Website counter

Selasa, 16 November 2010

Dekat di Mata Jauh di Hati


Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Matius 25 : 40

Bacaan : Matius 25 : 31 – 46

Setiap kita, apapun status kita, tentu kita memiliki tetangga di kanan kiri tempat kediaman kita. Baik kita memiliki rumah pribadi, mengontrak, atau indekost, tetangga tetaplah ada di samping kita. Pertanyaannya sekarang, apakah kita mengenal tetangga kanan kiri depan belakang rumah kita? Kenyataan berbicara, rata-rata orang yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Semarang, tidak saling mengenal satu sama lain. Dekat di mata jauh di hati, itulah istilah yang sangat tepat. Begitu mudah kita bisa mengenal mereka karena kita tinggal melangkahkan kaki dan mengetuk pintu rumah mereka. Namun, kebanyakan kita tinggal di rumah hanya saat kita butuh istirahat. Saya memiliki beberapa teman single baik perempuan maupun laki-laki yang hanya balik rumah kalau mau tidur, setelah itu kegiatannya ya di kantor atau di gereja. Ketika ditanya kenal nggak sama tetangga kanan kiri atau minimal bercakap-cakap dengan orang tua, mereka berkata jarang, dengan alasan sibuk ministry ini dan itu atau kerja. Ada juga seorang rekan yang mengontrak rumah, jarang mengunjungi orang tua yang tinggal di desa dengan alasan sibuk ministry.

Banyak orang mengemukakan beraneka alasan untuk menutupi ketidakpedulian mereka terhadap orang lain. Pekerjaan dan pelayanan gereja menjadi alasan klasik untuk menutupi kasih yang sudah menjadi dingin. Mengenal tetangga kanan dan kiri adalah salah satu tolak ukur sederhana untuk mengetahui seberapa besar kepedulian kita. Kalau untuk tetangga kanan dan kiri saja kita tidak mengenal atau minimal tahu nama dan pekerjaannya, bagaimana mungkin kita bisa mengenal dan mengasihi Tuhan. Logika sederhananya, bagaimana mungkin kita bisa mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan, kalau untuk mengenal orang yang kelihatan dan dekat dengan kita saja tidak mampu? Celakanya, banyak orang Kristen hari ini bisa sangat lantang berkata aku cinta Yesus, aku mengasihi Tuhan dan sesama, tetapi dalam kehidupan sehari-harinya nol besar. Cerita penghakiman terakhir kiranya menjadi perenungan untuk kita semua bahwa menyenangkan hati Tuhan itu tidak melulu bicara ministry gereja atau seberapa hebat kita bekerja, tetapi dari berapa banyak kita mau peduli dan berempati dengan orang-orang di sekitar kita.

Tuhan dengan sangat jelas menunjukkan bahwa apapun yang kita lakukan terhadap orang-orang di sekitar kita, itu pula yang kita perbuat untuk Tuhan. Memang tidak salah kita melayani Tuhan, atau bekerja sebaik mungkin. Memang harus kita melayani Tuhan dengan sebaik mungkin. Namun pemberian terbaik untuk Tuhan adalah saat kita mau peduli terhadap orang yang kesusahan dan mengasihi mereka dengan tulus. Salah satu bentuk kita peduli adalah kita tahu pergumulan satu sama lain murid Yesus untuk kemudian saling menguatkan dan hubungan kita dengan tetangga kanan kiri dekat, baik secara jarak maupun hati. Apa yang kita tabur, itulah yang kelak akan kita tuai. Mari kita gunakan setiap hari yang kita punya untuk peduli dan menguatkan satu sama lain di dalam Tuhan dan teruslah berbuat baik kepada siapa saja. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar