Baca : Lukas 8 : 26 –
39
Dan
keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang
kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu
duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka.
(Lukas 8 : 35)
Seorang
ayah sangat ingin anaknya yang masih balita kelak memiliki kebiasaan suka
membaca. Ayah ini menyadari bahwa dirinya sendiri tidak suka membaca dan tak
mau kelak anaknya seperti dirinya. Oleh karena itu ia memaksakan diri untuk
mulai suka membaca dengan membeli sebuah buku. Dalam beberapa hari pertama ia
hanya sanggup membaca satu lembar dan mata kadang mengantuk. Namun setelah tiga
bulan mencoba, tanpa ia sadari ia mulai suka membaca. Ia kembali membeli
beberapa buku, termasuk buku anak-anak. Melihat sang ayah suka membaca, anaknya
yang baru saja bisa membaca meniru tindakan anaknya dan tanpa disuruh ia suka
membaca buku anak-anak yang dibeli ayahnya.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, sebuah
kata-kata bijak berkata bahwa nasehat yang paling mujarab adalah perbuatan, dan
itu memang betul. Sebab itu sangatlah penting bagi kita semua untuk bukan hanya
merenungkan firman Tuhan dan kemudian menggunakannya sebagai ″senjata″ untuk
mengoreksi orang lain, namun kebenaran firman itu seharusnya terlebih dahulu
kita gunakan untuk mengoreksi diri sendiri. Bagaimana mungkin kita bisa membuat
hidup orang berubah kalau kita sendiri tidak berubah lebih dahulu? Contoh
sederhananya, kita menasehati orang agar disiplin datang ke kantor, namun kita
sendiri suka terlambat. Apa mungkin orang itu menuruti nasehat kita? Orang
Gerasa yang dirasuk roh jahat akhirnya bisa menjadi murid Yesus yang menginjili
tanah orang Gerasa karena Tuhan terlebih dahulu mengubah hidupnya. Setelah ia
waras barulah ia bisa menginjili orang-orang di sekitarnya.
Perubahan hanya bisa terjadi melalui hidup
kita dan mengalir kepada orang-orang di sekitar kita jika kita mau terlebih dahulu
berubah. Hari ini sudah banyak orang menjadi kritikus yang hanya bisa menuding
dan mengoreksi cacat dan cela orang lain namun dirinya sendiri justru lebih
jelek daripada orang yang dia koreksi. Mari kita ubah diri kita terlebih dulu
sebelum mengubah orang lain. • Richard T.G.R
Catatan :
Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Jumat, 23 Maret 2012
Pertanyaan :
Sudahkah aku berubah lebih dulu?
Aplikasi :
Ubah diri sendiri lebih dulu sebelum mengubah orang lain.
Doa : Tuhan, bantu aku
berubah lebih dahulu agar bisa menggubah orang lain. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar