Website counter

Selasa, 16 November 2010

Pakaian Terbaik


Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." I Samuel 16 : 7

Bacaan : Kolose 3 : 5 – 17

Ketika kita pergi ke gereja atau pergi menemui seseorang yang kita hormati dan kita anggap penting, biasanya kita akan menggenakan pakaian terbaik. Kita memakai pakaian yang necis, memakai parfum, dan menggenakan sepatu yang sudah di semir. Bagi perempuan, kita akan menata rambut kita sebaik mungkin, merias wajah kita atau menggenakan perhiasan. Intinya kita berusaha agar saat orang lain melihat kita, mereka akan nyaman berada di dekat kita dan minimal memberikan senyum. Nah, biasanya sebagai manusia, kita seringkali memandang sinis ketika melihat ada satu atau dua jemaat datang ke gereja dengan pakaian sederhana. Mereka menggenakan pakaian yang sudah kusam warnanya, sepatunya tidak di semir dan berdandan ala kadarnya. Kita menganggap mereka hanya orang miskin dan tak perlu kita memberikan penghormatan. Lalu apakah salah kita memakai pakaian terbaik dan berdandan habis-habisan ketika datang ke gereja? Tidak, justru bagus dan saya mendukung. Apakah salah kita berpakaian sederhana saat datang ke gereja? Tidak, karena rohani atau salehnya seseorang tidak ditentukan dari pakaian.

Tidak salah kita berusaha tampil sebaik mungkin secara jasmani, tetapi hendaknya kita tidak lupa bahwa ada satu penampilan yang jauh lebih penting daripada pakaian jasmani, yaitu pakaian apa yang kita kenakan di hati kita. Banyak orang Kristen hari ini, termasuk di gereja saya, bisa mengenakan pakaian terbaik dan melayani di gereja, namun menjadi batu sandungan buat orang lain. Mereka sibuk merencakan program gereja ini dan itu, sibuk pelayanan ini dan itu, menggenakan pakaian terbaik saat ibadah, namun tak berempati ketika salah satu saudaranya kesusahan. Seminggu yang lalu saya berangkat ke Kota Yogyakarta bersama dua orang rekan untuk menjadi relawan bencana Merapi. Di saat bersamaan. Perumahan Tanah Mas kebanjiran dan ada dua orang jemaat gereja kami kebanjiran, sehingga harus mengungsi. Saya bangga dengan hati jemaat karena beberapa di antara mereka tanpa di suruh langsung datang membantu membersihkan rumah yang kebanjiran, ada yang dengan ikhlas menampung mereka untuk sementara, ada pula yang mengirimkan makanan. Namun di satu sisi saya merasa malu karena beberapa brother, sama sekali tak membantu. Mereka hanya bisa menulis di blackberry bahwa mereka kasihan, namun tak mau datang membantu. Padahal salah satu brother itu sangat aktif dalam pelayanan.

Kualitas kita sebagai murid Yesus tidak di tunjukkan dari seberapa hebat pekerjaan yang kita miliki, seberapa hebat kita menulis kata-kata rohani di blackberry, atau seberapa hebat kita aktif pelayanan ini dan itu. Kualitas kita terlihat saat kita mau mengorbankan kenyamanan kita untuk peduli kepada saudara-saudara kita yang kesusahan. Tuhan dan manusia akan merasa takjub saat kita membuang kenyamanan kita dan menaruh belas kasihan kepada orang yang kesusahan. Mengutip kata-kata Paulus : Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Mari kita peduli satu sama lain, mari kita membuat bangga Bapa di surga dengan menggenakan pakaian belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar