Website counter

Selasa, 31 Mei 2011

Gambaru

Baca :Yesaya 53 : 1 – 12
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Yesaya 53 : 7

Melalui layar televisi, jejaring sosial maupun radio, kita tahu seluruh dunia memuji rakyat Jepang atas ketabahan mereka menghadapi tiga bencana sekaligus yaitu gempa bumi, tsunami, dan nuklir yang terjadi pada bulan Maret 2011. Kita melihat bagaimana di Jepang, rakyat dan pemerintah bahu-membahu menyelamatkan korban dan tetap tenang ditengah kekurangan logistik. Di Jepang, kita jarang melihat tangis air mata para korban disorot media, tidak ada posko-poko partai politik dengan spanduk besar yang berebut simpati, posko-posko perusahaan swasta yang berebut menolong demi promosi produk, maupun berkumandangnya lagu-lagu melankolis penuh kesedihan seperti yang sering terjadi di Indonesia saat timbul bencana.

Lalu apa itu gambaru? Gambaru adalah berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan, bekerja hingga batas kemampuan terakhir, atau melakukan suatu daya dan upaya, bahkan yang terpahit sekalipun, untuk mencapai yang terbaik. Gambaru dalam prakteknya adalah seorang murid Yesus yang berani menginjil ke sana ke mari untuk memenangkan sebanyak mungkin jiwa. Gambaru adalah seorang pendeta yang berani menginjil ke daerah-daerah terpencil untuk mewartakan kabar keselamatan. Gambaru adalah hakim yang mati-matian menegakkan keadilan. Gambaru adalah orangtua yang rela bekerja sangat keras supaya anaknya berhasil menjadi orang. Gambaru adalah seorang wirausaha yang bekerja keras meningkatkan penjualan. Gambaru adalah seorang sales yang berjuang sekuat tenaga agar bisa tutup target. Gambaru adalah seorang mahasiswa yang belajar mati-matian agar bisa lulus dengan nilai tertinggi. Di negara Jepang, orang Jepang saat berpisah akan saling berucap ″gambare″ yang artinya ″bekerja keras sampai tujuanmu tercapai″. (Sumber : Rouli Esther Pasaribu – Mahasiswa Indonesia di Jepang).

Ringkasnya : sebagai seorang Kristen mari kita memiliki semangat gambaru karena Tuhan Yesus pun memiliki semangat itu. Tuhan Yesus rela mati untuk kita semua tanpa mengeluh walaupun Ia harus banyak sekali menanggung penderitaan yang sangat berat. Seberat apapun tekanan menimpamu saat ini, jangan pernah menyerah dan jadilah murid Yesus yang mau berjuang sampai titik darah terakhir untuk mencapai keberhasilan. Yesus sudah berjuang sampai titik darah terakhir bahkan mati untuk kita agar kita mendapat penebusan dosa, mari kita tiru semangat juang Yesus dengan berjuang sekuat tenaga menjadi murid yang setia dan berjuang sekuat tenaga untuk menghasilkan prestasi terbaik. • Richard T.G.R

Pertanyaan    : Apakah aku memiliki semangat juang yang tinggi?
Aplikasi          : Berjuanglah sekuat tenaga dalam bidang apapun.
Doa                 : Tuhan, terima kasih untuk teladan yang Engkau berikan. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar