Baca : Efesus 4 : 1 –
7
Jawaban
yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas
membangkitkan marah. (Amsal 15 : 1)
Seorang tukang kayu yang buta huruf menerima sepucuk surat dan bingung dengan surat itu. Ia lalu pergi ke toko daging, dan
meminta tolong tukang daging yang bersuara kasar membacakannya. ″Ini surat dari putramu,
isinya : Ayah yang baik, saya sakit dan tidak punya uang sesen pun. Kirimkanlah
saya segera sejumlah uang. Putramu, Bill.″ Dipengaruhi oleh nada suara yang
keras dari tukang daging, tukang kayu itu marah lalu berkata, ″Anak itu
menyangka siapa dia, memerintahkan aku untuk mengirim uang! Aku tidak akan
mengirim uang satu sen pun.″ Dengan marah ia pulang, namun di tengah perjalanan
ia mampir ke rumah tukang jahit untuk meminta tolong dibacakan surat itu. Isi suratnya sama, namun karena si
penjahit membaca dengan lembut, tenang, dan jelas, tukang kayu itu menjadi
sedih. ″Oh, anakku yang malang ,
aku akan segera mengirim uang padamu,″ katanya.
Hamba Tuhan, pesan yang sama namun disampaikan dengan cara
yang berbeda pasti menimbulkan kesan yang berbeda. Sebagai pengkhotbah, kita
tentu harus menyampaikan firman kepada jemaat, dalam menyampaikan firman itu
hendaknya kita bijaksana saat menyampaikan. Kalau kita memang ingin memberikan
teguran, ucapkan dengan kata-kata yang tegas. Sedangkan kalau kita ingin
memberikan semangat pada jemaat yang sedang lemah, kita harus mengucapkannya
dengan kata-kata yang lemah lembut. Ada
kalanya kita harus tegas, ada kalanya harus lemah lembut, dan jangan
terbolak-balik sehingga jemaat salah menangkap pesan yang ingin kita sampaikan.
Cara kita menyampaikan sesuatu sangat mempengaruhi kesan
penerima. Bijaksanalah dalam berkata-kata sehingga pesan yang kita terima
diterima dengan benar dan menimbulkan respon sesuai yang kita inginkan.
Kelemahlembutan adalah bagian dari kasih, mari kita menerapkan hal itu dalam
cara kita menyampaikan firman, cara kita menegur jemaat yang bandel, cara kita
memenangkan orang, dan cara kita bersosialisasi. • Richard T.G.R
Catatan : Renungan ini dimuat di Renungan
Spirit Penuai – Minggu, 17 Juni 2012
Pertanyaan : Bagaimana cara bicaraku selama ini?
Aplikasi : Bijaksanalah dalam menyampaikan
pesan.
Doa : Tuhan, bantu aku untuk
bijaksana dalam menyampaikan pesan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar