Website counter

Senin, 19 April 2010

More than Goal


By : Richard T.G.R

Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. I Korintus 9 : 26

Bacaan : I Korintus 9 : 24 – 27


Beberapa hari yang lalu, saya pergi ke berjalan-jalan ke Mall Ambasaddor, di daerah Kuningan, Jakarta. Setelah asyik berjalan ke sana ke mari dengan beberapa rekan, secara tak sengaja saya menemukan sebuah toko buku di sebuah lantai mall yang menjual dan menyewakan buku-buku. Karena saya sangat suka membaca dan mengkoleksi buku, saya iseng-iseng masuk dan melihat-lihat. Seperti mendapat durian runtuh, ternyata buku-buku yang dijual mendapat diskon lumayan besar sehingga saya membeli cukup banyak buku. Karena merasa sudah puas mendapat banyak buku, saya melakukan kesalahan besar. Saya tak meminta kartu nama toko itu dan mengingat di lantai berapa toko buku itu berada. Ketika seorang teman yang juga pecinta buku mendengar tentang toko itu, dia meminjamkan uang pada saya untuk membeli beberapa buku lagi karena buku-buku yang saya beli cukup menarik dan bermutu sehingga beberapa rekan lain dari Semarang yang tadinya ogah-ogahan membaca tertular kebiasaan saya membaca dan meminjamnya. Ketika kami kembali ke Mall Ambassador, toko buku itu tak berhasil di temukan. Toko itu seperti lenyap di telan bumi. Dua kali kami kembali ke tempat yang sama dan mengelilingi mall itu dari atas sampai bawah, bertanya ke sana ke mari termasuk satpam, tak kunjung juga ketemu sehingga mau tak mau kami harus berhenti karena hari itu kami harus pulang ke Kota Semarang. Saya waktu itu merasa sangat kesal, kenapa ya nggak minta kartu nama dan mengingat letaknya. Namun penyesalan itu sedikit terobati karena cukup banyak juga buku yang sudah berhasil saya beli.

Apa yang bisa kita belajar dari kejadian di atas? Punya tujuan hidup memang perlu, tapi jangan lupa untuk mempersiapkan cara meraihnya. Punya tujuan saja tak cukup untuk kita memperoleh apa yang kita inginkan. Kita juga tak bisa menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginan kita. kita menyuap dosen untuk memberikan nilai bagus, kita mengcopy paste pekerjaan teman yang bagus dengan sedikit perubahan di sana sini, kita sengaja menjelek-njelekan pekerjaan teman di saat meeting kantor, kita marah melihat kesuksesan rekan kerja karena dia rajin sedangkan kita membuat tujuan hidup saja asal-asalan. Dalam Alkitab, kita bisa belajar dari sosok Paulus yang mempunyai tujuan hidup sangat jelas. Paulus tak hanya ingin masuk surga dan mendapatkan hadiah, namun dalam banyak suratnya dia membahas dengan detail tujuan hidupnya. Dia mengibaratkan masuk surga seperti sebuah pertandingan lari sehingga kita harus berusaha semaksimal mungkin agar menang. Dia juga mengajarkan untuk kita tidak sembarangan bertindak, sama seperti seorang petinju yang tidak sembarangan saja memukul. Paulus sangat memperhatikan proses alias cara untuk meraih tujuannya dengan cara melatih diri dan menguasai diri. Ini tentu bukan perkara mudah, banyak karakter buruk yang harus rela kita kikis dan kita ganti dengan karakter Kristus agar kita maksimal. Kita harus rela menyangkal keinginan daging kita dan jatuh bangun melawan dosa. Paulus membuktikan bahwa dia mampu mempertahankan iman dan berjuang sampai akhir, bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar