Website counter

Jumat, 29 Oktober 2010

Karakter Bisa di Ubah

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12 : 2

Bacaan : Kisah Para Rasul 9 : 1 – 19a

Beberapa tahun lalu saya memiliki seorang pacar (sekarang sudah putus) yang memiki sifat pemarah. Setiap kali saya terlambat datang ke rumahnya atau keputusan yang dia ambil tidak saya setujui, kemarahan menjadi solusi yang dia ungkapan. Sekali dua kali, sampai tak terhitung banyaknya saya berusaha bersabar. Tetapi dia tak kunjung berubah. Pernah satu kali saya menasehati, untuk dia tak mudah naik darah untuk perkara-perkara kecil, tetapi jawabannya membuat saya naik darah dan hampir saja saya menamparnya. Dia menjawab "Memang sifatku dari kecil dah kayak gini. Kalau kamu nggak suka nggak usah jadi pacarku. Pacaran sama temen-temen gerejamu yang alim dan sok suci sana. Kan ada tuh xxxx (dirahasiakan), temenmu yang cantik yang suka merayu-rayu kamu." Perkataan itu selalu saya ingat seumur hidup karena sangat melukai hati saya.

Memang saya akui teman gereja saya ada satu dua orang yang cantik, namun saya tidak bisa menerima dia meremehkan teman-teman saya. Akhirnya ucapan pacar saya ini menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Setelah berkali-kali di ajak ke gereja tak mau dan berkali-kali menolak meluangkan waktu untuk berdua dengan alasan ini dan itu. Dengan tanpa belas kasihan lagi saya langsung menyatakan putus hubungan. Sangat menyakitkan bagi dia karena menurut penuturan beberapa teman dekat, dia menangis dan murung berhari-hari, dia pun sempat emosional saat bertemu saya. Inilah konsekuensi dari kebebalan. Saya pun tak mau dilecehkan sebagai seorang lelaki dan saya tak mau kelak punya istri yang tak bisa mengendalikan emosinya.

Banyak orang tidak mau berubah secara karakter dengan alasan yang sangat klasik : watak tak bisa diubah sampai mati. Alhasil banyak orang dari kecil sampai tua renta tetap mempertahankan watak buruknya walaupun sebetulnya dia tahu wataknya itu menjadi masalah buat orang banyak dan dia sendiri turut menderita. Namun demi gengsi dan harga diri yang salah, dia rela pertahankan itu. Suka tidak suka, akan selalu kita temui orang-orang yang tidak mau berubah secara karakter walaupun berulang kali di nasehati. Kalau sudah begini apa yang sebaiknya kita perbuat? Tuhan Yesus berkata : Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu (Matius 10 : 14). Memang terkesan kejam saat kita melakukan itu, namun Tuhan pun mengajarkan kepada kita untuk jangan selalu memberi hati kepada orang bebal. Orang yang tahu diri dan mau berubah pasti akan melakukan usaha untuk berubah. Namun kalau berulang kali dinasehati tak kunjung berubah, ya apa boleh buat kita tinggalkan. Kita sudah berusaha, namun kalau dia tak bisa berubah ya itu urusan dia dengan Tuhan. Kita sudah melakukan bagian kita.

Watak selalu bisa di ubah sekalipun memakan waktu lama. Paulus adalah salah satu contohnya. Paulus begitu arogan dan kejam membunuh murid-murid Yesus karena pemahamannya yang salah. Paulus bisa bertobat karena mau sadar diri dan berusaha memperbaiki diri. Apapun watak buruk yang Anda miliki saat ini, Anda bisa berubah. Tinggal Anda mau berusaha atau tidak. Orang lain hanya bisa menasehati dan mengarahkan. Tuhan hanya bisa mengubahkan kalau kita sendiri mau berubah. Keputusan ada di tangan Anda. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar