mempunyai masalah dan mencari masalah. Orangtua kita pun sangat sering memberikan nasehat agar kita bisa menjaga diri dan jangan cari-cari masalah. Jujur, kita semua ingin tak punya masalah. Namun harapan itu tak akan pernah terwujud karena selama masih hidup masalah akan selalu ada. Oleh karena itu mencoba menghindari masalah adalah satu usaha yang sia-sia. Sebagai manusia yang ingin maju dan memberikan dampak positif bagi dunia ini, kita harus memiliki prinsip berani mencari masalah dan menyelesaikannya. Mencari masalah di sini tentu bukan secara negatif seperti membuat gara-gara dengan teman, sengaja mempermalukan bos dimuka anak buahnya, atau mengolok-olok kinerja rekan satu kantor. Mencari masalah berarti kita belajar peduli dengan masalah serius yang terjadi di sekitar kita dan mencari jalan keluarnya.

Para penemu benda-benda bermanfaat seperti Thomas Alfa Edison (bola lampu), Charles Goodyear (ban karet), C. Marconi (radio), Wright bersaudara (pesawat terbang), dan Benyamin Holt (traktor) adalah orang-orang yang sengaja mencari masalah dan menyelesaikannya. Dalam mewujudkan solusi berupa penemuan yang berguna bagi umat manusia, mereka pantang mundur ketika berulangkali gagal, mereka mencoba dan terus mencoba sampai berhasil. Wright bersaudara pantang mundur membuat pesawat terbang walaupun mendapat ejekan dari orang banyak dan berkali-kali gagal bahkan mengalami cidera karena mereka tahu penemuan mereka kelak akan sangat berguna dalam mempermudah transportasi. Usaha mereka tak sia-sia karena hari ini kita bisa menikmati hasilnya.

Yesus pun adalah Tuhan yang selalu mencari masalah dan menyelesaikannya. Yesus sengaja menyembuhkan orang di hari Sabat dan otomatis mencari masalah dengan orang-orang Farisi karena tahu tindakan-Nya itu benar dan memberikan kesembuhan. Ingin hidup Anda berarti dan meneladani Kristus? Beranilah mencari masalah secara positif dan menyelesaikannya. Para penemu berhasil menciptakan berbagai benda yang berguna bagi manusia karena mau mencari masalah dan menyelesaikannya, contohlah teladan mereka sehingga hidup yang Anda jalani memberi nilai-nilai positif. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Motivator – Kamis, 7 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku berani mencari masalah dan menyelesaikannya?
Aplikasi          : Perhatikan sekeliling dan selesaikan masalah yang ada.
Doa                 : Tuhan, berikan aku keberanian untuk menyelesaikan masalah di sekitarku. Amin.

Makna Hidup


Baca : Yohanes 15 : 9 – 17
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Yohanes15 : 13

Anthony Campolo pernah menceritakan sebuah studi sosiologis mengenai 50 orang berusia sembilan puluh tahun lebih. Mereka ditanya, seandainya Anda bisa mengulang kembali kehidupan Anda, apa yang mau Anda lakukan secara berbeda? Ada beragam jawaban diberikan, namun ada tiga jawaban teratas. Pertama, seandainya saya harus mengulang kembali hidup ini, saya akan lebih banyak merenung. Kedua, seandainya saya harus mengulang kembali hidup ini, saya akan lebih banyak mengambil resiko. Ketiga, seandainya saya harus mengulang kembali hidup ini, saya akan mengerjakan hal-hal yang tetap langgeng setelah saya berpulang nanti. Riset ini memperkuat fakta bahwa makna hidup jauh lebih penting daripada sekedar mengejar ambisi, popularitas, kekayaan dan sebagainya.

Guys, banyak orang bermimpi dan mungkin termasuk kamu, kelak akan menjadi orang kaya sehingga bisa membeli apapun yang kamu inginkan, menjadi orang cerdas yang membuat sesuatu sehingga dunia memuji kecerdasanmu, menjadi artis atau penyanyi terkenal sehingga seluruh dunia tahu siapa kamu, menjadi seseorang yang dipuja-puja karena kamu memiliki beberapa kelebihan di atas rata-rata orang lain, dst. Salahkah kita jika kita ingin memiliki itu semua atau lebih halusnya kita ingin mengubah keadaan kita menjadi lebih baik? Tidak. Namun makna hidupmu tidaklah ditentukan dari seberapa banyak harta yang kamu punya, seberapa banyak orang mengenalmu, atau seberapa hebat popularitasmu, tetapi dari seberapa banyak kamu memberikan sesuatu yang positif untuk orang lain. Katakanlah kamu kelak jadi orang kaya raya yang terkenal dan mendapat banyak sekali penghargaan. Saat kamu mati, dalam waktu sepuluh tahun bahkan kurang, orang sudah lupa siapa kamu karena akan ada orang-orang kaya raya baru yang terkenal dan mungkin jauh lebih banyak mendapat penghargaan daripada kamu.

Guys, hari ini dunia mengenal Yesus, Mother Theresa atau Mahatma Gandhi bukan karena mereka kaya raya atau menerima banyak penghargaan tingkat dunia, namun karena mereka menggunakan hatinya, bahkan hidupnya untuk orang lain. Isi hidupmu dengan melakukan kebaikan demi kebaikan. Sehingga namamu selalu dikenang, baik saat kamu masih hidup maupun ratusan tahun setelah kamu tiada. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Next – Senin, 25 April 2011
Pertanyan       : Apa yang sudah aku lakukan selama menjalani hidup?
Aplikasi          : Isi hidupmu dengan memberikan dampak positif bagi banyak orang.
Doa                 : Tuhan, bantu aku agar bisa memberikan dampak positif buat orang lain. Amin.

Buka Pintu


Baca : Wahyu 3 : 14 – 22
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Wahyu 3 : 20

Kepada siapa Anda sering membuka pintu rumah Anda? Apakah kepada para tetangga, sanak family, rekan-rekan kerja, orang-orang tertentu, atau tak seorang pun Anda ijinkan datang berkunjung? Seberapa banyak Anda menerima tamu dan tamu seperti apa yang Anda ijinkan masuk, itu semua akan menjadi salah satu ciri kepribadian Anda. Jika Anda membuka pintu hanya untuk orang-orang tertentu, berarti Anda termasuk orang yang suka memilih teman. Jika Anda bisa menerima siapapun anggota jemaat gereja atau kenalan Anda, berarti Anda orang yang mudah bergaul dengan siapapun. Jika Anda menerima teman-teman untuk pesta narkoba atau seks seperti yang marak belakangan ini, berarti Anda menjadikan rumah Anda sebagai sarana untuk berbuat dosa. Dll.

Sama seperti tamu secara fisik yang kita terima dalam rumah kita, tamu yang kita ijinkan mampir di hati kita pun akan sangat mempengaruhi kerohanian kita. Jika selama ini kita ijinkan kekuatiran, kemarahan, iri hati atau kebencian sering mampir dalam hati, maka kita meracuni hati. Sudah pasti hal-hal negatif yang dominan dalam diri Anda. Jika Anda ijinkan kasih, sukacita, damai sejahtera, atau penguasaan diri mampir dan ijinkan mereka masuk, maka pasti hati kita dipenuhi hal-hal yang positif. Lalu bagaimana jika hal-hal yang buruk maupun yang positif bergantian mampir dan keluar masuk dalam hati kita? Kita sama saja dengan orang yang suam-suam kuku, dingin tidak panas pun tidak. Orang yang suam-suam kuku adalah orang yang paling malang karena Tuhan maupun dunia menolaknya. Agar kita menjadi seorang Kristen yang selalu positif, menjaga hati dengan tidak sembarangan memasukan berbagai hal adalah salah salah satu tindakan yang tepat.

Tuhan selalu ingin tinggal dalam hati kita dan memberikan damai sejahtera, namun sayang sebagian kita lebih suka memasukan tamu-tamu dunia seperti hawa nafsu, kebencian atau amarah sehingga Tuhan tak bisa tinggal. Jagalah hati Anda dengan segala kewaspadaan dan hanya ijinkan hal-hal positif yang masuk. Isi hati Anda dengan roh kudus dan buah-buah roh sehingga hidup Anda akan selalu mengalami kemenangan. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Next – Jumat, 8 April 2011
Pertanyaan     : Hal-hal apa saja yang selama ini aku masukkan dalam hatiku?
Aplikasi          : Selalu masukkan hal-hal yang positif dalam hati.
Doa                 : Tuhan, ajar aku untuk memasukkan hal-hal kebenaran dalam hatiku. Amin.

Seikat Kangkung


Baca : Lukas 19 : 11 – 27
Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Lukas 19 : 15

Ada seorang pedagang kangkung di sebuah pasar sedang melayani satu demi satu orang yang membeli kangkungnya. Orang pertama membeli seikat kangkung dengan harga seribu rupiah, membawa kangkung itu pulang ke rumahnya untuk kemudian di masak menjadi oseng kangkung yang dimakan satu keluarga. Orang kedua membeli seikat kangkung dengan harga yang sama untuk ditaruh dikolam ikan lele sebagai makanan ikan-ikan itu. Orang ketiga membeli seikat kangkung dan menaruhnya di kulkas. Namun karena selama seminggu berada di luar kota dan lupa memasak kangkung tersebut, kangkung itu rusak dan akhirnya dibuang. Orang keempat membeli seikat kangkung, memasaknya menjadi kangkung cah jamur dan menjualnya kembali kepada pelanggan dengan harga mahal karena dia membuka restoran. Orang kelima membeli seikat kangkung dan memasaknya menjadi sayur kangkung biasa untuk orang-orang yang makan di warteg-nya.

Kangkung yang sama dengan harga yang sama, bisa menghasilkan sesuatu yang berbeda. Kangkung itu bisa tak berguna kalau hanya disimpan, bisa untuk makan satu keluarga, bisa untuk mendapatkan untung seribu sampai lima ribu jika di jual di warteg, atau bisa mendatangkan untung di atas sepuluh ribu jika dijual di sebuah restoran terkenal. Sama seperti kangkung yang memiliki nilai berbeda jika digunakan dengan cara yang berbeda, talenta kita pun demikian. Tuhan menganugrahi kita semua dengan talenta yang berbeda-beda namun sebetulnya sama yaitu untuk memuliakan Tuhan dan membangun satu sama lain. Namun mengapa dalam kenyataan sehari-hari sering kita jumpai tak semua orang yang bertalenta bisa sukses? Itu terjadi karena orang tersebut tidak mau mengolah atau mengolah talentanya dengan cara yang salah.

Talenta jika kita asah dan maksimalkan, pasti menghasilkan sesuatu yang sangat bernilai, jika talenta itu kita gunakan seadanya maka hasilnya juga biasa-biasa saja, jika talenta itu kita simpan tidak mungkin menghasilkan apa-apa. Apapun talenta Anda hari ini, maksimalkan terus sehingga talenta itu akan terus menghasilkan sesuatu yang semakin besar untuk Anda dan semakin memuliakan Tuhan. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Next – Kamis, 7 April 2011
Pertanyaan     : Sudahkah aku memaksimalkan talentaku?
Aplikasi          : Maksimalkan terus talenta yang Anda punya.
Doa                 : Tuhan, ajar aku memuliakanmu melalui talentaku. Amin.

Berhenti Mengeluh


Baca : Lukas 10 : 38 – 42
Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Lukas 10 : 40

Jika hari ini ada seseorang yang Anda hormati, katakanlah pendeta atau pimpinan di kantor, datang bertamu ke rumah Anda, saya percaya Anda pasti berusaha menyambut sebaik mungkin. Anda akan mempersilahkan tamu duduk dan menemaninya berbicara. Anda akan sibuk menyiapkan minum dan camilan yang baik agar tamu merasa bahagia bisa mampir ke rumah Anda. Anda berusaha menjadi tuan rumah yang baik. Sekarang kita bicara dalam lingkup yang lebih luas yaitu di gereja. Tak sedikit diantara kita terlibat dalam pelayanan. Entah itu sebagai song ministry, guru sekolah minggu, seksi peralatan, pemain musik, dll. Kita rela berjerih lelah berlatih atau memberikan waktu untuk pelayanan agar ibadah berjalan dengan baik dan jemaat merasa diberkati. Namun apa jadinya jika Tuhan justru kelihatannya memberkati jemat yang notabene "tidak terlibat pelayanan" dan kurang peduli dengan pelayanan yang selama ini Anda lakukan?

Keluarga yang dikasihi Tuhan, kalau hari ini Anda merasa Tuhan tidak peduli akan pelayanan Anda dan lebih mengasihi saudara Anda yang hanya menjadi jemaat biasa, mari kita sama-sama belajar dari Marta. Marta sama sekali tidak bersalah ketika menerima Yesus di rumahnya dan sibuk melayani. Marta tidak salah ketika menyiapkan ini dan itu untuk membuat Yesus nyaman. Namun Marta bersalah ketika dia menganggap Tuhan tidak peduli. Marta seharusnya tidak mengucapkan kata-kata itu karena jika dia mengenal Yesus dengan dalam, pastilah dia tahu Yesus bukanlah seseorang yang suka dilayani. Yesus ke sana ke mari berjalan kaki bersama para murid, tidur menumpang di rumah penduduk yang mau menerima, makan apa yang di makan para murid, Alkitab pun lebih sering menulis Yesus melayani banyak orang termasuk para murid daripada para murid yang melayani-Nya.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, Jangan marah atau iri melihat saudara seiman Anda yang tidak terlibat pelayanan kelihatan lebih diberkati. Tuhan sangat menghargai pelayanan Anda dan Dia peduli dengan apa yang Anda lakukan. Tetaplah melayani dengan semangat dan tidak menyusahkan diri dengan banyak perkara. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Selasa, 26 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku suka iri hati kepada sesama anak Tuhan?
Aplikasi          : Lakukan pelayanan kita dengan sepenuh hati.
Doa                 : Tuhan, ajar aku untuk tidak membanding-mbandingkan pelayananku dengan rekan-rekan yang menjadi jemaat biasa. Amin

Damai Sejahtera


Baca : Kejadian 2 : 8 – 25
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Kejadian 2 : 15

Marilah kita berandai-andai sejenak bahwa kita saat ini hidup di jaman Adam dan Hawa. Kira-kira apakah Anda merasa hidup berkelimpahan? Di jaman itu tidak ada radio, internet, televisi, handphone, ruangan dingin ber-ac, mobil atau motor, rumah mewah, komputer, kulkas, atau pakaian. Di jaman mereka hanya ada pohon-pohon yang menghasilkan buah untuk dimakan dan beberapa sungai, mereka pun terlanjang, dan mungkin tidur di atas pohon atau rerumputan. Adam dan Hawa baru sadar mereka terlanjang ketika mereka sudah memakan buah terlarang (Kej 3:7). Alkitab secara tersirat berkata keduanya hidup dalam damai sejahtera karena tak pernah Alkitab menulis keduanya komplain kepada Tuhan meminta ini dan itu. Ketika ketidakpatuhan dan keinginan dunia mulai meracuni mereka, barulah mereka kehilangan damai sejahtera.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, dari kisah Adam dan Hawa kita bisa belajar bahwa damai sejahtera itu tidak berasal dari harta benda, kepintaran, kekuatan, atau barang duniawi apapun yang kita punya, namun berasal dari sikap kita dalam memandang berkat Tuhan. Mengapa kita merasa iri, marah, atau kekurangan padahal sesungguhnya Tuhan memberkati kita dengan limpah? Karena kita mulai membandingkan hidup kita dengan orang lain dan tak mampu memiliki sesuatu yang kita inginkan.

Kita mencari suatu kesenangan atau berkat dengan cara kita sendiri sehingga akhirnya kita kecewa dan merasa Tuhan kurang mengasihi. Padahal, Tuhan selalu mengasihi kita semua sesuai dengan apa yang kita tabur. Tuhan tidak melarang kita memiliki benda ini atau itu, atau kita ingin memiliki taraf hidup yang lebih baik. Tuhan ingin kita juga tidak melupakan kasih-Nya hanya karena kita melihat orang lain seakan-akan lebih diberkati.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, damai sejahtera itu mudah didapat saat kita bisa mensyukuri apapun proses kehidupan yang Tuhan berikan. Katakan tidak pada iblis saat dia menggoda Anda untuk membandingkan diri dengan orang lain. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Sabtu, 23 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku selalu merasa berkekurangan?
Aplikasi          : Jangan pernah membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain.
Doa                 : Tuhan, bimbing aku untuk selalu bisa mengucap syukur atas apapun yang Engkau berikan kepadaku. Amin.

Hambatan


Baca : Matius 24 : 3 – 14
Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku. Matius 24 : 9

Apapun pekerjaan yang kita tekuni saat ini, pasti kita memiliki hambatan saat bekerja. Hambatan itu bisa berupa kemalasan yang tiba-tiba menyerang saat kita harus menyelesaikan tugas yang bertumpuk-tumpuk, rekan kerja yang sengaja atau tidak sengaja menghambat pekerjaan kita, komputer yang tiba-tiba terserang virus, mati listrik sehingga kita tak bisa bekerja, kendaraan yang mogok di tengah jalan, kiriman barang yang terlambat datang, dll. Jujur, kita sangat ingin bisa selalu bekerja tanpa hambatan alias semuanya selalu berjalan baik-baik saja. Rasa malas tak pernah menyerang, semua peralatan kantor berfungsi baik, rekan kerja mendukung dan gaji selalu dibayar tepat waktu. Namun pekerjaan apapun tak akan pernah berkualitas jika tanpa hambatan. Semakin besar hambatan yang muncul akan menempa kita semakin berkualitas dan matang dalam bekerja.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, tak hanya masalah pekerjaan, kita menjadi Kristen pun pasti akan menghadapi hambatan dan berbagai penderitaan. Tuhan Yesus jauh-jauh hari sudah berkata menjadi seorang Kristen tidak akan membuat hidup kita semakin nyaman dan baik secara duniawi, namun justru kita akan semakin menderita. Kita harus siap orang menganggap diri kita sok suci saat dengan tegas kita menolak berbohong atau memberikan suap kepada aparat. Kita harus siap dianiaya jika berani menginjil kepada orang-orang yang belum percaya. Kita harus tabah saat orang-orang menggosipkan kita karena suka ke gereja dan aktif pelayanan. Kita harus mampu menahan lidah kita untuk mengeluarkan kata-kata kotor atau caci maki saat ada orang sengaja memaki-maki kita dihadapan banyak orang. Tidak gampang memang melakukan firman Tuhan, namun kita semua pasti bisa jika terus menerus mencoba.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, jangan pernah takut atau mengeluh ketika menghadapi hambatan. Pandanglah sebuah hambatan sebagai sarana latihan agar hidup Anda semakin lebih baik dan berkarakter. Jadikan hambatan sebagai media untuk Anda terus produktif dan memberikan hasil yang terbaik. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Minggu, 17 April 2011
Pertanyaan     : Apakah selama ini aku mengeluh saat menghadapi hambatan?
Aplikasi          : Jadikan hambatan sebagai sarana agar hidup semakin berkualitas.
Doa                 : Tuhan, berikan aku kekuatan agar bisa membereskan satu demi satu hambatan yang menghalangi kegiatanku hari ini. Amin.

Perilaku Ketidakberdayaan


Baca : Matius 25 : 14 – 30
Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Matius 25 : 25

Di awal Januari 1965, seorang Psikolog bernama Martin Seligman melakukan suatu eksperimen. Bersama rekannya, ia mengondisikan 3 ekor anjing. Anjing-anjing itu kemudian disetrum. Anjing pertama dikondisikan bisa menghentikan aliran listrik dengan sentuhan hidungnya. Anjing kedua belajar bahwa tak ada satu pun yang bisa dilakukannya. Anjing ketiga tak diberikan setruman apapun. Percobaan dilanjutkan dengan menaruh ketiga anjing itu dikotak yang terpisah oleh penggalang rendah. Di kotak itu, satu sisinya terdapat setruman listrik dan sisi lainnya, aman. Lalu, semua anjing itu ditaruh di bagian beraliran listrik. Dalam hitungan detik, anjing pertama dan ketiga segera belajar untuk meloncat ke bagian kotak yang aman. Namun apa yang terjadi dengan anjing nomor dua? Anjing itu tetap membiarkan dirinya disetrum listrik tanpa melakukan usaha apapun. Kejadian menarik ini lantas ditulis di Journal of Experimental Psychology.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, kisah tadi memang terjadi pada anjing. Namun sadarkah kita bahwa di sekitar kita ada beberapa orang yang bersikap seperti anjing yang kedua? Mereka pasrah dengan keadaan namun tidak berusaha untuk melakukan satu tindakan agar keadaan menjadi lebih baik. Memang benar Tuhan menyuruh kita sabar menanggung segala sesuatu, tetapi dari kesabaran itu Tuhan pun ingin kita melakukan satu terobosan yang positif. Mengapa Tuhan memuji hamba yang mengembangkan lima talenta dan dua talenta tetapi menghukum hamba yang menyimpan talentanya? Bukankah hamba ini sebetulnya tidak menghilangkan talenta tuannya dan dikembalikan utuh? Tuannya marah karena orang ini pasrah dengan keadaan dan tak mau berjuang. Hamba ini negatif thingking dengan menganggap tuannya kejam dan kelak pasti memungut hasil kerja kerasnya, sehingga dia pikir buat apa kerja keras mengembangkan talenta?

Keluarga yang dikasihi Tuhan, mari kita berjuang dan memiliki terobosan baru dalam apapun masalah yang kita hadapi saat ini. Berhentilah meratap, mengeluh dan merasa tak berdaya kalau Anda tak mau dicampakkan oleh Tuhan. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Kamis, 14 April 2011
Pertanyaan     : Apakah selama ini aku bersikap pasrah saat menghadapi masalah?
Aplikasi          : Berjuang terus dan jangan pernah mengeluh.
Doa                 : Tuhan, ajar aku untuk tidak pasrah dan merasa tak berdaya menghadapi masalah demi masalah yang terjadi. Amin

Kristen Yang Berkualitas


Baca : II Korintus 6 : 1 – 10
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. Yakobus 1 : 12

Semua orang saat membeli suatu barang pasti menginginkan barang yang berkualitas. Untuk mengetahui seberapa berkualitas suatu barang, ujian adalah cara yang cocok. Madu yang asli pasti tidak akan dikerubuti semut. Emas yang murni pasti akan tahan api. Garam yang asli pasti akan memberikan rasa asin saat dilarutkan dalam masakan. Lalu apa cara sederhana untuk kita bisa tahu seorang Kristen itu benar-benar berkualitas atau tidak?

Keluarga yang dikasihi Tuhan, seorang Kristen yang berkualitas pasti bisa bertahan dalam segala keadaan. Karakter Kristus dalam dirinya tidak akan berubah walaupun keadaan selalu berubah-ubah. Ketika keuangan sedang tipis, dia tetap mengucap syukur dan mampu mengelola keuangan dengan baik. Ketika keuangan sedang diberkati berlimpah-limpah, ia tetap mengucap syukur dan mengelola dengan baik. Ketika mendapat caci maki, ia tetap menjaga perkataan. Ketika mendapat pujian, dia tetap menjaga perkataan. Ketika kesehatan sedang oke dan semua urusan rumah tangga beres, ia tetap mengucap syukur dan mempraktekkan kasih. Ketika kesehatan bermasalah dan urusan rumah tangga sedang buruk, ia tetap bersyukur dan mempraktekkan kasih.  Ujian untuk kita tahu seberapa berkualitas hidup kita adalah kehidupan yang setiap hari kita jalani. Kalau di saat badai masalah datang dan kita mengeluh atau saat kelimpahan datang kita lupa bersyukur, itu tandanya kualitas kita masih perlu dipertanyakan.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, Tuhan akan selalu menguji diri kita dari berbagai kejadian yang kita hadapi. Ketika susah, senang, mendapatkan, atau kehilangan, itulah ujian yang seharusnya membuat kita makin berkualitas. Paulus adalah salah satu contoh rasul yang semakin berkualitas di tengah tekanan. Sebagai murid Yesus, apapun ujian yang kita hadapi saat ini, bertahan dan bertindaklah seperti Yesus sehingga hidup kita dari hari ke hari semakin berkualitas. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Sabtu, 9 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku orang yang tahan uji?
Aplikasi          : Bertahanlah dalam segala Keadaan.
Doa                 : Tuhan, terima kasih untuk ujian yang boleh aku hadapi hari ini. Amin

Kemauan Keras


Baca : Lukas 18 : 3
Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Lukas 18 : 3

Pernahkah Anda menginginkan suatu barang atau harapan, namun barang atau harapan itu tak kunjung Anda miliki? Anda sudah berusaha berkali-kali baik secara tindakan maupun doa, namun apa daya keinginan Anda tak kunjung menjadi kenyataan. Contoh sederhananya Anda sangat ingin memiliki buah hati atau sembuh dari suatu penyakit. Anda sudah berobat ke sana kemari, dan senantiasa berdoa. Tetapi Tuhan tak kunjung memberikan apa yang kita minta. Biasanya jika kita mengalami hal ini, semangat kita akan kendor dan kita berhenti berusaha. Kita mengubur keinginan itu dalam-dalam karena merasa gagal.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, kalau hari ini ada beberapa keinginan Anda yang belum tercapai dan Anda letih berusaha, mari kita belajar dari seorang janda yang meminta seorang hakim membela haknya. Berkali-kali dia meminta, namun berkali-kali pula dia mendapat penolakan. Namun janda ini punya kemauan keras untuk tidak pernah berhenti mencoba. Hasil akhirnya hakim itu menyerah dan mengabulkan keinginannya. Tuhan Yesus sengaja menceritakan kisah janda dan hakim ini agar kita sebagai murid-muridNya harus senantiasa berdoa sekaligus berusaha dengan tak jemu-jemu.

Kalau hari ini Tuhan tak mengabulkan doa kita, besok doa lagi, begitu terus sambil kita bertindak. Pasti harapan kita menjadi kenyataan. Tuhan sesungguhnya bisa mengabulkan apapun keinginan kita, bahkan keinginan yang sangat mustahil sekalipun. Pertanyaannya apakah kita punya iman? Kalau Tuhan bisa membuat seorang nenek-nenek bernama Sara bisa melahirkan seorang anak bernama Ishak, Tuhan pun bisa melakukannya untuk Anda. Kalau Tuhan bisa mencelikan mata orang buta, dia pun bisa menyembuhkan penyakit Anda.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, kemauan yang keras akan membentuk iman kita semakin murni. Teruslah berdoa dan berusaha karena keberhasilan dalam bidang apapun hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang memiliki kemauan keras dan tidak berhenti di tengah jalan. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Senin, 4 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku sudah berusaha keras menggapai keberhasilan?
Aplikasi          : Teruslah berusaha sampai berhasil.
Doa                 : Tuhan, bantu aku agar tidak menyerah mewujudkan harapanku yang belum terwujud. Amin.

God Never Sleep


Baca : I Samuel 1 : 1 – 28
Dan TUHAN mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi. Sementara itu makin besarlah Samuel yang muda itu di hadapan TUHAN. I Samuel 2 : 21

Pernahkah kita mengalami suatu kejadian di mana Tuhan menantang kita memberikan apa yang kita punya untuk memperluas pekerjaan-Nya atau menolong orang lain? Katakanlah gereja kita mendadak mengadakan persembahan khusus untuk membuka gereja baru di wilayah pedalaman atau gereja mengajak kita menjadi orang tua asuh untuk anak-anak tak mampu. Untuk mendukung semua itu, kita harus rela mengorbankan uang, harta benda atau kemewahan yang kita punya untuk di berikan kepada Tuhan. Saya percaya semua kita akan dengan semangat memberikan persembahan. Namun pertanyaannya, apakah kita benar-benar percaya Tuhan pasti akan mengganti apa yang kita korbankan tepat pada waktunya atau kita memberi dengan asas untung rugi?

Belajar masalah berkorban dan menepati janji, mari kita belajar dari Hana. Kalau kita membaca kisah Hana, akan kita temukan fakta bahwa dia mandul dan Samuel bisa lahir karena nazarnya kepada Tuhan. Cobalah Anda bayangkan kalau berdiri di posisi Hana. Bertahun-tahun menginginkan anak dan saat Tuhan berikan, Anda harus menyerahkannya kembali kepada Tuhan karena nazar Anda sendiri. Tentu butuh komitmen total dan iman yang teguh untuk mau melakukan ini, dan terbukti Hana mampu. Tuhan sangat menghargai apa yang Hana lakukan sehingga Tuhan berikan anak pengganti Samuel. Hana akhirnya mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi.

Kalau hari ini Tuhan tantang kita memberi apa yang sangat kita cintai, mampukah kita bersikap seperti Hana? Percayakah kita bahwa Tuhan pasti memiliki rencana terbaik atas apa yang Dia pinta? Tuhan tak pernah tidur melihat pergumulan dan komitmen kita kepada-Nya. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Kamis, 28 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku benar-benar percaya kepada Tuhan?
Aplikasi          : Buktikan rasa percayamu dengan tindakan.
Doa                 : Tuhan, mampukan aku untuk berani dan tulus berkorban untuk-Mu. Amin.

Di Tangan Siapa?


Baca : Pengkhotbah 9 : 1 – 12
Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. Amsal 10 : 7

Tidak hanya barang peninggalan artis atau atlit terkenal, barang peninggalan tokoh politik pun sangat berharga jika dijual. Sejumput rambut yang dimiliki Napoleon Bonaparte terjual dengan harga Rp 118 juta pada sebuah lelang di Auckland, Selandia Baru. Mengantisipasi membeludaknya peminat, penyelenggara memasang  sambungan telepon ekstra untuk melayani peminat dari luar negeri. Kaisar Perancis tersebut tewas di pengasingan di pulau St Helena tahun 1821. Sejumput rambut itu merupakan koleksi yang di bawa ke Selandia Baru tahun 1864 oleh Denzil Ibbetson, seorang pejabat Inggris. Ibbetson bertugas di St Helena selama empat tahun ketika Napoleon ditahan di tempat itu setelah dikalahkan dalam pertempuran Waterloo. Keseluruhan koleksi itu terdiri atas 40 item, termasuk sketsa kematian Napoleon.

Sejumput rambut memang kelihatan tidak berharga, namun kalau rambut itu berasal dari kepala seorang tokoh terkenal, maka bisa menjadi sesuatu yang mahal. Mengapa benda-benda yang nilainya biasa-biasa saja seperti pakaian, sejumput rambut, asbak, sepatu atau hanya sebuah sapu tangan, bisa menjadi demikian mahal bila di pegang atau pernah dipakai orang-orang tertentu? Karena orang tersebut bisa mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa. Contohnya Napoleon yang tubuhnya cebol dan dibesarkan dalam keluarga miskin, bisa mengubah negara Perancis yang miskin menjadi negara yang sangat di takuti karena menjajah banyak negara dan angkatan perangnya pada jaman itu selalu menang perang dan terkenal hebat. Tak heran apapun yang di pakai Napoleon menjadi mahal, bahkan hanya untuk sejumput rambut.

Wanita, kalau seorang manusia biasa bisa menjadikan sesuatu yang murah menjadi sangat mahal karena prestasinya, hidup Anda dan saya pun bisa menjadi luar biasa kalau mau meletakannya dalam tangan Tuhan. Hidup kita seringkali tidak bertumbuh dan biasa-biasa saja karena kita bertindak semaunya sendiri dan tak menuruti perintah firman Tuhan. Kita membuat aturan sendiri dan firman Tuhan hanya kita ketahui secara teori namun nol secara praktek. Ingin hidup Anda menjadi luar biasa? Serahkan hidup Anda dalam tangan Tuhan dan praktekkan segala firman-Nya, maka pasti hidup Anda akan menjadi luar biasa. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Senin, 25 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku menaruh hidupku seturut perintah Tuhan?
Aplikasi          : Serahkan hidupmu dalam tangan Tuhan dan lakukan firman-Nya.
Doa                 : Tuhan, kuserahkan hidupku pada-Mu dan kulakukan segala perintah-Mu. Amin

Habis Gelap Terbitlah Terang


Baca : Ayub 42 : 7 – 17
Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. Ayub 42 : 10

Lies Mariani adalah wanita paruh baya yang dihadapkan pada kejadian amat menakutkan bagi wanita. Tahun 1987 dia divonis dokter menderita kanker getah bening stadium akhir, Lies harus memilih dioperasi dan seterusnya akan menjalani proses kemoterapi atau menyerah pada nasib dan menunggu ajal menjemput. Lies tidak memilih keduanya, namun ia memilih menggunakan pengobatan alternatif. Namun, hasilnya bukannya sembuh, justru keadaannya semakin parah. Ia tak mampu beraktivitas dan selalu memuntahkan apa saja makanan yang masuk ke perutnya. Alhasil tubuhnya mirip tengkorak dan Hb-nya turun ke angka 4 g/dl. Padahal, normalnya wanita dewasa berkisar pada angka 12 – 16 g/dl darah.

Keseharian Lies hanya bisa berbaring tanpa bisa berbuat apa-apa dan orang-orang yang dikasihinya sepertinya sangat jauh, padahal dengan setia mereka selalu mendampinginya. Teringat akan anaknya yang masih bayi, Lies lalu teringat resep jamu yang pernah dipelajarinya saat kecil. Lies lalu meminta bantuan saudara-saudaranya untuk membuat ramuan jamu tersebut. Hasilnya mulai terlihat, daya tahan tubuhnya meningkat sehingga darah dan nanah kotor keluar. Rasanya sangat sakit , panas dingin dan kepala seperti mau pecah. Akhirnya masa-masa kritis terlewati dan di tahun 1990 dia terbebas dari kanker getah bening. Kini Lies Mariani rajin belajar aneka jamu yang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit kronis dan meramu serta memasarkan jamu buatannya untuk menolong sebanyak mungkin orang yang sakit.

Wanita, apakah hari ini Anda atau sanak keluarga mengalami nasib seperti Lies Mariani yang mengalami keadaan sangat tidak nyaman? Kalau ya, mari kita belajar menghilangkan kesedihan dan melihat penyakit kita dari sudut yang positif. Tuhan ijinkan penyakit datang tentu dengan tujuan baik walaupun bagi kita itu adalah sesuatu yang buruk. Tuhan ingin kita bertumbuh secara iman dan kelak kalau Tuhan ijinkan kita sembuh, Tuhan ingin kita menyatakan cinta kasih-Nya dan menguatkan saudara-saudara kita yang mengalami apa yang pernah kita alami. Jangan pernah menyerah terhadap penyakit atau tantangan yang ada, tetapi selalu carilah jalan keluar. Kisah Ayub dan Lies Mariani semoga membangkitkan semangat juang kita untuk tak pernah menyerah menghadapi tantangan yang ada dan tak jemu-jemu mencari jalan keluar sambil terus mengandalkan Tuhan. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Rabu, 20 April 2011
Pertanyaan     : Apakah aku mulai meragukan kuasa Tuhan?
Aplikasi          : Jangan pernah menyerah.
Doa                 : Tuhan, Aku mengerti bahwa beban yang harus aku pikul saat ini membawa kemuliaan untuk nama-Mu dan membuatku bertumbuh. Amin.

Bayar Harga


Baca : Yosua 14 : 6 – 15 dan Yeremia 29 : 11
Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya. Yosua 14 : 13

Beberapa waktu yang lalu saya menemani seorang saudara mengikuti acara lelang lukisan yang uang hasil lelang tersebut nantinya akan disumbangkan untuk korban bencana gempa Sumatra Barat. Saat lelang di mulai, harga sebuah lukisan karya salah seorang pelukis terkenal negeri ini di buka dengan harga sekian juta. Satu demi satu peserta lelang berlomba-lomba menawar dengan harga yang semakin tinggi sehingga satu demi satu peserta akhirnya berhenti menawar dan hanya satu peserta yang berhak mendapatkan lukisan tersebut karena berani menawar dengan harga paling tinggi.

Semakin bernilai atau besar kesuksesan yang ingin kita capai, kita tentu harus semakin berani membayar mahal untuk mendapatkannya. Kesuksesan menjadi seorang bupati tentu beda harganya dengan kesuksesan menjadi seorang presiden. Untuk menjadi bupati kita hanya perlu memenangkan hati pemilih satu kabupaten, namun untuk menjadi presiden kita harus memenangkan hati pemilih seluruh negeri. Biaya untuk terpilih menjadi bupati tentu berbeda dengan menjadi presiden. Kaleb untuk mendapatkan tanah yang di janjikan Musa harus berani bayar harga dengan cara menaklukan daerah itu sekalipun usianya sudah senja. Walaupun Kaleb sudah mendapat janji, ia harus tetap berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dengan mencucurkan keringat.

Tuhan sesungguhnya sudah menyediakan suatu masa depan yang cerah dan penuh harapan bagi kita, namun beranikah kita bayar harga untuk mendapatkan janji Tuhan? Semakin mahal dan bernilai sesuatu yang kita minta kepada Tuhan, Tuhan pasti berikan itu. Namun Tuhan juga meminta kita membayar harganya. Kita harus mau melakukan suatu usaha untuk mencapai impian itu. Sebagaimana sebuah lelang, dalam iklim kompetisi yang semakin ketat, kita baru bisa berhasil jika mau membayar harga paling tinggi dan mahal. Tuhan sudah memberikan janji-Nya, beranikah kita bayar harga seperti Kaleb untuk mendapatkan janji itu? • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Minggu, 10 April 2011
Pertanyaan     : Beranikah aku membayar harga?
Aplikasi          : Beranilah berusaha untuk mendapatkan hasil.
Doa                 : Tuhan, berikan Aku semangat untuk berani mewujudkan mimpi. Amin.

Minggu, 03 April 2011

Hidden Killer


Baca : I Petrus 5 : 6 – 11
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. I Petrus 5 : 8

Bukan hanya para tukang copet atau bandit picisan yang senang mengincar kaum wanita sebagai korban. Serangan jantung pun senang mengintai wanita secara diam-diam. Sebuah studi yang dipimpin oleh Jean Mcsweeney PhD, dari University of Arkansas for Medical Sciences, terhadap  515 wanita usia 29 – 97 tahun yang selamat dari serangan jantung, menyatakan bahwa seringkali mereka tidak dipercaya saat dirinya tengah mengalami gangguan atau serangan jantung. Dalam studi ini diketahui 95% responden mengaku mereka telah mengetahui ada sesuatu bermasalah di dalam tubuhnya sekitar sebulan atau lebih, sebelum serangan jantung terjadi.

Sayangnya, tidak ada seorang dokter pun yang menyetujui kalau gangguan yang mereka alami cenderung mengarah ke penyakit jantung. Rumitnya lagi, ketika serangan jantung terjadi, hanya sekitar 30 % responden yang mengalami gejala klasik penyakit jantung seperti nyeri atau rasa tidak enak pada bagian dada. Tak heran banyak pihak menyepelekan serangan jantung pada wanita. Beberapa tanda serangan jantung yang dialami oleh wanita adalah rasa lelah yang berat, gangguan tidur, nafas pendek-pendek, sulit menelan dan gelisah.

Ada satu lagi pembunuh tersembunyi yang mengincar wanita, yang lebih berbahaya dari serangan jantung atau vonis penyakit kanker. Pembunuh itu bernama iblis yang mengoda Anda untuk jatuh dosa. Iblis digambarkan seperti singa yang selalu sabar menunggu kita lengah dan membuka celah sedikit saja agar kita mau mencicipi umpan yang dia berikan. Jangan pernah membayangkan iblis akan menjatuhkan Anda dengan penampakan gedruwo, kuntilanak atau pocong, namun dia akan tampil layaknya "malaikat terang" dengan kata-kata yang sangat merdu.

Hawa bisa iblis jatuhkan dengan bujuk rayu bahwa buah yang di larang Tuhan sangat enak. Hendaknya kita belajar dari kegagalan Hawa dengan selalu waspada. Iblis tak pernah lelah mengintai Anda, oleh karena itu katakan tidak saat iblis menebar rayuan dan lawanlah dia dengan penuh iman karena anak-anak Tuhan di berbagai penjuru dunia mengalami ujian yang sama. Bersandarlah selalu pada Tuhan, maka Anda bisa melawan dan mengalahkan iblis si pembunuh tersembunyi. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Senin, 4 April 2011
Pertanyaan    : Apakah aku selalu bersandar pada Tuhan?
Aplikasi          : Sadarlah dan berjaga-jagalah.
Doa                 : Bapa, ingatkan aku untuk selalu waspada bahwa iblis senantiasa mengintai langkahku. Amin.