Website counter

Kamis, 03 Juni 2010

Standar Hidup


By : Richard T.G.R

Dalam sebuah fabel, ada sebuah cerita tentang perlombaan antara anjing dan belalang. Di suatu hutan, hiduplah seorang belalang muda yang sangat hebat dalam meloncat. Karena paling jago meloncat, dia bisa mencapai pohon paling tinggi dan memakan dedaunan paling muda. Suatu hari, belalang di ajak pergi ke suatu desa oleh burung merpati. Setelah tiba di desa tujuan, mereka berpisah satu sama lain dan berjanji berkumpul kembali di tepi sungai saat sore hari untuk kembali ke hutan. Sang belalang muda lalu menghampiri rumah kepala desa dan bertemu anjing penjaga. Ketika mereka saling berkenalan, anjing menyombongkan kehebatannya mengejar maling yang akan menyatroni rumah tuannya atau melompati pagar ketika menakut-nakuti kucing. Tak mau kalah, belalang juga sesumbar bahwa di kaumnya dia adalah belalang paling kuat.

Untuk membuktikan kehebatan belalang, anjing menantang belalang lompat pagar untuk menentukan siapa yang terbaik dan belalang menerima tantangan itu. Anjing segera mengambil ancang-ancang lalu berlari dan dengan sukses melompati pagar. Belalang pun melakukan hal yang sama, namun sayang lompatannya hanya mencapai ¾ tinggi pagar itu. Anjing tertawa terkekeh-kekeh (bayangkan anjing bisa tertawa) melihat belalang gagal. Belalang mengakui bahwa di pertandingan pertama dia gagal, namun dia balik menantang anjing untuk mengikuti pertandingan kedua. Kalau di pertandingan pertama, anjing yang menentukan lomba. Di pertandingan kedua, belalang yang menentukan. Belalang kini menantang anjing untuk mengukur seberapa tinggi mereka meloncat berdasarkan tinggi tubuh mereka. Giliran pertama anjing meloncat, anjing berhasil meloncat setinggi 4 kali tinggi badannya. Giliran kedua belalang meloncat, dia berhasil meloncat setinggi 40 kali tinggi badannya. The End

Apa yang bisa kita belajar dari kisah di atas? Standar kesuksesan hidup masing-masing orang pasti berbeda-beda dan kita tidak mungkin bisa mengukur atau membandingkan kesuksesan hidup kita dengan standar orang lain. Akan sangat bodoh dan menyedihkan saat kita menjadi pribadi yang suka membanding-mbandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kita merasa iri dengan kesuksesan orang lain padahal diri kita pun sesungguhnya cukup sukses. Contoh sederhana masalah standar kesuksesan, adalah diri saya sendiri. Standar kesuksesan saya adalah tahun ini bisa bekerja sama dengan 8 penerbit renungan dan membuat blog pribadi. Sampai saat ini saya sudah berhasil bekerja sama dengan 6 penerbit dan sudah membuat blog pribadi. Sahabat saya Untung Budiono memiliki standar kesuksesan berbeda. Dia tahun ini ingin usaha toko plastiknya berkembang pesat dan mendapatkan laba sekian juta rupiah. Dia juga berencana menikah tahun ini. Nah, di mata Untung Budiono saya mungkin dianggap tidak sukses karena standar saya dan dia berbeda, saya pun sama. Kami tetap saling memuji dan menyemangati, namun standar kami bekerja akan berbeda. Akan menjadi masalah kalau seumpama saya iri dengan kesuksesan Untung. Katakanlah dia usaha tokonya laris manis dan banyak duit sehingga saya iri, bete dan memusuhi. Hal ini akan merusak persahabatan kami.

Pembaca, mari kita belajar mensyukuri talenta dan kemampuan yang Tuhan percayakan pada diri kita saat ini. Jangan pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain karena setiap orang pasti berbeda satu sama lain. Satu kesuksesan yang di raih orang lain belum tentu suatu kesuksesan bagi diri kita, begitu juga sebaliknya. Jangan kita rendah diri saat mendapati banyak sekali pesaing dalam kita mencapai impian. Katakanlah kita ingin menjadi penulis yang cukup terkenal, kita berusaha mengirim naskah kita ke berbagai penerbit dan mengalami berbagai penolakan. Kita pun tak bisa menutup mata melihat banyak penulis beken dan hebat menghiasi sampul buku-buku di Gramedia. Kita merasa bodoh dan nggak level bersaing dengan mereka. Jangan putus asa, coba lagi sampai berhasil. Dahulu saya pun seperti pembaca. Saya mulai dari nol dan mengalami berbagai penolakan. Walaupun di tolak saya terus mencoba dan mencoba sehingga hari ini bisa sukses menjadi penulis walaupun masih amatiran. Hidup ini adalah perjuangan, jadilah seorang sukses dengan standar hidup yang benar. Kalau di hari kemarin kita hanya memiliki satu talenta, hari ini kita harus berkembang sehingga memiliki dua talenta. Kalau tahun kemarin kita hanya berpenghasilan Rp 500.000, tahun ini kita memiliki penghasilan Rp 1.000.000. Kalau kemarin kita belum bisa membahagiakan orang tua, tahun ini kita bisa membahagiakan orang tua. Kalau bulan kemarin hanya bisa menjual 10 produk, bulan ini kita menjual 20 produk. Itulah yang di namakan sukses sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar