Website counter

Jumat, 27 Januari 2012

Batu Sandungan

Baca : Matius 15 : 1 – 20
Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?" (Matius 15 : 12)

Seorang sahabat pernah berkata kepada saya untuk hati-hati dalam menulis artikel karena kalau tidak teliti bisa menjadi batu sandungan. Apa artinya menjadi batu sandungan? Menjadi batu sandungan kalau diartikan secara sederhana adalah apapun yang kita ucapkan, ajarkan, tuliskan, atau nasehatkan kepada seseorang atau banyak orang, tidak sesuai dengan apa yang kita perbuat. Contohnya saya menulis artikel tentang kesabaran. Saya ajari orang agar mereka sabar dan tidak membalas caci maki dengan caci maki. Namun dalam prakteknya saya sendiri bukan orang yang sabar dan beberapa orang yang mengenal saya membaca tulisan saya. Hasilnya mereka bisa lemah rohani dan memberikan saya label seorang penulis yang hanya bisa berteori. Mereka bisa menjadi sinis terhadap penulis buku atau artikel rohani lainnya gara-gara tulisan saya yang bertolak belakang dengan tindakan saya.

WANITA, saat kita mendapat cap menjadi batu sandungan buat orang lain, tentu rasanya sangat tidak nyaman. Cara terbaik agar kita tidak menjadi batu sandungan orang lain adalah hati-hati dalam bertindak, berbicara, atau menulis sesuatu. Kalau kita memang orangnya gampang naik darah dan belum mampu mengontrol emosi, jangan nasehati teman kita yang gampang naik darah agar sabar. Kalau kita masih terikat dosa bohong, jangan mengolok-olok temen kita yang suka berbohong. Kalau kita masih terikat dosa iri hati, jangan menegor apalagi mengajari temen yang suka iri hati kepada seseorang. Firman Tuhan dengan singkat padat dan jelas berkata : Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat (Matius 5:37).

WANITA, orang-orang Farisi mendapat teguran sangat keras dari Yesus karena mereka sangat taat melakukan adat istiadat Yahudi namun perbuatannya bertolak belakang dengan perintah Allah, salah satunya tentang menghormati ayah dan ibu. Mari kita menjadi anak-anak Tuhan yang sesuai antara ucapan dan perbuatan sehingga setiap orang yang mendengar ucapan dan melihat tindakan kita diberkati dan memuliakan Tuhan. • Richard T.G.R

Catatan          : Renungan ini dimuat di Renungan Wanita – Sabtu, 28 January 2012
Pertanyaan     : Apakah ucapanku sesuai perbuatanku.
Aplikasi          : Ajarilah orang lain apa yang sudah bisa kita lakukan.
Doa                : Tuhan, ajar aku agar perkataanku sesuai dengan tindakanku. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar