Baca : Lukas 18 : 18
– 27
Aku
berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan
Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas
18 : 14)
Suatu hari seorang pendeta didatangi dua orang jemaat untuk
konsultasi dan meminta jalan keluar atas masalah yang mereka hadapi. Masalah
keduanya sama, yaitu tidak sanggup membayar hutang yang sangat besar. Selesai
mendengarkan seluruh isi hati keduanya, mereka dinasehati untuk jangan lagi
berhutang dan berdoa sampai hutang itu lunas. Keduanya patuh, sejak saat itu
tiap hari mereka tekun berdoa. Jemaat pertama berdoa begini : ″Tuhan, tolong
lunasi hutang-hutangku dan lindungi aku dari kejaran debt collector.″ Jemaat
kedua berdoa :″Tuhan, Engkau tahu bagaimana kondisiku sekarang, berikan aku
kekuatan untuk dapat melunasi hutang-hutangku saat ini.″ Beberapa bulan
kemudian, jemaat pertama masih sibuk dengan hutangnya, jemaat kedua usahanya semakin
maju karena ia giat bekerja dan berhemat sehingga sebagian hutangnya sudah
lunas.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, cara kita berdoa sangat
menentukan jawaban Tuhan. Banyak orang Kristen salah mengartikan nasihat Yesus
untuk berdoa. Mereka mengira kalau mereka sudah berdoa dengan serius, kalau
perlu tiga kali sehari dibarengi puasa, pasti Tuhan akan jawab doa itu dengan
jawaban yang memuaskan. Betulkah begitu? Belum tentu, tergantung bagaimana doa
kita. Mengapa doa orang Farisi yang notabene saleh hidupnya dengan berpuasa dua
kali seminggu, memberikan sepersepuluh penghasilannya, mematuhi hukum Tuhan,
tidak dikabulkan? Mengapa doa pemungut cukai yang sederhana dan sadar diri akan
hidupnya yang hina justru didengar Tuhan? Karena cara dan sikap mereka dalam berdoa.
Tuhan tidak mungkin mengabulkan doa orang yang sombong, tidak mau berusaha, dan
aktif untuk bekerja mewujudkan apa yang dia minta menjadi kenyataan. Tuhan tak
mau kita doa dengan tujuan lari dari masalah dan melimpahkan masalah itu kepada
Tuhan, namun dia tidak mau bertanggungjawab atas masalah itu.
Jangan pernah jadikan Tuhan sebagai kambing hitam atas dosa
atau kesalahan kita. Kita yang merusak namun Tuhan yang disuruh memperbaiki,
tentu ini sikap yang salah. Berdoalah dengan sikap kita mengaku dosa, siap
bertanggungjawab, dan meminta penyertaan Tuhan supaya kita mampu membereskan. •
Richard T.G.R
Catatan : Renungan ini dimuat di RHK Aletea –
Minggu, 7 Oktober 2012
Pertanyaan : Apakah saya suka lari dari tanggung jawab?
Aplikasi : Berdoalah dengan sikap mau mengaku
dosa.
Doa :
Tuhan, ajar aku merendahkan diri saat berdoa kepada Engkau. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar