Website counter

Senin, 08 Februari 2010

Menjual Kejujuran


By : Richard T.G.R

Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya. Amsal 16 : 17

Baca : Amsal 21 : 8


Menjelang akhir bulan July 2009, media massa menurunkan sebuah berita tentang dikeluarkannya 11 mahasiswa ITB dari total 14 mahasiswa yang terlibat dalam perjokian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Mereka tertangkap tangan saat melakukan tindakan tidak terpuji ini di Makasar, Sulsel, awal July lalu. Sungguh ironis karena rata-rata mahasiswa ini baru duduk dibangku kuliah tingkat I dan II. Mayoritas dari mereka memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) di atas 3,00. Apa alasan mereka melakukan tindakan ini, padahal mereka cukup cerdas dan duduk di kampus yang terkenal? Kemiskinan. Orangtua mereka berpenghasilan pas-pasan dan saat itu mereka diiming-imingi Rp 30 juta per joki jika berhasil mengegolkan pemakai jasa SNMPTN. Karena ketahuan, uang 30 juta tak pernah didapat, mereka harus menombok biaya tiket pesawat dan dikeluarkan dari ITB.

Tak semua kita hari ini lahir dari keluarga kaya. Ada sebagian kita yang mungkin berhasil kuliah atau sekolah karena mendapat bantuan dana dari saudara, beasiswa atau terpaksa kuliah sambil kerja. Seberat apapun beban hidup atau semiskin apapun diri kita, ingatlah bahwa kejujuran adalah sesuatu yang sangat mahal harganya. Dari kisah nyata diatas, kita bisa melihat kemiskinan dan uang bukanlah alasan untuk kita bisa menjual kejujuran. Memang sangat tidak enak menjadi orang miskin, namun jadilah orang yang jujur. Sekali kita kehilangan kejujuran, kita harus menebus kehilangan itu dengan harga yang amat mahal dan mungkin akibatnya akan kita rasakan seumur hidup kita.

Jangan tergiur ingin kelihatan kaya dimata teman-teman kita, namun hiduplah sesuai kemampuan kita yang sesungguhnya. Harta dan uang yang kita miliki hanya titipan Tuhan. Apa untungnya kita menjual sebuah kejujuran untuk harta yang tidak kekal? Jadilah orang yang jujur apapun kondisi Anda hari ini.


* Di muat di Renungan Harian Spirit Girls – Agustus 2009

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar