Website counter

Senin, 28 Februari 2011

Emosi

Baca : Yohanes 2 : 13 – 25
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Yohanes 2 : 15

Kita sering mendengar ucapan "Jangan emosi," atau "Maklum dia sedang emosi." Pandangan umum mengenai emosi biasanya negatif dan merusak. Padahal, emosi adalah proses persepsi terhadap situasi. Setiap orang berhak merasakan emosi sedih, marah, gembira, atau takut, tapi cara pandangnya tentang emosi bisa berbeda. Emosi adalah unsur penting yang membangkitkan, mempertahankan dan mengarahkan perilaku seseorang. Jika seseorang bisa menggunakan emosinya dengan baik, maka ia bisa memenangkan satu kejuaraan dan meraih medali, menghasilkan satu penemuan yang bermanfaat, atau bertobat dari kesalahannya. Namun jika seseorang menggunakan emosinya dengan buruk, maka ia suka merusak suatu benda seperti suka membanting piring atau melempar piring saat marah, suka memaki-maki orang, atau gampang tersinggung ketika mendapat kritikan.

Apapun jenis kelamin kita, kita tetap mempunyai emosi karena itu adalah cara kita mengeksperikan keinginan. Kita akan selalu membutuhkan emosi, dan kita punya kuasa mengarahkan emosi untuk melakukan tindakan yang baik. Yesus adalah contoh yang patut kita tiru dalam masalah manajemen emosi. Melihat bait Allah menjadi seperti pasar, kotor dan berisik, Yesus emosi dan Dia meluapkan emosi itu melalui tindakan yang positif. Alkitab tidak menulis Yesus mengeluarkan kata-kata kasar atau menulahi para pedagang dengan penyakit kusta. Yesus juga tidak mengirimkan api dari langit untuk membinasakan mereka. Yesus hanya menggusir mereka semua dan menjungkir balikkan semua dagangan yang ada. Kedewasaan seseorang nampak dari seberapa cerdas dia mengelola emosinya. Kalau seseorang membereskan suatu masalah dengan emosi yang salah, contohnya seorang bos begitu gampang ringan tangan kepada bawahan atau memaki-makinya dengan kata-kata kasar karena bawahan itu melakukan kesalahan, bos itu belum bisa mengontrol emosinya.

Semakin besar kemampuan kita mengendalikan emosi dalam situasi-situasi yang sulit, disitulah akan Nampak seberapa kita dewasa. Kedewasaan emosi itu sendiri baru bisa kita capai jika kita mau terlebih dahulu belajar mengungkapkan emosi secara benar dalam situasi-situasi yang sulit seperti tetap tenang saat mendapatkan kritik pedas atau tidak terpancing untuk mengeluarkan kata-kata kotor saat orang lain mencaci maki Anda dihadapan banyak orang.

Ringkasnya : Kelola emosi yang kita punya dengan baik. Emosi yang terkontrol dengan baik dan kita keluarkan dengan benar akan sangat membantu kita semakin dewasa secara karakter dan membuat kita terhindar dari tindakan-tindakan merusak atau melukai orang lain. • Richard T.G.R

Pertanyaan     : Bagaimana caraku selama ini dalam mengungkapkan emosi?
Aplikasi          : Kontrol dan keluarkan emosi secara bijak.
Doa                 : Tuhan, berikan aku panduan agar bisa mengelola emosi secara benar. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar