Website counter

Sabtu, 13 Februari 2010

Menabur Benih

By : Richard T.G.R

Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu. Pengkhotbah 11 : 1

Bacaan : Pengkhotbah 11 : 1 – 8


Setiap orang di dunia tentu ingin sukses dalam segala hal. Secara materi, kita tentu ingin menjadi orang kaya atau memiliki pekerjaan yang mantap. Secara rohani, kita tentu ingin memenangkan sebanyak mungkin jiwa untuk Yesus. Secara karakter, kita tentu ingin bertumbuh menjadi pribadi yang berkualitas dan masih banyak lagi. Namun sangat di sayangkan tak semua kita hari ini bisa kaya, memenangkan banyak jiwa, atau menjadi pribadi yang berkualitas. Apakah Tuhan tak ingin kita sukses atau kita kurang bekerja keras? Tuhan tentu ingin kita sukses karena Ia menciptakan kita untuk berhasil (Yeremia 29 : 11) hanya sayangnya banyak diantara kita kurang tekun dalam mewujudkan keinginan hati kita.

Untuk sukses kita harus berani mengambil resiko dan menabur sebanyak mungkin usaha untuk setiap impian yang ingin kita capai. Agar bisa di terima bekerja, kita tentu tak bisa berharap pada satu perusahaan namun akan kita kirimkan banyak lamaran kerja pada banyak perusahaan bukan? Untuk mendapatkan satu aplikasi bagi kita yang bekerja di bagian marketing bank, kita tentu tidak akan melobi hanya satu orang namun sebanyak mungkin orang. Untuk kita bisa mendapat satu anggota atau Downline MLM yang kita tekuni, kita tentu akan mengajak sebanyak mungkin teman untuk bergabung. Semakin banyak kita menabur, peluang kita untuk berhasil tentu semakin lebar namun jika kita malas-malasan, jangan pernah berharap kita bisa berhasil.

Untuk bisa sukses dalam segala bidang, kita harus berani menghadapi kegagalan  dan menabur sebanyak mungkin di setiap usaha yang kita tekuni saat ini. Jangan pernah menunggu berkat datang dari langit, namun taburlah sebanyak mungkin benih kesuksesan melalui kerja keras kita sehingga semakin besar peluang kita melihat benih itu besar, bertumbuh dan berbuah sehingga sukses dengan sendirinya datang menghampiri kita.




*Di Muat di RHK Aletea – Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar