Website counter

Sabtu, 13 Februari 2010

Si Pembual

Si Pembual
By : Richard T.G.R

Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. Amsal 8 : 13

Bacaan : Amsal 10 : 6 – 11 


Sejak kecil saya sangat suka membaca dan salah satu majalah yang saya baca adalah Donal Bebek. Majalah Donal Bebek menceritakan petualangan Donal dan keluarganya yang menetap di Kota Bebek. Donal Bebek dikenal sebagai bebek pemarah dan besar mulut sehingga sering mengalami kesulitan karena sifat buruknya. Dalam satu cerita ia pernah harus menempuh jalanan bersalju hanya untuk mengantarkan vaksin ke desa Ayam karena ia sesumbar jago bermain ski, padahal ia tidak bisa bermain ski. Sehingga saat desa Ayam terkena wabah penyakit, ketiga keponakannya memaksa dia yang mengantar vaksin tersebut melawan badai salju. Dengan susah payah Donal terpaksa menempuh badai salju, semua itu terjadi karena ia terlalu mengumbar omong kosong.

Tanpa kita sadari, kadang kita bersikap seperti Donal Bebek, mengucapkan suatu pernyataan tentang diri kita yang tidak sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Mungkin kita sesumbar sangat jago komputer, bisa mereparasi kerusakan computer dengan cepat. Satu kali teman kita meminta tolong untuk membetulkan komputernya padahal sesuangguhnya kita tidak bisa. Apa yang akan kita perbuat? Selain ketahuan bohong dan ternyata tak memiliki kemampuan seperti yang di ucapkan, nama baik kitapun akan buruk dimata orang lain. Kita akan dicap sebagai orang yang hanya bisa omong besar. Saat meneliti lebih lanjut mengapa kita besar mulut, sesungguhnya karena kita tidak percaya diri dan ingin dihargai orang lain. Karena itu kita terpaksa mengarang cerita palsu untuk membuat orang lain tertarik dan memuji diri, walaupun kita sendiri tahu cerita tersebut tidak benar. Dengan kata lain kita menipu diri sendiri.

Menjadi diri sendiri dan bersyukur untuk semua kelemahan dan kelebihan yang sudah Tuhan berikan merupakan salah satu bentuk kejujuran. Orang menghormati dan menghargai kita bukan berdasarkan perkataan yang keluar dari mulut kita semata. Bagaimana mungkin orang lain bisa menghargai kita kalau antara omongan dan perbuatan kita tidak sama. Seandainya orang lainpun tidak tahu bahwa kita hanya omong doang, kita tidak bisa menipu diri sendiri. Hati kecil kita akan menghakimi secara tidak kelihatan untuk semua kebohongan yang kita ciptakan. Mari kita biasakan hidup seperti apa adanya diri kita sendiri, jangan karena ingin hidup seperti orang lain kita harus mengorbankan integritas dan perasaan kita untuk suatu pujian yang sia-sia.

*Di Muat di Renungan Harian Spirit Motivator – Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar