Website counter

Rabu, 10 Agustus 2011

Ketegaran Seorang Ibu


Baca : Kejadian 22 : 1 – 19
Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (Kejadian 22 : 8)

Maisaroh adalah nama seorang ibu dari dua orang anak yang mengungsi di salah satu rumah penduduk di Desa Ngelempong Sari, Kota Yogyakarta ketika Merapi memuntahkan awan panas. Perkenalan saya dan beliau terjadi ketika saya memberikan play terapi untuk anak-anak pengungsi Merapi, termasuk kedua anaknya. Ketika menemani anak-anaknya bermain, ibu Maisaroh kelihatan sangat ceria membantu anaknya memberikan warna pada kertas gambar yang saya berikan. Tutur katanya sama sekali tak menunjukkan kepada anaknya bahwa dia sedang berbeban berat. Ketika selesai bermain dan saya memberikan bantuan berupa anak tulis, barulah beliau mengutarakan isi hatinya.

Suaminya baru saja meninggal dunia terkena awan panas, rumah dan seluruh ternaknya ludes, dan rumah tempat dia menumpang saat ini adalah milik salah satu kerabatnya. Beliau berkata hatinya remuk karena di waktu bersamaan dia harus kehilangan suami dan harta bendanya sekaligus. Di waktu malam, hatinya pun seperti di sayat-sayat ketika mendengar rengekan anaknya bahwa mereka ingin pulang, mereka ingin tidur di kamar mereka, padahal rumah mereka sudah hancur tak bersisa. Di hadapan anak-anaknya dia berusaha tetap tegar dan terus mengasihi karena dia tidak ingin anak-anaknya menderita.

Figure seorang ibu seperti Maisaroh sudah semakin langka belakangan ini. Kebanyakan ibu di jaman sekarang justru menjadikan anak sebagai sasaran kemarahan mereka. Sudah biasa kita dengar seorang ibu terpaksa mendekam di penjara karena menganiaya anak kandungnya. Sebabnya sepele, yaitu karena pertengkaran dengan suami atau anaknya merengek minta susu. Sudah biasa pula kita mendengar seorang bayi di buang di jalan, bahkan di bunuh setelah dilahirkan karena orang tuanya tidak mau bertanggung jawab.

Ketika mereka tertangkap dan ditanya polisi, mereka beralasan bahwa tidak sanggup membiayai sang bayi. Kisah ibu Maisaroh kiranya membuat kita merenung, sudahkah kita menjadi seorang ibu yang mengasihi anak-anak kita dalam segala keadaan? Apakah kita bersikap seperti Abraham yang menunjukkan ketegaran kepada Ishak sekalipun hari itu anaknya harus mati? Kasih ibu sepanjang jalan, mari kita menjadi seorang ibu yang selalu memberi dan mengasihi kepada anak, apapun yang terjadi dan seberat apapun beban menekan pundak kita. • Richard T.G.R

Catatan           : Renungan ini dimuat di Renungan Spirit Woman – Jumat, 19 Agustus 2011
Pertanyaan     : Ibu macam apakah aku?
Aplikasi          : Dukunglah anak-anak kita menjadi anak yang hebat.
Doa                 : Tuhan, tolong bantu aku mendampingi anak-anakku. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar