Baca : Lukas 15 : 11 – 32
Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah
bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa,
tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk
bersukacita dengan sahabat-sahabatku. (Lukas 15 : 29)
Kita
semua tahu bahwa tidak ada untungnya membanding-bandingkan diri sendiri dengan
orang lain. Kalau orang lain lebih hebat daripada kita, maka akan timbul amarah
dan iri hati. Kalau orang lain lebih rendah daripada kita, akan muncul
kesombongan. Meski kita sudah tahu, namun ada sebagian dari kita sering tergoda
untuk melakukannya. Contohnya : bagi kita yang gadis, kita tergoda untuk
membandingkan penampilan diri sendiri dengan teman satu sekolah, satu kantor,
atau satu gereja. Bagi kita yang pekerja, kita tergoda untuk tahu berapa gaji
kepala cabang kita, berapa gaji rekan-rekan kita, atau berapa pendapatan
pemilik perusahaan.
Kisah tentang anak yang hilang
selain mengajarkan arti pengampunan Bapa, di sisi lain juga mengajar kita untuk
tidak membanding-bandingkan kasih Tuhan. Anak sulung marah dan tak mau masuk
karena ia iri hati kepada adiknya. Ia merasa ayahnya pilih kasih. Ia sudah
setia berbakti dan tak bertingkah macam-macam yang mempermalukan orang tua,
bekerja membanting tulang di ladang selama bertahun-tahun, tak pernah
menghabiskan harta warisan, namun ayahnya tak pernah mengadakan pesta atau
memberikan seekor anak kambing untuk makan-makan bersama para sahabatnya.
Giliran si anak durhaka datang dan membuat malu orang tua, ayahnya malah bikin
pesta. Mungkin saat ini perasaan kita sama seperti si sulung. Aku sudah setia
melayani Tuhan, aku sudah menderita karena melakukan firman Tuhan, aku sudah
berusaha sekuat tenaga melawan dosa. Namun pekerjaanku gajinya biasa-biasa
saja, jodoh tak kunjung datang, minta penghasilan tambahan tak diberi. Giliran
ada koruptor tobat dan masuk gereja, para majelis malah mengadakan syukuran dan
menyanjung-nyanjung si mantan koruptor sebagai domba yang kembali pada tuannya.
Bener-bener nggak adil.
Kalau kita mengalami iri hati
atau marah melihat Tuhan memberkati orang lain, itu sebetulnya karena salah
kita sendiri yang membanding-bandingkan diri kita dengan orang dunia atau
saudara kita yang baru bertobat. Jangan pernah membanding-bandingan diri
sendiri dengan orang lain karena akan selalu ada orang yang lebih hebat dan
lebih beruntung daripada kita dan ada orang yang lebih melarat dan lebih sial
daripada kita. Daripada kita tergoda dan menghabiskan energi untuk membandingkan-bandingkan,
bukankah lebih baik kita mengucap syukur senantiasa atas segala berkat Tuhan
yang boleh kita kelola dan nikmati sampai saat ini? Kalau kita ingin bertumbuh
dalam banyak hal, koreksi diri sendiri dan berubahlah semakin lebih baik. Sehingga
dari waktu ke waktu kita semakin banyak bertumbuh dan diberkati tanpa perlu
marah dan iri hati melihat kesuksesan dan berkat yang orang lain nikmati. •
Richard T.G.R
Pertanyaan : Apakah aku
suka membanding-bandingkan?
Aplikasi : Mengucap
syukurlah atas segala berkat Tuhan.
Doa : Tuhan,
ajar aku tidak membanding-bandingan diriku dengan orang lain. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar