Website counter

Senin, 17 Oktober 2011

Ideal


Baca : Matius 25 : 14 – 30
Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" (Roma 9 : 20)


Ideal adalah sebuat kata yang disukai semua orang. Namun criteria tentang ideal masing-masing orang jelas berbeda-beda. Umpama bagi si A, dia merasa sudah ideal jika memiliki pasangan hidup yang lebih muda, mendapat pekerjaan sebagai kepala cabang, dan memiliki mobil BMW. Bagi si B, dia merasa ideal kalau memiliki pasangan yang lebih tua, bisa wirausaha, dan punya motor Harley Davidson. Sesungguhnya tidak ada patokan untuk ukuran ideal, namun semua orang suka segala sesuatu yang ideal. Pekerjaan ideal, pasangan ideal, rumah ideal, mobil ideal, dll.

Meski pada kenyataannya ukuran ideal sangat sulit diterapkan, banyak orang terjebak dalam ukuran ideal yang disusun dalam otaknya sendiri atau pengaruh dari komunitas. Kalau kita jeli mengamati iklan televisi, akan kita dapati wanita Indonesia yang ideal menurut iklan, itu kulitnya putih mulus, rambutnya lembut dan panjang, badannya bagus dan tak ada selulit, plus wajahnya lebih muda dari usianya. Gawatnya, sebagian wanita Indonesia termakan rayuan iklan dan berusaha mati-matian agar kulitnya putih, padahal warna kulit dipengaruhi oleh pigmen. Mereka merasa jelek kalau kulitnya kuning langsat, sawo matang atau hitam, padahal itulah sejatinya warna kulit orang Indonesia.

Apakah kita saat ini nggak puas dengan keadaan kita karena melihat hidup orang lain sudah ideal sesuai apa yang kita pikirkan, sedangkan kita belum mencapainya? Ketahuilah, kalau kita terlalu sibuk memikirkan ukuran ideal, tanpa sadar kita tidak mensyukuri berkat-berkat Tuhan. Kalau memang Tuhan berikan kita pekerjaan sebagai pegawai bank, mengapa kita menginginkan pekerjaan sebagai artis, padahal kita sama sekali tak bisa acting? Kalau Tuhan berikan kita kulit  kuning langsat, mengapa kita mati-matian melakukan berbagai usaha agar kulit kita putih? Kalau rambut kita hitam, mengapa kita mati-matian mengecat rambut kita dengan warna merah atau kuning agar mendapat pujian bahwa kita mengikuti mode? Tanpa sadar itu adalah bentuk kita mengingkari atau menolak berkat yang sudah Tuhan berikan. Kita merasa apa yang Tuhan berikan itu jelek, dan kita mempermak pemberian Tuhan sedemikian rupa agar sesuai dengan apa yang kita mau.

Jangan mencontoh hamba yang menerima satu talenta, yang menguburkan talentanya dalam tanah karena menganggap tuannya kejam. Kelola apapun yang Tuhan percayakan kepada kita seperti tubuh, pekerjaan, pelayanan, atau keluarga dengan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin. Jadilah sosok yang ideal menurut apa yang Tuhan mau, yaitu mengembangkan talenta kita dengan maksimal, dan tidak iri dengan talenta yang orang lain punya. • Richard T.G.R


Pertanyaan    : Apakah aku orang yang idealis?
Aplikasi          : Syukuri apa yang ada dan maksimalkan apa yang sudah Tuhan berikan.
Doa                 : Tuhan, ajar aku menjadi pribadi yang ideal sesuai firman-Mu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar