Website counter

Jumat, 12 Februari 2010

Ramalan

By : Richard T.G.R

Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah." I Samuel 28 : 7

Bacaan : I Samuel 28 : 4 – 25


Ketik REG Spasi NAMA spasi TANGGAL LAHIR anda, kirim ke XXXX maka Anda akan mengetahui masa depan Anda. Sepenggal kalimat tadi merupakan ucapan tukang sulap yang cukup kondang di negeri ini yang berkata bisa meramal masa depan kita. Ramalan memang sesuatu yang kelihatan menyenangkan, kita jadi bisa mengetahui masa depan walaupun pada kenyataannya ramalan lebih banyak boongnya daripada benarnya. Ramalan sedang menjadi tren yang cukup banyak mendatangkan uang karena kalau kita lihat di televisi, cukup banyak tukang ramal yang iklannya sering muncul. Stasiun televisi, operator selluler, orang yang membuat program ramalan dan sang peramal sendiri tentu mendapat omzet yang gede dari bisnis ramalan.

Ramal meramal sesungguhnya itu sudah ada sejak jaman dahulu. Kalau kita membaca Alkitab, Saul pun menggunakan ramalan untuk meramal nasibnya karena Samuel sudah meninggal dan Tuhan sudah undur darinya. Saking putus asa dan ketakutan, ia meminta bantuan tukang ramal yang notabene bersekutu dengan iblis. Saul yang dulu memerintahkan tentaranya membantai para pemanggil arwah dan roh peramal, malah saat terjepit menggunakan kuasa mereka. Kita tahu endingnya bahwa Saul akhirnya bertemu dengan "roh Samuel" yang berkata Saul dan anak-anaknya besok akan mati. Saul sangat ketakutan mendengar hal itu sehingga ia rebah ke tanah. Ramalan itu menjadi kenyataan, esok harinya Saul mati bunuh diri di medan perang dan anak-anaknya juga mati.

Sebagai orang Kristen, mari belajar dari pengalaman Saul. Ramalan bukanlah suatu jalan keluar dari masalah kita. Dengan percaya ramalan, tanpa sadar kita tidak lagi menyerahkan hidup kita ke dalam tangan kuasa Tuhan, namun berusaha mengetahui masa depan yang bukan wewenang kita dengan cara kita sendiri. Kita oleh Tuhan tak diberi hak mengetahui hari esok. Jatah kita adalah bekerja dan mengikut Tuhan. Kalau hari ini kita masih terikat atau percaya ramalan untuk mengetahui masa depan atau sekedar iseng, buang kebiasaan itu. Tuhan ingin kita percaya kepada Dia bahwa Dia bisa memberikan hari esok yang penuh harapan bukan percaya pada ramalan yang tidak jelas asal – usulnya.


*Di Muat di Renungan Harian Spirit Girls – Februari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar