Website counter

Selasa, 30 Agustus 2011

Mark J Inglis


Baca : Mazmur 126 : 5 – 6
Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dengan Allahku aku berani melompati tembok. (Mazmur 22 : 30)

Mark J Inglis adalah seorang peneliti biologi dan pendaki gunung profesional. Mark sering terlibat dalam kegiatan tim Search and Rescue (SAR) pendaki gunung di Taman Nasional Mount Cook, Selandia Baru. Pada tahun 1982, ketika Mark mendaki gunung tertinggi di Selandia Baru, Mount Cook (3.754 Meter), dia terjebak di udara yang sangat dingin selama 2 minggu sehingga ia mengalami frosbite atau kedinginan hebat. Sehingga, kedua kakinya mengalami radang, dengan kondisi hitam dan membeku sampai ke lutut. Karena kondisi kakinya dinilai parah, kakinya harus diamputasi. Ketika itu Mark baru berumur 23 tahun, padahal sejak umur 12 tahun ia bermimpi bisa mendaki Mount Everest.

Tak lama setelah diamputasi, Mark mendapatkan dan memakai kaki palsu. Dalam waktu sekitar 2 minggu, Mark bisa bergerak lincah dengan kaki palsunya. Meski cacat dan menggunakan kaki palsu, Mark tetap mampu mencetak prestasi. Pada tahun 2000 ia berhasil mendapat medali perak dari The Sydney 2000 Paralympics. Pada tahun 2002, Mark memberanikan diri untuk mendaki gunung lagi, yaitu gunung Mount Cook yang telah membuat sepasang kakinya membeku, dan Mark berhasil. Selanjutnya, Mark mendaki beberapa gunung tinggi yang lain, termasuk puncak Cho Oyu di Nepal, gunung yang tingginya 8.201 meter.

Pada tahun 2006, Mark mewujudkan mimpinya untuk mendaki gunung Mount Everest yang mempunyai ketinggian 8.882 meter. Mark mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dan kemudian mulai mendaki. Butuh waktu 40 hari bagi Mark untuk bisa mencapai puncak Mount Everest. Pendakiannya di gunung tertinggi di dunia ini membuatnya harus kehilangan anggota tubuhnya yang lain, yaitu tiga jari di tangan kanannya karena radang dan hitam membeku. Mark menjadi pemakai sepasang kaki palsu pertama yang berhasil mencapai Mount Everest.

Setelah berhasil memwujudkan impian masa kecilnya, pada tahun yang sama (2006) Mark kemudian mendirikan Trustee of Limbs4All Charitable Trust. Limbs4All merupakan sebuah badan amal yang bertujuan mendukung bantuan bagi penyandang cacat. Bantuan yang diberikan merupakan dana modal yang didapatkan Mark dari bantuan Cambodia Trust. Limbs4All bertindak sebagai payung amal untuk memberikan bantuan kepada penyandang cacat.

Tahun 2010, Mark memimpin dua sampai tiga trek ke negara Nepal setiap tahun untuk mengumpulkan dana proyek Limbs4All di Nepal dan Kamboja. Pada setiap kesempatan, Mark berusaha mencari dana bagi penyandang cacat dan juga membantu penyandang cacat amputasi mendapatkan kaki palsu. Selama enam tahun terakhir Mark telah memberikan inspirasi kepada 100 ribu kaum muda di seluruh dunia sehingga mereka bisa berkembang dan berprestasi. Mark juga menjadi delegasi di PBB dalam even ″Global Creative Leadership Summit″ di New York, AS, pada tahun 2009. Mark juga seorang penulis yang telah menulis lima buah buku tentang pengalaman mendaki gunung dengan kaki palsu dan berbagai motivasi yang diberikan untuk banyak kalangan. Kelima buku itu adalah Legs on Everest, High Tech Legs on Everest, No Mean Feat, To the Max, dan Off the Front Foot.

Dari Mark J Inglis kita bisa belajar bahwa cacat fisik bukanlah penghalang untuk kita tak bisa mengerjakan sesuatu yang bisa dikerjakan orang normal. Mari kita menjadi seorang Jagoan Kristus yang pantang menyerah, selalu semangat, dan optimis dalam menghadapi kesulitan seperti apapun. Beranikah kamu meniru sikapnya? • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Junior – Jumat, 16 September 2011
Pertanyaan    : Apakah aku pantang menyerah menghadapi kesulitan seberat apapun?
Aplikasi          : Jangan Pernah menyerah.
Doa                 : Tuhan, ajar aku tidak mau menyerah menghadapi kesulitan seperti apapun. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar