Website counter

Senin, 26 April 2010

Bagaimana Kita Melihat Tuhan?


By : Richard T.G.R

TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. Nahum 1 : 3

Bacaan : Nahum 1 : 1 – 8


Hubungan kita dengan seseorang sangat ditentukan dari cara kita melihatnya. Kalau selama ini kita menilai seseorang hanya dari segi intelektual atau kekayaannya, maka tindakan kita pun akan sangat berkaitan dengan dua syarat tadi. Katakanlah kita berkenalan dengan orang yang notabene hanyalah lulusan orang SMA dan anak orang tak punya, maka biasanya kita akan kurang menghormati dan tak mau bergaul dengan orang itu. Ceritanya akan lain kalau kita bertemu dengan orang lulusan S2 yang cerdas dan kaya, kita akan sangat respect dan suka bergaul dengannya. Suka atau benci kita bergaul dengan seseorang sangat di tentukan oleh cara pandang kita sendiri. Sekarang bagaimana cara pandang Anda dengan Tuhan? Selama ini Anda menganggap Tuhan sebagai apa? Berikut beberapa cara pandang orang Kristen pada umumnya mengenai Tuhan.

Gembala yang baik (Mazmur : 23 : 1 – 6)
Banyak orang Kristen melihat Tuhan sebagai Bapa yang akan selalu mencukupi segala kebutuhan dan melindungi kita kemana-mana layaknya gembala. Karena hanya melihat Tuhan dari sudut pandang gembala yang baik, banyak orang Kristen menjadi malas dan harus senantiasa di bimbing seperti domba. Mereka menganggap Tuhan akan mencukupkan segala-galanya tanpa mereka perlu bekerja keras. Memang Tuhan adalah gembala yang baik, namun jangan hanya melihat Tuhan dari sisi ini.

Bapa yang sabar (Lukas 15 : 11 – 32)
Masih ingat perumpamaan tentang anak yang hilang? Bapa si anak hilang itu adalah Tuhan kita dan kitalah anak yang hilang. Kita tahu Tuhan maha sabar sehingga tak jarang sebagian kita bersikap kurang ajar pada-Nya. Kita berbuat dosa seenaknya lalu berdoa minta ampun. Setelah diampuni sengaja berbuat dosa lagi yang sama, lalu berdoa minta ampun lagi. Begitu seterusnya. Kita menyalahgunakan kesabaran Tuhan untuk hidup dalam dosa. Ketika pendeta menegor, dengan enteng kita berkata : "Kan Tuhan maha pengampun. Dia akan mengampuni segala kesalahan kita, mengapa Anda sewot?" Kita menganggap jatuh dosa adalah sesuatu yang wajar, toh nanti Tuhan mengampuni, toh Yesus sudah mati buat saya di kayu salib. Ini namanya kita kurang ajar dan mempermainkan kesabaran Tuhan.

Pembuat mujizat (Yohanes 6 : 1 – 15)
Apa perasaan Anda melihat seandainya menjadi salah seorang Israel yang melihat sendiri Yesus memberi makan lima ribu orang hanya dengan lima roti jelai dan dua ikan? Takjub dan pasti menganggap Yesus orang sakti. Kita semua tahu Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang sangat hebat, tidak ada yang mustahil bagi-Nya sehingga banyak dari kita menyalahgunakan kuasa Tuhan. Sebagian kita tanpa sadar bersikap seperti ribuan orang Israel pada masa itu yang ingin di berkati dengan cara instant. Setelah kenyang menerima berkat Tuhan dalam bentuk firman atau berkat secara finansial, kita percaya Tuhan hanya untuk menikmati kuasa-Nya namun tak mau mengikut dan bekerja bersama-Nya. Apa akibatnya? Tuhan justru tegor kita. Bagi yang hanya sekedar Kristen follower, maka kita akan undur secara perlahan-lahan dari Tuhan. Ngapain jadi Kristen kalau melarat terus? Ngapain jadi Kristen kalau saya hidup jujur malah memiliki banyak musuh? Buat apa setia kepada Tuhan kalau saya tak kunjung dapat pendamping hidup? Tuhan memang bisa membuat mujizat, termasuk berkat finansial maupun pasangan hidup. Namun Tuhan juga ingin kita bekerja di ladang-Nya dan menjadi pelaku firman, bukan semata hanya doa minta berkat lalu urusan selesai. Tuhan tak ingin kita menjadi manusia malas yang hanya rajin berdoa namun malas bekerja dan mempraktekkan firman Tuhan.

Tuan yang tak adil (Matius 20 : 1 – 16)
Dalam suatu diskusi Alkitab, saya di tanya mengenai perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur. Si penanya yang sedang belajar Alkitab di gereja kami bertanya kenapa tuan itu berlaku tidak adil? Kok pekerja yang bekerja seharian dan pekerja yang hanya bekerja satu jam saja mendapat upah yang sama? Kok Tuhan lebih memberkati dia yang baru menjadi murid dua atau tiga bulan dengan berkat secara finansial sedangkan aku yang bertahun-tahun berjerih lelah mengikut Tuhan hanya mendapat berkat yang sedikit? Kenapa orang yang baru saja menjadi Kristen di hormati banyak orang, sedangkan aku yang sudah setia sekian lama di anggap biasa-biasa saja oleh jemaat? Pernahkah Anda merasa Tuhan tidak adil? Pernahkah Anda komplain kepada Tuhan mengapa dia yang baru jadi Kristen diberkati luar biasa sedangkan Anda sepertinya mendapat berkat yang biasa-biasa saja? Kita tak berhak mengatur Tuhan begini begitu semau kita, karena seringkali cara pandang kita salah dalam menilai seseorang.

Kita mungkin tidak melihat perjuangan orang yang kelihatannya lebih diberkati itu untuk menjadi Kristen. Dia rela mengorbankan banyak hal untuk ikut Tuhan sedangkan Anda mungkin suam-suam kuku. Jangan pernah membanding-mbandingkan berkat Tuhan karena Anda akan cape sendiri. Selalu akan ada orang yang lebih di berkati dan lebih sedikit di berkati di banding Anda. Menjawab tentang tuan di kebun anggur yang sepertinya tak adil, saya memberikan jawaban yang sederhana. Tuhan itu berlaku adil karena sudah sepakat masalah upah untuk bekerja satu hari (Matius 20 : 2). Kepada setiap pekerja yang bekerja baik dari pagi-pagi benar, pukul sembilan, sampai pekerja pukul lima petang, dia sudah negosiasi harga dan semuanya setuju mendapat upah seperti itu. Tuan itu tidak salah karena semua sudah sepakat masalah upah, mengapa kita menganggap dia tidak adil, di mana letak ketidakadilannya? Suka-suka dia dong mau menggaji berapa para pegawainya, dia yang pegang uang dan memberikan upah, mengapa kita yang sewot dan komplain?

Diktaktor (Matius 10 : 34 – 42)
Ketika kita menganggap Tuhan adalah diktaktor, maka hubungan kita dengannya layaknya tuan dan bawahan yang sangat kaku. Kita patuh dan melakukan segala perintah Tuhan bukan karena kita suka dan sepenuh hati melakukannya, namun karena takut di hukum. Kita sama seperti pegawai yang begitu taat masuk kerja karena takut di potong uang gaji padahal benci dengan apa yang kita kerjakan. Kita setia melakukan segala perintah Tuhan yang kelihatan sangat keras dengan terpaksa karena takut di hukum dan takut tidak diberkati. Tentu hubungan semacam ini harus kita buang karena Tuhan memang Tuan dalam hidup kita, namun Dia tuan yang baik yang memberikan reward untuk hamba yang tekun dan mau bekerja dengan sepenuh hati dan menegor hamba-Nya yang malas dan bekerja asal-asalan atau terpaksa.

Setelah melihat beberapa cara pandang di atas, bagaimana cara pandang yang benar untuk melihat Tuhan? Jangan lihat Tuhan hanya satu sisi namun lihatlah Dia dari banyak sisi. Tuhan memang gembala yang baik, namun sebagai domba-Nya kitapun harus menuruti segala macam perintah dan bimbingan-Nya dan jangan bertindak semau gue sehingga jatuh ke jurang atau di terkam singa. Tuhan kita memang maha sabar dan penuh cinta kasih, namun gunakan kasih pengampunan Tuhan untuk terus memperbaiki diri. Jangan mengulang dosa yang sama, namun perbaharui terus karakter kita agar semakin serupa dengan Kristus. Tuhan kita memang pembuat mujizat, namun mujizat kadangkala tak cukup hanya dengan doa. Mujizat adalah kombinasi antara usaha dan doa. Kalau selama ini mujizat Tuhan yang kita minta tak kunjung terjadi, mungkin kita hanya doa namun tak mau berusaha. Tuhan kita adalah Tuan yang maha kaya dan memberikan berkat sesuai apa yang baik menurut pandangan-Nya, oleh karena itu jangan kita iri hati dan komplain pada Tuhan kalau Dia memberi lebih pada orang yang kelihatannya lebih sedikit melayani di banding kita.

Tuhan kita memang kelihatan seperti diktator, Tuhan tak pernah mau kita main-main dengan firman-Nya. Namun Tuhan bukanlah penguasa yang kejam yang langsung main sikat kalau kita macam-macam. Tuhan akan menegor kita dengan berbagai cara kalau kita mulai menyimpang dalam menjalani firman-Nya. Tuhan kita memang Ayah dan kita anak-anakNya, jadi hormatilah Dia layaknya kita menghormati orang tua. Dengan melihat Tuhan dari berbagai sisi, kita akan memiliki hubungan yang intim dan benar dengan Tuhan. Kita tidak asal-asalan menjadi Kristen, namun kita menjadi Kristen yang melihat Tuhan sebagai sosok yang Maha Kuasa dalam segala posisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar