Website counter

Sabtu, 31 Maret 2012

Berubah Lebih Dahulu

Baca : Lukas 8 : 26 – 39
Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. (Lukas 8 : 35)

Seorang ayah sangat ingin anaknya yang masih balita kelak memiliki kebiasaan suka membaca. Ayah ini menyadari bahwa dirinya sendiri tidak suka membaca dan tak mau kelak anaknya seperti dirinya. Oleh karena itu ia memaksakan diri untuk mulai suka membaca dengan membeli sebuah buku. Dalam beberapa hari pertama ia hanya sanggup membaca satu lembar dan mata kadang mengantuk. Namun setelah tiga bulan mencoba, tanpa ia sadari ia mulai suka membaca. Ia kembali membeli beberapa buku, termasuk buku anak-anak. Melihat sang ayah suka membaca, anaknya yang baru saja bisa membaca meniru tindakan anaknya dan tanpa disuruh ia suka membaca buku anak-anak yang dibeli ayahnya.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, sebuah kata-kata bijak berkata bahwa nasehat yang paling mujarab adalah perbuatan, dan itu memang betul. Sebab itu sangatlah penting bagi kita semua untuk bukan hanya merenungkan firman Tuhan dan kemudian menggunakannya sebagai ″senjata″ untuk mengoreksi orang lain, namun kebenaran firman itu seharusnya terlebih dahulu kita gunakan untuk mengoreksi diri sendiri. Bagaimana mungkin kita bisa membuat hidup orang berubah kalau kita sendiri tidak berubah lebih dahulu? Contoh sederhananya, kita menasehati orang agar disiplin datang ke kantor, namun kita sendiri suka terlambat. Apa mungkin orang itu menuruti nasehat kita? Orang Gerasa yang dirasuk roh jahat akhirnya bisa menjadi murid Yesus yang menginjili tanah orang Gerasa karena Tuhan terlebih dahulu mengubah hidupnya. Setelah ia waras barulah ia bisa menginjili orang-orang di sekitarnya.

Perubahan hanya bisa terjadi melalui hidup kita dan mengalir kepada orang-orang di sekitar kita jika kita mau terlebih dahulu berubah. Hari ini sudah banyak orang menjadi kritikus yang hanya bisa menuding dan mengoreksi cacat dan cela orang lain namun dirinya sendiri justru lebih jelek daripada orang yang dia koreksi. Mari kita ubah diri kita terlebih dulu sebelum mengubah orang lain. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Jumat, 23 Maret 2012
Pertanyaan     : Sudahkah aku berubah lebih dulu?
Aplikasi          : Ubah diri sendiri lebih dulu sebelum mengubah orang lain.
Doa                : Tuhan, bantu aku berubah lebih dahulu agar bisa menggubah orang lain. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar