Website counter

Rabu, 11 Agustus 2010

Tidak Tahu Diri

Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Markus 12 : 7

Bacaan : Markus 12 : 1 – 12

Ada kejadian "wagu" plus tak lucu terjadi pada awal Agustus 2010 Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Sebuah tanah aset pemprov yang selama ini di tempati warga akan dibangun gedung Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Karena akan di bangun, maka warga di minta pindah secara baik-baik baru kemudian rumah diatas tanah itu dirobohkan. Namun, warga yang menempati lahan itu dengan tidak tahu diri menolak pindah dan justru melakukan tindakan aneh, (maaf) tolol dan tak berotak dengan melakukan aksi menimbun diri di lahan tersebut. Enam orang nekat menimbun diri sendiri dengan tujuan menolak penggusuran tanah dan pemerintah memberikan ganti rugi. Aksi itu hanya bisa bertahan dua jam, karena satu demi satu dari mereka ambruk. Ketika ditanya apakah mereka punya sertifikat dan membayar pajak bumi dan bangunan, mereka menjawab tak punya sertifikat dan tak membayar sepeser pun.

Tak tahu diri dan terima kasih, itulah cap yang saya berikan kepada mereka. Sudah tak punya sertifikat, hidup menumpang, tak bayar pajak, namun saat di suruh pindah minta ganti rugi. Inilah salah satu ironi di negara kita. Ironi yang sama juga terjadi pada jaman Tuhan Yesus ketika menginjili bangsa Israel. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang sebetulnya tahu Yesus adalah Mesias tidak mau mengakuinya dan justru membunuh Yesus karena dianggap merebut kharisma mereka. Mereka takut aib mereka terbongkar dan kenyamanan hidup mereka lenyap karena ulah satu orang bernama Yesus.

Hari ini, sudahkah kita menjadi pribadi yang tahu diri? Apakah kita menggunakan berkat Tuhan dengan sebaik-baiknya atau kita menggunakan berkat itu untuk memuaskan kedagingan diri sendiri? Apakah kita dengan rendah hati menerima masukan dan kritik dari orang lain saat mereka menegur kita? Apakah kita sadar diri bahwa segala sesuatu yang kita punya didunia ini hanya titipan Tuhan semata sehingga kita tak mempertahankannya mati-matian? Kisah di kecamatan Cempaka Putih dan perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur kiranya membuat kita semua selalu tahu diri dan tahu terima kasih atas segala berkat dan rejeki yang Tuhan berikan. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar