Baca : I Raja-raja 2
: 1 – 12
Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap
TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan
tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya,
seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala
yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju. (I Raja-raja 2 : 3)
Almarhum
Papa saya di masa hidupnya bukanlah seseorang yang kaya atau terkenal. Beliau bekerja
sebagai pelayan toko di kota Majenang. Setiap hari Papa berangkat pukul 7 pagi
ke toko. Di toko ia melayani pembeli yang datang silih berganti. Menimbang
telur, mengangkat dus aqua, membersihkan lantai, menata barang, adalah salah
satu pekerjaan yang beliau lakukan. Papa baru pulang ke rumah sekitar pukul 8
malam. Kalau kita melihat pelayan toko kelontong melayani pembeli, itulah
gambaran pekerjaan Papa saya. Ketika saya lulus SD, Papa berkata ia ingin kelak
saya bisa kuliah di Semarang, melihat penghasilan Papa yang terbilang pas-pasan
saya bertanya kenapa Papa pingin saya bisa kuliah. Papa waktu itu menjawab
bahwa beliau ingin kelak saya tidak seperti dirinya. Papa ingin saya memiliki
pekerjaan yang jauh lebih baik, salah satu sarana penunjangnya adalah dengan
mengenyam bangku kuliah. Harapan Papa itu berhasil saya wujudkan karena
sekarang saya bisa bekerja sebagai penulis.
Ada sebagian orang tua yang tak
ingin anaknya kelak menjadi seperti dirinya karena dia mengharapkan sang anak
jauh lebih baik dari dirinya. Keinginan ini sangatlah baik karena semua orang
tua pasti ingin anaknya tumbuh menjadi anak yang sukses dan berhasil dalam
hidupnya, bukannya mengalami kesusahan dan kekurangan. Sama seperti keinginan
orang tua kita di dunia, Tuhan pun sangat ingin kita hidup dalam kelimpahan,
baik secara duniawi maupun jasmani. Namun mengapa tak semua orang Kristen
mengalami kelimpahan, kenapa ada sebagian orang Kristen masih hidup dalam
kekurangan dan kemiskinan padahal hidup mereka sungguh-sungguh melekat pada Tuhan?
Apakah itu artinya Tuhan pilih kasih? Berkat Tuhan tak bisa kita lihat dari
satu sudut saja.
Sampai hari ini banyak orang salah
mengartikan berkat Tuhan. Berkat Tuhan hanya dilihat dari sudut pandang materi,
jabatan, kesehatan, atau uang. Padahal berkat Tuhan sangatlah banyak. Orang Kristen
yang miskin secara harta dan kesehatan, belum tentu ia miskin secara sukacita dan
karakter berkualitas. Orang Kristen yang kaya secara harta, belum tentu
karakternya berkualitas. Jadi kita tak bisa menilai seseorang diberkati Tuhan atau
tidak, kaya atau miskin, dari apa yang nampak saja. Kita juga harus bisa
menilai dari apa yang tidak nampak. Rahasia untuk kita menikmati berkat Tuhan secara
limpah sesungguhnya sangat sederhana, yaitu setialah kepada Tuhan dan lakukan
apa yang berkenan bagiNya. Mungkin kita saat ini belum menerima berkat secara
materi, namun kita sudah menerima berkat sukacita. Kekayaan materi hanya bisa
kita miliki selama kita hidup di dunia, oleh karena itu jangan jadikan itu yang
terutama. Kejarlah berkat-berkat rohani seperti buah-buah roh dan pengenalan
kita akan Tuhan, sehingga dari waktu ke waktu rohani dan jasmani kita akan
mengalami pertumbuhan. • Richard T.G.R
Pertanyaan : Bagaimana cara pandangku tentang berkat Tuhan?
Aplikasi : Jangan menilai berkat hanya dari apa yang terlihat.
Doa : Tuhan, ajar aku selalu setia kepada-Mu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar