Website counter

Rabu, 24 November 2010

Mengucap Syukur

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. I Tesalonika 5 : 18

Bacaan : I Tesalonika 5 : 16 – 18

Sekitar 100 warga Dusun Jarak Kidul, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, berkumpul di pekarangan Masjid Al Hidayat, Jrakah, sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi pada hari Rabu, 17 November 2010. Seusai shalat Idul Adha, dengan beralaskan tikar, mereka menggelar kenduri dan berdoa ditemani hidangan seadanya. Menu makan yaitu mie instan, nasi putih, tempe goreng, perkedel, telur, dan kerupuk. Biasanya warga menggunakan menu sayur dari ladang, namun karena erupsi Merapi, menu ala kadarnya pun tak menjadi masalah. Kenduri yang warga lakukan sudah berlangsung sejak 10 tahun terakhir sebagai symbol syukur atas suburnya alam lereng Merapi. Walaupun tahun ini mereka mengalami musibah, namun kenduri tetap dilakukan untuk meminta keselamatan dan mengucap syukur karena Tuhan masih mengijinkan mereka hidup. Salah seorang warga bernama Sarji, mengaku bersyukur masih bisa merayakan Idul Adha bersama keluarga dan akhirnya bisa pulang dari pengungsian. Walaupun Merapi baru saja membuat warga Dusun Jarak Kidul terpaksa mengungsi, gelak tawa dan senyum mengembang saat menyantap hidangan yang ada, menunjukkan mereka tetap bersukacita.

Dari saudara-saudara kita yang Muslim, mari kita belajar mengucap syukur. Kalau mereka ditengah segala kesusahan saja tetap mampu mengucap syukur, optimis menjalani hidup dan tetap bisa tertawa di tengah kendurian yang terbilang sangat sederhana, bagaimana dengan kita? Apakah karena omzet penjualan yang sepi, kita tidak mampu lagi mengucap syukur? Apakah karena bencana alam yang membuat kita kehilangan harta benda, kita tidak mampu lagi melihat kebaikan Tuhan dan berterima kasih? Apakah karena cinta di tolak pujaan hati, kita marah kepada Tuhan? Sukacita yang sejati hanya nampak saat penderitaan muncul. Sudah hal yang lumrah kita tetap bisa tertawa dan tersenyum saat keadaan baik-baik saja, namun menjadi luar biasa dan menjadi inspirasi bagi orang lain saat kita bersukacita di tengah malapetaka. Teladan tentang bersukacita di berikan Paulus, karena saat dia mengajarkan kepada kita semua untuk bersukacita dalam segala keadaan, Paulus berada dalam posisi yang sangat tidak nyaman. Dirinya sedang mendekam dalam penjara. Cobalah bayangkan keadaan penjara di abad pertama. Kamarnya remang-remang, lembab dan penuh tikus, kaki Paulus di pasung, makan dan minum hanya dikirim satu kali sehari. Mungkin saja Paulus juga dipukuli para sipir penjara atau sesama tahanan. Di tengah segala derita itu, Paulus bisa menulis surat yang menantang para jemaat di Tesalonika untuk bersukacita. Paulus membuktikan bahwa tulisan dan perbuatannya itu selaras.

Paulus membuktikan dirinya mampu bersukacita dalam segala keadaan, kini giliran Anda. Sebagai orang yang mengaku Kristen, tunjukkan Anda tetap bisa bersukacita dalam segala keadaan. Jangan cemberut atau marah-marah hanya karena keadaan tidak sesuai dengan apa yang Anda inginkan atau Anda sedang menderita. Tetaplah optimis di tengah penderitaan dan bersukacitalah. Karena dengan bersukacita, sebuah masalah yang besar akan mengecil dan tuntas plus kita tetap bisa melihat kebaikan-kebaikan Tuhan. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar