Website counter

Selasa, 16 November 2010

Mengapa Ada Bencana?


Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Yesaya 55 : 8

Bacaan : Yesaya 55 : 6 – 13

Pernahkah Anda bertanya, di manakah Tuhan saat banjir bandang melanda Wasior? Di manakah Tuhan saat tsunami meluluhlantakan Mentawai? Di manakah Tuhan saat Gunung Merapi meletus? Banyak orang harus kehilangan sanak keluarga, bapak, ibu atau anaknya karena tidak bisa menyelamatkan diri saat alam menggeliat. Masih segar dalam ingatan saya ketika menjadi relawan di salah satu barak pengungsian, seorang anak diam membisu karena kehilangan ibu bapaknya. Anak ini terpaksa menjadi yatim piatu karena hanya dia satu-satunya yang bisa selamat, karena menginap di rumah bibinya ketika Merapi memuntahkan awan panas.

Banyak diantara kita kadang tidak mengerti mengapa Tuhan seakan membiarkan alam berproses dan melakukan suatu pergeseran seperti tsunami yang kita sebut bencana alam. Gempa bumi, tsunami atau banjir, sesungguhnya adalah reaksi alam yang wajar. Kalau kita mempelajari ilmu pengetahuan alam (IPA) gunung berapi semacam Merapi atau Galunggung pasti akan memuntahkan isi perutnya setelah beberapa lama, bisa tiga tahun lagi, lima tahun lagi atau lima puluh tahun lagi. Lempeng bumi pun pasti akan mengalami pergeseran. Indonesia akan selalu terkena tsunami karena wilayah Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng bumi. Nah, terjadinya pergerakan alam yang lebih umum kita sebut bencana alam, tidak ada yang tahu kapan terjadinya, namun pasti akan terjadi. Bagian kita sebagai manusia adalah waspada dan bisa membaca tanda-tanda alam. Contohnya kalau laut mendadak surut, itu tandanya akan ada tsunami sehingga kita harus buru-buru lari ke tempat yang tinggi. Untuk memahami mengapa Tuhan ijinkan bencana ada, mari kita merenungkan Yesaya 55 : 8. Keinginan hati manusia adalah jangan pernah terjadi bencana, namun itu tidak akan membuat kita bertumbuh. Cobalah bayangkan kalau Merapi tidak pernah meletus. Tanah di sekitar Gunung Merapi tak akan pernah subur karena material yang dikeluarkan Gunung saat meletus mengandung unsur-unsur hara yang menyuburkan tanah. Kalau tsunami tidak pernah terjadi, tidak akan pernah terjadi pertukaran udara di bumi. Kalau banjir tak pernah terjadi, manusia tidak akan pernah tahu betapa pentingnya hutan untuk menjaga pasokan air dan udara di bumi. Bencana mengajarkan kepada kita untuk berempati kepada saudara-saudara yang kesusahan. Melalui bencana, kita belajar membuang kenyamanan kita dan mempraktekan kasih dengan menjadi relawan atau menyumbangkan sebagian uang kita.

Bencana alam mengajarkan kepada kita bahwa manusia itu adalah mahluk yang lemah di hadapan Tuhan. Apa hebatnya manusia karena dengan satu butir abu panas Gunung Merapi saja, tubuh manusia bisa meleleh dan mati seketika? Apa hebatnya manusia karena dengan satu pukulan ombak tsunami, satu kota seperti Aceh luluh lantak dan ratusan ribu nyawa melayang hanya dalam sekian detik saja? Mari kita belajar peka dan bersahabat dengan alam. Jangan hanya melihat dukacita dan keburukan dari suatu bencana, tetapi mari belajar hal-hal yang positif saat bencana terjadi. • Richard T.G.R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar