Baca : Ibrani 5 : 11 – 14
Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang
dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang
baik dari pada yang jahat. (Ibrani 5 : 14)
Kuda
lahir tanpa gigi. Baru pada usia 4 bulan ia mempunyai 4 pasang gigi seri. Pada
usia 1 tahun gigi serinya bertambah hingga berjumlah 6 pasang. Pada usia 5
tahun, kuda sudah mempunyai gigi lengkap. Yaitu 12 pasang gigi seri dan 6
pasang geraham. Setelah berusia 5 tahun, pada kuda jantan tumbuh 4 buah gigi lagi,
sedangkan pada kuda betina tidak. Dengan demikian jumlah gigi pada kuda jantan
sebanyak 40 buah, sedangkan pada kuda betina 36 buah. Pada usia 8 tahun
permukaan dasar gigi serinya yang kasar tanggal hingga permukaan gigi itu
berubah menjadi licin. Pada saat itulah seekor kuda dikatakan sudah dewasa.
Dari ciri-ciri fisiknya kita bisa
mengetahui umur kuda, lalu bagaimana cara mengetahui seberapa dewasa usia
rohani kita? Sebuah kata-kata bijak berkata bahwa kedewasaan seseorang tidak
ditentukan dari usia namun dari seberapa banyak tanggung jawab yang kita ambil,
dan itu benar adanya. Sering kita temui ada orang yang sudah dewasa usianya,
namun tingkah lakunya kekanak-kanakan seperti apa-apa minta bantuan pembantu,
atau lari dari tanggung jawab. Menghadapi kesulitan sedikit saja sudah
bersungut-sungut tiada henti dan menyalahkan orang lain. Sebaliknya kadang kita
temui ada anak yang masih imut-imut, namun sudah dewasa secara karakter.
Contohnya dia bisa mengambil makan dan minum sendiri, setelah selesai ia mencuci
piring dan gelasnya sendiri. Padahal usianya baru lima tahun.
Untuk mengetahui seberapa dewasa
rohani kita sesungguhnya sangat mudah yaitu dari seberapa baik kita bisa
membedakan mana yang baik dan yang jahat, dan seberapa bertanggung jawab kita
menyelesaikan setiap tantangan dan masalah yang ada. Apakah kita selama ini
hanya suka melakukan perintah Tuhan yang nyaman buat diri kita seperti berdoa,
mengucap syukur atas gaji yang setiap bulan kita terima, atau kita mau memakan
FirTu yang keras bagi gigi rohani kita? Contohnya kita belajar membimbing adik
rohani yang malasnya minta ampun, dan pendiam. Kita aktif menginjil sekalipun
kadang mengalami penolakan.
Kedewasaan rohani tidak memandang
umur jasmani, sehingga terus latih diri kita agar semakin dewasa dengan terus
melakukan Firman Tuhan yang menantang kita mengalahkan kedagingan. Sulit? Iya.
Namun itulah yang membuat kita tumbuh dewasa. Kalau tidak mau belajar mengunyah
makanan keras yaitu melakukan Firman Tuhan yang menyakiti keinginan daging,
kita selamanya tetap jadi bayi rohani. Jadilah dewasa rohani seiring semakin
bertambahnya umur fisik kita. • Richard T.G.R
Pertanyaan : Apakah aku orang yang dewasa secara
rohani?
Aplikasi : Selalu lakukan perintah Tuhan yang
menyakiti keinginan daging.
Doa : Tuhan, ajar aku tidak
pilih-pilih dalam melakukan firman-Mu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar