Website counter

Kamis, 03 Maret 2011

Kasih Orangtua


Baca : Lukas 15 : 11 – 32
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Lukas 15: 20

Almarhum Papa saya hanyalah seorang karyawan toko, namun beliau memiliki impian yang tinggi. Sewaktu saya masih SD, papa berkata kepada saya bahwa kelak saya bisa kuliah dan jadi orang sukses. Tak hanya berharap, sejak itu Papa setiap hari menabung uang koin seribu dan lima ratus rupiah di sebuah kaleng. Setiap hari Papa berangkat jam tujuh pagi dan pulang jam delapan malam agar bisa mendapatkan uang tambahan. Selama 6 tahun yaitu saat saya SMP dan SMA, Papa tak henti-hentinya menabung sehingga saat saya kuliah, sudah terkumpul 20 kaleng berisi uang yang nilainya mencapai 15 juta. Uang itulah yang Papa gunakan untuk membayar uang gedung, uang semesteran, uang SKS, dll. Papa sadar dirinya memang miskin, namun beliau ingin saya tidak mengalami nasib sepertinya. Papa berkorban untuk bisa melihat mimpi menjadi kenyataan. Ada rasa sedih dalam hati saya saat menulis tulisan ini karena saat saya sukses, Papa tak bisa melihatnya karena sudah meninggal dunia.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, masih ingatkah kita saat-saat orangtua begitu keras bekerja, yang kadang kita anggap mereka kurang peduli dengan anaknya, padahal mereka melakukan itu agar bisa membiayai pendidikan kita setinggi mungkin. Ingatkah kita ketika mereka begitu marah saat kita terlambat pulang, yang kita anggap mereka menghalangi kesenangan kita, padahal itu karena mereka sangat kuatir. Masih ingatkah kita saat mereka tak bisa tidur semalaman karena menunggui kita yang terbaring lemah di rumah sakit. Atau, masih ingatkah kita saat mereka ingin kita menjadi ini atau itu, yang kita anggap mereka suka mengatur-atur, padahal mereka ingin hidup kita berhasil.

Seringkali kita baru menyesal dan menghargai pengorbanan mereka setelah tiada, seperti yang saya alami. Kita baru menangis dan merasa sangat kehilangan saat sudah tak punya kesempatan lagi untuk membalas budi baik mereka. Kalau hari ini kita masih diberi kesempatan untuk berbakti kepada orangtua, jangan pernah sia-siakan kesempatan itu. Jadilah anak yang berbakti dan tahu terima kasih dengan memberikan waktu dan apa yang bisa kita berikan kepada mereka. • Richard T.G.R

Catatan : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Rabu, 16 Maret 2011
Pertanyaan : Apakah aku sudah menjadi seorang anak yang berbakti?
Aplikasi : Jadilah anak yang berbakti.
Doa : Tuhan, ajar aku untuk berbakti kepada orangtua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar