Website counter

Kamis, 17 Maret 2011

Budaya yang Berkualitas


Baca : Matius 25 : 14 – 30
Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Matius 25 : 16

Samuel P. Huntington dalam Culture Matters (2000: xiii) menuturkan kisah menarik yang patut kita renungkan. Pada awal tahun 1960-an, data-data ekonomi Korea Selatan dan Ghana nyaris sama. Tiga puluh tahun kemudian, keadaan itu berubah secara mendasar. Korsel berkembang pesat menjadi negara raksasa di bidang industri, masuk dalam 14 negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia, memiliki banyak perusahaan multi nasional, eksportir otomotif, elektronik, dan produk-produk manufacture lainnya. Sedangkan Ghana tetap menjadi negara miskin. Kekacauan politik tidak pernah berhenti, industri nyaris statis, tingkat kesehatan masyarakat tidak mengalami kemajuan dan ekonomi berjalan di tempat. GNP Korsel empat belas kali lebih besar dibanding Ghana. Mengapa ini bisa terjadi? Huntington menyebut ada satu perbedaan mendasar antara Korsel dan Ghana : Budaya! Budaya yang bertumbuh di Korsel adalah kerja keras, disiplin, hemat, suka menabung dan mengutamakan pendidikan. Ghana tidak memiliki budaya ini.

Sebagian orang di Indonesia mengeluh kenapa pemerintah terkesan lambat dalam menangani kemiskinan, lapangan pekerjaan, dan tanggap darurat pada berbagai bencana alam yang sering terjadi belakangan ini. Pemerintah pun di nilai tidak mau peduli dengan nasib para TKI di luar negeri dan justru sibuk mengurusi masalah yang kurang begitu penting gubernur dan wakil gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta atau reshuffle kabinet. Tanpa sadar sebagian orang menjadi individu yang suka menyalahkan keadaan, menyalahkan aparatur negara, menyalahkan sistem negara, menyalahkan para pemimpin dan ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan. Memang dalam beberapa hal pemerintah juga melakukan kesalahan dan beberapa aparatnya tidak becus bekerja, namun bukan berarti kita selalu mengkambinghitamkan orang lain atas kemalangan yang kita terima. Kita pun hendaknya introspeksi diri sebelum mengkritik atau mencela, apakah diri kita sendiri sudah melakukan tindakan yang benar atau kita hanya sebatas bisa bicara?

Ringkasnya : Kalau kita tak mau merubah budaya diri sendiri yang kurang baik dengan budaya berkualitas seperti yang dilakukan rakyat Korea Selatan, jangan salahkan siapapun jika keadaan Anda akan selalu sama. Jangan sia-siakan energi kita untuk menyalahkan orang lain, namun gunakan energi kita untuk memiliki budaya kerja yang berkualitas. Budaya yang baik tak bisa kita capai dalam sehari dua hari namun bertahun-tahun. Kita bisa tumbuh menjadi individu dan pada akhirnya bangsa yang kuat dan besar sehingga sejajar dengan bangsa-bangsa maju seperti Amerika, Jepang dan China, kalau masing-masing kita mau berjuang menjadi individu yang disiplin, bertanggung jawab, pantang menyerah, mau kerja keras dan saling membantu satu sama lain. • Richard T.G.R

Pertanyaan : Seperti apa cara pandangku tentang negaraku?
Aplikasi : Jadilah individu yang memiliki budaya-budaya yang positif.
Doa : Tuhan, ajar aku agar menjadi individu yang berhenti menyalahkan kekurangan orang lain dan belajar memiliki budaya yang positif. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar