Website counter

Selasa, 17 Agustus 2010

Kembali Pulang


Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Lukas 15 : 20

Bacaan : Lukas 15 : 11 – 32

Kasus penculikan anak dengan berbagai motif sudah ada dan sering terjadi sejak ratusan bahkan ribuan tahun silam. Beberapa waktu lalu, kasus penculikan melanda Pulau Bali sehingga para orangtua merasa sangat cemas melepas anaknya pergi sendirian. Teror anak di culik dan bisa saja dibunuh membuat orangtua menuntut polisi bertindak cepat, dan beruntung beberapa waktu kemudian sang penculik anak itu berhasil tertangkap. Ada satu peristiwa yang membuat saya bisa memahami perasaan orangtua walaupun saya belum menikah, adalah satu tragedi yang dialami sebuah keluarga di suatu daerah di Pulau Jawa. Di ceritakan anaknya di culik atau lebih tepatnya di bawa lari oleh temannya, yang dikenal anaknya lewat Facebook. Rasa sayang kepada anak membuat orangtua yang berpendidikan rendah dan (maaf) miskin ini rela melakukan segala cara agar anaknya bisa di ketemukan. Dia melapor kepada pihak kepolisian, mengadukan nasibnya ke TV One yang langsung merespon dengan selalu menyiarkan berita, dan dirinya sendiri tak henti-hentinya berdoa dan meminta bantuan kesana kemari. Akhirnya sang anak ketemu di daerah Batam dalam keadaan hidup. Orang tua ini cukup beruntung karena dalam beberapa kasus anak yang di culik sebagian ditemukan sudah mati. Tak sedikit orang tua yang tak bisa menerima kenyataan ini dan menjadi gila karena merasa sangat kehilangan.

Saya pribadi pernah mempunyai pengalaman tentang kasih sayang orang tua yaitu dari Papa saya. Waktu itu saya duduk di kelas dua SMK dan bermain ke rumah sahabat saya, Untung Budiono sampai larut malam. Saya ketika itu tidak memberitahu Papa karena menurut saya paling-paling Papa sudah tahu ke mana saya pergi, toh Kota Majenang tempat tinggal saya waktu itu tergolong kota kecil. Ketika saya pulang sekitar jam 12 malam, Papa menunggu di depan rumah lalu bertanya saya ke mana saja. Saya jawab main ke rumah Untung, dan dengan tanpa dosa saya balik bertanya kenapa Papa menunggu di depan rumah, bukannya besok harus kembali kerja. Waktu itu Papa menjawab bahwa dia khawatir saya mengalami apa-apa di jalan. Ketika itu saya tidak mengerti kenapa Papa begitu cemas, toh saya anak cowok, buat apa sih Papa begitu cemas? Setelah saya dewasa dan Papa telah tiada, barulah saya mengerti mengapa Papa melakukan itu. Walaupun secara kata-kata Beliau tidak pernah mengatakan sayang atau sejenisnya, namun tindakannya sewaktu masih hidup lebih dari cukup bagi saya untuk bisa mengerti bahwa Papa begitu mengasihi saya.

Hari ini, apapun latar belakang keluarga Anda, tentu masing-masing Anda memiliki orangtua yang begitu mengasihi. Terlepas dari beberapa diantara Anda yang kurang beruntung memiliki orangtua yang kejam dan tidak bertanggung jawab, rata-rata orangtua dengan segala plus minusnya pasti mengasihi anak-anaknya. Macam-macamlah bentuk kasih sayang orangtua. Ada orangtua yang begitu cerewet dan mudah main pukul kalau kita berbuat salah, ada orangtua yang begitu disiplin mengatur waktu kita, ada orangtua yang sengaja memaksa kita belajar ini dan itu walaupun kita tidak suka, ada juga orangtua yang begitu overprotected sehingga ke mana pun kita pergi akan di pantau layaknya kita anak presiden saja. Kalau orangtua kita yang jauh dari kata sempurna saja begitu mengasihi kita dengan cara mereka masing-masing, Tuhan juga sudah melakukan hal sama dengan cara yang sangat sempurna. Tuhan sesungguhnya sangat mengasihi kita semua, tak peduli apapun suku, agama, ras atau pun golongan yang kita anut. Tuhan berikan sinar matahari, udara, dan hujan yang sama kepada seluruh manusia di dunia. Tuhan berikan kita semua pekerjaan, talenta, dan kekuatan untuk kita bisa meraih impian-impian yang ingin kita capai. Tuhan pun mengasihi orang-orang yang dianggap rendah dan bukan siapa-siapa seperti para pelacur, pengemis jalanan, bahkan orang-orang atheis sekalipun. Tuhan sesungguhnya berduka di kala kita meragukan kasih-Nya hanya karena masalah sepele seperti pasangan hidup, pekerjaan atau suatu tragedi yang kita alami, dan kemudian kita meninggalkan-Nya.

Kasih Tuhan yang terbesar sudah dia berikan dengan merelakan anak-Nya yang tunggal mati 2000 tahun lalu dan kasih-Nya tak berhenti setelah Yesus mati, kemudian bangkit dan terangkat ke surga. Tuhan terus mengasihi kita semua sampai hari ini dengan sempurna. Sampai hari ini Tuhan masih menunggu di depan pintu hati kita sama seperti Papa saya yang menunggu saya pulang. Hari ini kalau Anda merasa Tuhan adalah sosok yang jahat, cobalah mengenang kembali kasih sayang orangtua kandung Anda. Kalau Anda kurang beruntung memiliki orangtua yang kejam, cobalah melihat hidup orangtua teman-teman Anda. Orangtua kandung kita kerap menghajar dan seakan-akan membiarkan kita celaka dan menangis karena mereka mengasihi kita. Jangan biarkan Tuhan menunggu terlalu lama dan mari kembali pulang kepada-Nya. tidak pernah ada kata terlambat atau terlalu kotor untuk Anda bertobat dan meminta ampun kepada-Nya. Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yesaya 1 : 18). • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar