Website counter

Minggu, 22 Mei 2011

Status


Baca : Yakobus 3 : 1 – 12
Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. Yakobus 3 : 6

Tiga siswi sebuah SMK di Kota Bogor, Jawa Barat, dikeluarkan karena menulis status di situs jejaring sosial Facebook bernada negatif tentang sekolahnya. Tiga siswi yang saya samarkan namanya yaitu A, B, dan C dikeluarkan dari sekolah tanggal 14 Februari 2011, atau enam hari setelah si A menuliskan status di Facebook yang kemudian ditimpali dengan memberi tanggapan suka (like) oleh si B dan C. Dalam Facebook-nya A menulis ″Sekolah saya korupsi looh! Pengen saya basmi!″ Mereka bersama ortunya kemudian mengadukan nasibnya dan meminta bantuan komisi D DPRD kota Bogor. Setelah beberapa anggota DPRD bertemu kepala sekolah mereka, sang kepala sekolah akhirnya berjanji akan menerima mereka. (Sumber : Harian Kompas – Jumat, 4 Maret 2011).

Guys, kisah di Kota Bogor ini hanyalah salah satu kisah buruk dari sekian banyak kisah buruk tentang orang-orang yang harus mengalami malapetaka gara-gara menulis komentar atau pernyataan yang negatif di akun jejaring sosialnya. Memang betul sekarang kebebasan tidak dilarang dan pemerintah mengijinkan kita kritis terhadap berbagai masalah yang ada, namun hendaknya kita tidak sembarangan memberikan penilaian negatif, apalagi kalau penilaian itu hanya asumsi dan tidak didukung bukti-bukti yang kuat. Firman Tuhan emang ngajarin kita untuk berani mengatakan kebenaran, namun kebenaran itu hendaknya didukung bukti yang kuat, bukan hanya sebatas kita asal bicara dan kebingungan ketika ditanya mana buktinya sehingga hukuman yang akan kita terima. Statusmu adalah racunmu jika kamu nggak hati-hati dan mikir terlebih dahulu sebelum nulis. Sebagai murid-murid Yesus, kita harus berani mengatakan kebenaran seperti para rasul di jaman mula-mula namun dengan kata-kata yang benar. Lidah memang tak bertulang kata sebuah lagu tempo dulu sehingga berhati-hatilah menuangkan apa yang terucap melalui lidah, yang kemudian kita tuangkan melalui tulisan.

Masa depanmu ditentukan dari tindakan-tindakan dan perkataanmu sendiri, oleh karena itu hati-hati dalam berbicara atau menuliskan suatu komentar. Jadilah anak Tuhan yang berani mengutarakan kebenaran yang didukung dengan bukti dan fakta yang kuat, bukan hanya semata asal ucap atau tulis tanpa bukti yang kuat. • Stevanny Liem

Pertanyaan    : Apakah aku hati-hati dengan perkataan dan tindakanku?
Aplikasi          : Hati-hatilah dalam bertindak dan bicara.
Doa                 : Tuhan, ajar aku berani mengutarakan kebenaran dengan cara yang benar. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar