Website counter

Kamis, 10 Juni 2010

Semangkuk Bakmi

By : Richard T.G.R

Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" Yunus 4 : 11

Bacaan : Yunus 4 : 1 – 11

Di suatu desa, tinggalah seorang gadis bersama ibunya. Suatu hari, keduanya bertengkar dengan hebat dan akhirnya sang ibu dengan marah menggusir anaknya agar pergi keluar rumah. Dengan berlinang air mata, gadis ini lalu berjalan dan terus berjalan sampai akhirnya tiba di suatu kota. Gadis ini akhirnya merasa lapar dan ingin mengisi perutnya dengan semangkuk mie di sebuah warung mie yang berada tepat didepannya. Apa daya dompetnya tertinggal dirumah saat dia pergi tadi. Dalam kebingungan, sang pemilik warung mie keluar dan bertanya kepadanya mengapa dia kelihatan sedih dan hanya diam di depan warung mie-nya. Gadis ini lalu berkata bahwa dirinya lapar dan ingin sekali makan, namun tak membawa uang. Pemilik warung mie yang baik ini lalu berkata kepada gadis itu untuk masuk saja dan makan, semuanya itu gratis khusus untuknya.

Saat menunggu mie selesai di buat, gadis ini kembali menangis karena ternyata masih ada orang baik. "Kenapa kamu menangis?" tanya pemilik warung mie dengan hati-hati, takut menyinggung perasaannya saat dia mengantarkan semangkuk mie lengkap dengan segelas minuman. "Ah, tidak apa-apa. Saya merasa terharu dengan sikap Anda. Anda sama sekali tidak mengenal saya, namun begitu mudah menolong saya. Sedangkan orang tua saya hanya karena masalah kecil memarahi dan menggusir saya" ucap gadis itu sambil menggusap air matanya. "Jangan begitu. Jangan melebih-lebihkan kebaikan saya hanya karena satu perbuatan baik. Orang tuamu jauh lebih baik daripada saya karena mereka pasti sudah tak terhitung banyaknya memberikan kamu makanan dan perhatian sejak kamu lahir sampai sekarang," ucap pemilik warung dengan bijaksana. Ucapan pemilik warung mie itu mendadak menyadarkan gadis itu bahwa dirinya keliru memandang orang tuanya. Dia lupa akan segala kebaikan ibunya hanya karena satu pertengkaran kecil. Setelah menghabiskan mie dan mengucapkan terima kasih, bergegas dia kembali pulang. Setelah berjam-jam berjalan akhirnya dia sampai di depan rumahnya dan mencium bau harum masakan. Ketika ibunya melihat dirinya masuk, ibunya lalu berkata dari dapur "Kemarilah nak, ibu sedang memasak mie kesukaanmu." Gadis itu sambil menangis lalu memeluk ibunya dan keduanya bertangis-tangisan.

Tanpa kita sadari, seringkali kita bersikap seperti gadis itu kepada Tuhan atau orang tua kandung kita. Hanya karena masalah kecil atau hanya karena Tuhan tak mengabulkan salah satu permintaan kita, kita ngambek kepada Tuhan. Kita merasa Tuhan kok tidak adil, kok Tuhan lebih mengasihi orang yang tidak percaya kepada-Nya, kok Tuhan tidak mau menggabulkan permintaan saya padahal saya sudah hidup taat sesuai firman-Nya, kenapa Tuhan malah memberikan saya berbagai cobaan dan penderitaan sedangkan orang lain yang seenaknya jatuh dosa selalu diberkati? Kita menjadi lupa diri bahwa sejak kita lahir sampai sekarang, tak terhitung banyaknya kasih Tuhan yang kelihatannya tak nampak karena setiap hari kita menikmatinya. Kita setiap hari bisa bernafas dengan mudah tanpa perlu membeli tabung oksigen, ginjal kita bisa bekerja dengan baik sedangkan banyak orang harus cuci darah supaya bisa tetap hidup, kita masih bisa bekerja sedangkan banyak orang di luar sana menjadi pengangguran, kita masih bisa berjalan ke sana ke mari dengan kedua kaki kita sedangkan banyak saudara kita hidup diatas kursi roda, dan masih banyak lagi.

Tuhan selalu mengasihi kita semua dan pasti ada rencana yang indah di balik setiap penderitaan yang Tuhan ijinkan menimpa Anda. Tuhan yang kita sembah hari ini adalah Tuhan yang sama ketika dia mengasihi dan mengampuni orang-orang Niniwe. Tak hanya mengasihi manusia yang jahat, Tuhan juga mengasihi ternak mereka. Ternak yang banyak, kata-kata mengharukan itu masih mendengung ketika Yunus kembali kenegerinya dengan penuh rasa malu. Kita seharusnya malu seperti Yunus kalau selalu lemah rohani hanya karena gesekan-gesekan kecil. Mari kita belajar mengucap syukur dan memandang dengan positif hidup ini karena hidup ini indah dan kasih Tuhan selalu ada untuk Anda dan saya kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar