Baca : Lukas 12 : 13
– 21
Asal
ada makanan dan pakaian, cukuplah. (I Timotius 6 : 8)
Suatu ketika saya menikmati makan siang di
suatu warung ayam goreng yang enak sekali rasanya, terutama sambalnya. Walaupun
sambalnya pedas, namun saya sangat menikmatinya sehingga sambil menambah nasi
dan sepotong ayam lagi, saya pun minta tambah sambal sampai empat kali. Seorang
teman yang kebetulan makan dengan saya mengingatkan agar jangan makan sambal
terlalu banyak, nanti sakit perut. Waktu itu saya cuek dan tetap saja makan.
Hasil keserakahan saya terasa di malam hari saat saya sedang tidur. Perut saya
terasa mulas dan malam itu saya tak bisa tidur karena beberapa kali saya
terpaksa keluar masuk kamar kecil untuk buang air besar. Akibat serakah dan
menurut hawa nafsu untuk menikmati sambal ayam goreng yang enak, saya harus
membayarnya dengan sakit perut. Melalui renungan ini saya sekaligus mengaku
dosa bahwa saya pernah jatuh dalam dosa keserakahan.
Memang benar bahwa manusia membutuhkan harta
benda dan makanan. Seumur hidup kita butuh uang, makanan, minuman, pakaian,
tempat tinggal, dll. Tuhan pun tahu kita membutuhkan semuanya itu dan Tuhan
pasti akan cukupkan semuanya. Sayangnya tanpa sadar beberapa diantara kita
jatuh dalam dosa keserakahan, yang bentuknya bisa bermacam-macam. Ada yang
jatuh dalam dosa keserakahan masalah makanan seperti yang saya alami sehingga
akhirnya mengalami satu penyakit seperti obesitas atau liver. Ada yang serakah
dalam masalah uang sehingga ia sangat pelit dan selalu memperhitungkan segala
sesuatu dengan asas untung dan rugi. Ada yang serakah dalam masalah pekerjaan,
sehingga dari pagi sampai malam ia bekerja dan terus bekerja sehingga lupa
memberikan waktu untuk Tuhan dan keluarga. Serakah dalam bentuk apapun itu
tidak baik dan merusak diri sendiri. Paulus menasehati kita agar mencukupkan
diri dengan menulis asal ada makanan dan
pakaian, cukuplah. Kita datang ke
dunia tidak membawa apa-apa, kelak meninggalkan dunia pun tak membawa apa-apa.
Yesus menguatkan nasehat Paulus dengan satu perumpamaan tentang orang kaya yang
bodoh. Orang kaya ini memang sukses dalam mengumpulkan harta, namun ia tak bisa
menikmatinya sebab Tuhan menghukumnya karena dia serakah.
Sebagai anak Tuhan kita memang harus memiliki
target hidup yang tinggi dan selalu meningkatkan diri dalam segala hal, namun
jangan serakah mengingini berkat Tuhan dan lupa mengucap syukur. Nikmati hidup
Anda dengan mencukupkan diri dalam segala hal dan selalu mengucap syukur. •
Richard T.G.R
Catatan : Renungan ini dimuat di Renungan Siang
– Minggu, 23 September 2012
Pertanyaan : Apakah saya termasuk orang yang serakah?
Aplikasi : Nikmatilah hidup dengan mencukupkan
diri dalam segala hal.
Doa : Bapa, ajar kami untuk
mencukupkan diri dalam segala hal. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar