Baca : Matius 15 : 1
– 20
Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya
kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu
sandungan bagi orang-orang Farisi?" (Matius 15 : 12)
Seorang sahabat pernah berkata kepada saya
untuk hati-hati dalam menulis artikel karena kalau tidak teliti bisa menjadi
batu sandungan. Apa artinya menjadi batu sandungan? Menjadi batu sandungan
kalau diartikan secara sederhana adalah apapun yang kita ucapkan, ajarkan,
tuliskan, atau nasehatkan kepada seseorang atau banyak orang, tidak sesuai
dengan apa yang kita perbuat. Contohnya saya menulis artikel tentang kesabaran.
Saya ajari orang agar mereka sabar dan tidak membalas caci maki dengan caci
maki. Namun dalam prakteknya saya sendiri bukan orang yang sabar dan beberapa
orang yang mengenal saya membaca tulisan saya. Hasilnya mereka bisa lemah
rohani dan memberikan saya label seorang penulis yang hanya bisa berteori.
Mereka bisa menjadi sinis terhadap penulis buku atau artikel rohani lainnya
gara-gara tulisan saya yang bertolak belakang dengan tindakan saya.
WANITA,
saat kita mendapat cap menjadi batu sandungan buat orang lain, tentu rasanya
sangat tidak nyaman. Cara terbaik agar kita tidak menjadi batu sandungan orang
lain adalah hati-hati dalam bertindak, berbicara, atau menulis sesuatu. Kalau
kita memang orangnya gampang naik darah dan belum mampu mengontrol emosi,
jangan nasehati teman kita yang gampang naik darah agar sabar. Kalau kita masih
terikat dosa bohong, jangan mengolok-olok temen kita yang suka berbohong. Kalau
kita masih terikat dosa iri hati, jangan menegor apalagi mengajari temen yang
suka iri hati kepada seseorang. Firman Tuhan dengan singkat padat dan jelas
berkata : Jika ya, hendaklah kamu
katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari
pada itu berasal dari si jahat (Matius 5:37).
WANITA,
orang-orang Farisi mendapat teguran sangat keras dari Yesus karena mereka
sangat taat melakukan adat istiadat Yahudi namun perbuatannya bertolak belakang
dengan perintah Allah, salah satunya tentang menghormati ayah dan ibu. Mari
kita menjadi anak-anak Tuhan yang sesuai antara ucapan dan perbuatan sehingga
setiap orang yang mendengar ucapan dan melihat tindakan kita diberkati dan
memuliakan Tuhan. • Richard T.G.R
Catatan :
Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Sabtu, 28 January 2012
Pertanyaan : Apakah ucapanku sesuai perbuatanku.
Aplikasi : Ajarilah orang lain apa yang sudah bisa kita lakukan.
Doa : Tuhan, ajar aku agar
perkataanku sesuai dengan tindakanku. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar