Website counter

Kamis, 10 Februari 2011

Lee Myung –bak

Mendengar nama Lee Myung-bak, sebagian kita pasti langsung mengenalinya sebagai presiden Korea Selatan. Lee lahir di Osaka, Jepang, pada tahun 1941. Saat itu orangtuanya menjadi buruh tani di Jepang. Mereka kemudian pindah ke kota kecil, Pohang, Korea. Begitu miskinnya, ia hanya makan ampas gandum. Ketika remaja, Lee menjadi pengasong makanan murahan dan es krim untuk membantu keluarganya. Lee ingin dapat menempuh pendidikan tinggi. "Mimpi saya saat itu adalah menjadi pegawai," kisahnya dalam otobiografinya There is No Myth. Untuk mencari penghidupan lebih baik, pada akhir 1959 keluarganya pindah ke ibukota, Seoul. Namun, nasib mereka tetap terpuruk, menjadi penjual sayur di jalanan. Saat itu, Lee mulai lepas dari orangtua, dan bekerja menjadi buruh bangunan.

Semangat belajar Lee membuahkan prestasi sehingga ia diterima di Korean University, perguruan tinggi terkenal. Untuk membiayai kuliahnya, ia bekerja sebagai tukang sapu jalan. Inilah awal mula titik balik kehidupannya. Ia mulai berkenalan denga politik. Lee terpilih menjadi anggota dewan mahasiswa dan terlibat dalam aksi demo antipemerintah. Ia pun diganjar hukuman penjara percobaan pada tahun 1964. Status itu nyaris membuyarkan impiannya untuk bekerja sebagai pegawai Hyundai Group karena pertimbangan politis. Namun, Lee terus mencari jalan. Ia mengirim surat ke kantor Presiden dan akhirnya diterima sebagai pegawai. Di perusahaan inilah ia mampu menunjukkan bakatnya. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah mempreteli sebuah buldozer, mempelajari cara kerja mesin itu. kelak, Hyundai berhasil memproduksi buldozer yang menjadi mesin uang pada periode 1970-1980. Ia mendapat julukan "Buldozer" karena dianggap selalu bisa membereskan masalah.

Kemampuan Lee mengundang kekaguman pendiri Hyundai, Chung Ju-yung. Berkat rekomendasi Chung, prestasi Lee terus melesat. Setelah 30 tahun di Hyundai, Lee mulai masuk ke ranah politik dengan menjadi anggota dewan pada 1992. Tahun 2002, Lee yang masa kecilnya sangat miskin itu menjadi Walikota Seoul. Dan, tahun 2007, ia terpilih menjadi presiden Korea Selatan. Keberhasilan hidup Lee, mulai dari kemelaratan yang luar biasa hingga menjadi orang nomor satu di Korea Selatan adalah contoh betapa semangat tanpa putus asa dapat mewujudkan impian yang tampaknya mustahil.

Sumber           : Majalah Inspirasi | Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar