Website counter

Selasa, 31 Mei 2011

Kisah Sebuah Jeruk

Baca : Ibrani 2 : 14 – 26
Dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Ibrani 2 : 2: 16

Marlina (26 tahun), remaja asal Brebes, Jawa Tengah, yang sudah 2,5 tahun tinggal dan bekerja di pabrik pengolahan telur ikan salmon di Kesennuma, Prefektur Miyagi, Jepang, bertutur kepada wartawan tentang kebaikan orang Jepang. Menurutnya, orang Jepang di Kesennuma sering menyambangi rumah kontrakan anak-anak Indonesia dan membagikan makanan. Walaupun beda suku bangsa, mereka menganggap anak-anak Indonesia yang merantau di wilayahnya seperti saudara, bukan pendatang. Saat Jepang dihajar gempa bumi dan tsunami, di pengungsian yang tersisa hanya sebuah jeruk. Orang-orang Jepang itu lalu membagi satu ruas jeruk untuk satu orang tanpa membeda-mbedakan apakah yang menerima orang Jepang atau bukan, semua dapat bagian.

Ketika bus dari KBRI menjemput anak-anak Indonesia ini menuju Tokyo, seorang pengungsi Jepang bernama Mikasa-san menyerahkan kantung plastik berisi roti kepada mereka sebagai bekal perjalanan menuju Tokyo yang jauhnya 330 km dari Kesennuma. Meskipun cuaca waktu itu sangat dingin karena salju turun, hati masing-masing manusia dari dua suku bangsa ini terasa hangat oleh kasih dan rasa hormat kepada kemanusiaan yang tak mengenal batas suku, bangsa, dan agama. (Sumber : Harian Kompas – Jumat, 18 Maret 2011).

Saya tidak tahu apa yang perasaanmu saat membaca tulisan ini, namun saya pribadi merasa terharu dan memberi hormat dengan apa yang saudara-saudara kita di Jepang lakukan. Meskipun mereka kehilangan harta benda dan keluarga, mereka harus bertahan hidup dengan minimnya makanan di tengah cuaca dingin, mereka masih mau berbagi dengan saudara-saudara kita dari Indonesia. Bahkan sebuah jeruk pun mereka bagi supaya semua bisa menikmati. Kisah ini hendaknya mengetuk hati nurani kita untuk kita pun bisa berbagi dan saling mengasihi tanpa harus bencana datang. Sebagai murid Yesus, firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk melakukan tindakan sebagai bukti kita beriman. Pertanyaannya, sudahkah kita melakukannya?

Ringkasnya : untuk bisa memberi dan berbagi itu tak perlu kita harus kaya terlebih dahulu, namun dari seberapa tulus hati kita. Orang-orang Jepang tulus berbagi walaupun hanya sebuah jeruk, kita pun hendaknya bisa berbagi kasih, berapapun kekayaan atau sesuatu yang kita miliki saat ini kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Kasih yang sejati harus dipraktekkan dalam perbuatan dan dalam segala keadaan, meskipun kita harus berkorban untuk melakukannya. • Richard T.G.R

Pertanyaan    : Sudahkah aku mempraktekkan kasih?
Aplikasi          : Mari mengasihi dengan tulus.
Doa                 : Tuhan, ajar aku agar bisa memiliki kasih seperti-Mu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar