Website counter

Rabu, 10 Agustus 2011

Hanya Alat Tuhan


Ulangan 8 : 1 – 20
Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. (Ulangan 8 : 17)

Saya memiliki sebuah laptop yang saya gunakan untuk menunjang pekerjaan saya seperti membuat laporan keuangan, memakai internet, membuka facebook, menyimpan artikel-artikel dan lagu, menyimpan gambar, dan membuat tulisan ini. Pertanyaannya adalah, jika tulisan saya dimuat penerbit, siapakah yang akan mendapat honor? Jelas saya. Jika saya mendapatkan uang melalui apa yang saya lakukan dengan laptop saya, siapakah yang berhak memakai uang itu? Saya. Secanggih apapun laptop saya, ia hanya alat yang membantu melakukan apa yang saya mau. Jadi jika laptop itu berhasil membuat tulisan-tulisan yang menarik dan membangun pembaca, sayalah yang berhak mendapat pujian. Jika laptop itu tak mau menuruti kemauan saya, tak bisa saya gunakan mengetik misalnya, berarti ada program yang rusak yang harus segera saya perbaiki.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, hidup kita semua sesungguhnya menjadi alat-Nya Tuhan. Jika kita hebat dalam berdagang, Tuhan berarti memakai kita untuk memuliakan nama-Nya dalam dunia perdagangan. Jika kita seorang dokter, Tuhan ingin kita menyembuhkan banyak orang melalui diagnosa dan resep yang kita berikan. Jika kita seorang tukang bersih-bersih kantor, Tuhan ingin kita memuliakan nama-Nya dengan menjaga kebersihan. Jika kita seorang sopir, Tuhan ingin kita memuliakan nama-Nya dengan mengantarkan barang sampai tujuan dengan selamat, dll. Jadi apapun prestasi atau pujian yang berhasil kita raih karena hal-hal yang sudah kita lakukan, hendaknya semua pujian itu kita kembalikan pada Tuhan. Memang betul segala hasil yang kita terima karena kita sudah berjerih lelah, namun kemampuan yang kita punya berasal dari Tuhan. Bangsa Israel, Simson, dan raja Nebukadnezar mendapat hukuman dari Tuhan karena mereka lupa penyertaan Tuhan saat dipuncak kesuksesan. Hendaknya kita bisa belajar dari kesalahan mereka.

Tuhan-lah sumber kekuatan dan kecerdasan kita sehingga kita bisa menghasilkan banyak hal. Jangan pernah menganggap semua prestasi yang ada karena kepintaran kita, kekuatan kita, atau kepiawaian kita mengelola sumber daya, karena Tuhan membenci orang sombong. Jadilah seperti padi yang semakin merunduk saat semakin berisi. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Jumat, 12 Agustus 2011
Pertanyaan     : Apakah aku sombong?
Aplikasi          : Jadilah rendah hati.
Doa                 : Tuhan, ajar aku semakin rendah hati saat Engkau semakin mengangkatku tinggi. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar