Website counter

Jumat, 14 Oktober 2011

Membanding-bandingkan


Baca : Lukas 15 : 11 – 32
Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. (Lukas 15 : 29)

Kita semua tahu bahwa tidak ada untungnya membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kalau orang lain lebih hebat daripada kita, maka akan timbul amarah dan iri hati. Kalau orang lain lebih rendah daripada kita, akan muncul kesombongan. Meski kita sudah tahu, namun ada sebagian dari kita sering tergoda untuk melakukannya. Contohnya : bagi kita yang gadis, kita tergoda untuk membandingkan penampilan diri sendiri dengan teman satu sekolah, satu kantor, atau satu gereja. Bagi kita yang pekerja, kita tergoda untuk tahu berapa gaji kepala cabang kita, berapa gaji rekan-rekan kita, atau berapa pendapatan pemilik perusahaan.

Kisah tentang anak yang hilang selain mengajarkan arti pengampunan Bapa, di sisi lain juga mengajar kita untuk tidak membanding-bandingkan kasih Tuhan. Anak sulung marah dan tak mau masuk karena ia iri hati kepada adiknya. Ia merasa ayahnya pilih kasih. Ia sudah setia berbakti dan tak bertingkah macam-macam yang mempermalukan orang tua, bekerja membanting tulang di ladang selama bertahun-tahun, tak pernah menghabiskan harta warisan, namun ayahnya tak pernah mengadakan pesta atau memberikan seekor anak kambing untuk makan-makan bersama para sahabatnya. Giliran si anak durhaka datang dan membuat malu orang tua, ayahnya malah bikin pesta. Mungkin saat ini perasaan kita sama seperti si sulung. Aku sudah setia melayani Tuhan, aku sudah menderita karena melakukan firman Tuhan, aku sudah berusaha sekuat tenaga melawan dosa. Namun pekerjaanku gajinya biasa-biasa saja, jodoh tak kunjung datang, minta penghasilan tambahan tak diberi. Giliran ada koruptor tobat dan masuk gereja, para majelis malah mengadakan syukuran dan menyanjung-nyanjung si mantan koruptor sebagai domba yang kembali pada tuannya. Bener-bener nggak adil.

Kalau kita mengalami iri hati atau marah melihat Tuhan memberkati orang lain, itu sebetulnya karena salah kita sendiri yang membanding-bandingkan diri kita dengan orang dunia atau saudara kita yang baru bertobat. Jangan pernah membanding-bandingan diri sendiri dengan orang lain karena akan selalu ada orang yang lebih hebat dan lebih beruntung daripada kita dan ada orang yang lebih melarat dan lebih sial daripada kita. Daripada kita tergoda dan menghabiskan energi untuk membandingkan-bandingkan, bukankah lebih baik kita mengucap syukur senantiasa atas segala berkat Tuhan yang boleh kita kelola dan nikmati sampai saat ini? Kalau kita ingin bertumbuh dalam banyak hal, koreksi diri sendiri dan berubahlah semakin lebih baik. Sehingga dari waktu ke waktu kita semakin banyak bertumbuh dan diberkati tanpa perlu marah dan iri hati melihat kesuksesan dan berkat yang orang lain nikmati. • Richard T.G.R

Pertanyaan    : Apakah aku suka membanding-bandingkan?
Aplikasi          : Mengucap syukurlah atas segala berkat Tuhan.
Doa                 : Tuhan, ajar aku tidak membanding-bandingan diriku dengan orang lain. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar