Website counter

Senin, 08 Februari 2010

Memberi yang Terbaik


By : Richard T.G.R

Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.
Markus 12 : 44

Baca : Markus 12 : 41 – 44


Dalam gereja kami, ada seorang anggota jemaat bernama Lina. Orangnya sederhana sekali dan pergi kemana-mana naik sepeda onthel yang kondisinya jelek. Karena hanya berpendidikan SD, maka dia hanya bisa bekerja menjadi pembantu rumah tangga yang gajinya kurang dari tiga ratus ribu per bulan. Walaupun pekerjaannya pembantu dan tingkat pendidikannya sangat minim, namun saya sangat terinspirasi dengan ketulusan hatinya. Walau gajinya kecil, namun ia selalu rutin perpuluhan dan tidak pernah mengeluh. Waktu musim hujan turun, ia tetap berangkat gereja dengan semangat walaupun badannya pernah basah kuyup karena terciprat air dari kendaraan yang ngebut menyelipnya. Ia tidak pernah iri hati dengan kami yang notabene lebih berkecukupan namun tetap memberi yang terbaik untuk Tuhan dan gereja.

Pikiran kita dan saya mungkin sama, bagaimana mungkin bisa hidup dengan gaji kurang tiga ratus ribu per bulan, dikurangi perpuluhan, di tengah jaman yang susah begini? Kalau menghitung-hitung secara logika memang tidak mungkin cukup namun ternyata Tuhan mencukupkan semuanya. Lina sampai hari ini tetap bisa mencukupi kebutuhannya, tak ada yang mustahil bagi Tuhan. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Kerap tanpa sadar kita berhitung dengan Tuhan saat memberi perpuluhan atau amal. Gajiku pas-pasan ya Tuhan, nanti nggak cukup sampai akhir bulan. Kita tanpa sadar mengandalkan kekuatan diri sendiri dan tidak mengandalkan Tuhan yang merupakan empunya segala berkat dunia ini. Memberi yang terbaik tidak selalu bisa diukur dari seberapa banyak uang atau harta yang kita berikan atau seberapa mahal peberian kita. Memberi yang terbaik adalah memberi dengan ketulusan dan menjadi berkat bagi orang yang kita beri. Tuhan tidak memuji kita dari seberapa banyak kita memberi namun seberapa tulus dan percaya kita kepada-Nya saat memberi.

Kekayaan yang sejati tidak diukur dari seberapa banyak kekayaan harta duniawi atau berapa banyak uang yang kita punya. Kekayaan yang sejati adalah seberapa banyak kita tulus memberi untuk Tuhan dan sesama. Mari kita mengambil teladan dari seorang Lina yang sederhana untuk kita bisa memberi dengan tulus dari apa yang sudah Tuhan berikan melalui pekerjaan dan berkat yang Tuhan berikan kepada kita.


* Di muat di Renungan Harian Spirit Woman – Mei 2009
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar