Website counter

Minggu, 01 Agustus 2010

Dengarkan Curhatku


Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar. Yesaya 59 : 1

Bacaan : Amsal 17 : 17

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca peristiwa bunuh diri seorang siswi suatu sekolah dengan cara gantung diri. Ketika peristiwa ini disidik oleh pihak kepolisian, ternyata siswi ini bunuh diri karena putus cinta dengan pacarnya dan ironisnya tak ada seorangpun yang sempat mendengar curhatnya. Curhatnya akhirnya bisa tersampaikan dan di ketahui banyak orang oleh selembar kertas yang juga merupakan pesan terakhirnya. Kedua orangtua dan sahabat terdekatnya sangat terpukul kenapa mereka waktu itu terlalu sibuk bekerja sehingga masa bodoh dengan anak itu. Sebelum bunuh diri, anak ini sempat menelepon sahabatnya untuk curhat dan menemui mamanya ketika beliau pulang kantor, namun kedua orang ini menolak mendengarkan dan memberinya nasehat. Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan biasanya datang terlambat.

Sangat sering kita membaca atau mendengar kasus orang bunuh diri dan kebanyakan kita menghakimi orang yang bunuh diri itu pengecut dan tak punya iman. Namun pernahkah kita berpikir bahwa orang tersebut bunuh diri karena kesalahan orang-orang yang tak mau meluangkan waktu dan telinga untuk mendengarkan isi hatinya. Kita sangat sering menuntut orangtua, sahabat, pendeta, atau pacar kita untuk dengarkan curhatku! Namun sudahkah kita menjadi sahabat sejati yang dengan tulus mendengarkan unek-unek sahabat kita? Sudahkah kamu menjadi perpanjangan tangan Tuhan dengan menjadi penghibur di kala duka dan berbagi sukacita di kala berkelimpahan? Apakah selama ini kamu hanya menuntut orang lain untuk mendengarkan curhatmu atau kamu mau menjadi tempat curhat orang lain?

Yesus sepanjang hidup-Nya di dunia selalu meluangkan waktu untuk mendengar curhat orang-orang yang datang pada-Nya, bahkan mendoakan anak-anak kecil (Matius 19 : 13 – 15). Sebagai murid-Nya mari kita meneladani hidup-Nya. jadilah sahabat sejati yang turut menangis ketika sahabatmu menangis dan ikut tertawa ketika sahabatmu bahagia. • Richard T.G.R


Catatan : Artikel ini dimuat di Renungan Spirit Girls – Minggu, 15 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar