Website counter

Selasa, 30 April 2013

Berkorban, Bukan Mengorbankan

Baca : Efesus 6 : 1 – 9
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Efesus 6:4)

Frederick Douglass menulis pengalaman hidupnya dalam bukunya ″Narrative of the Life of Frederick Douglass, an American Slave.″ Douglass menceritakan tentang perjuangan ibunya membesarkan dia dengan penuh kasih sayang, meskipun ibunya adalah seorang budak yang diperjakan sebagai petani. Dari matahari terbit sampai matahari terbenam, ibunya bekerja keras di ladang. Setelah selesai bekerja, ibu Douglass segera bergegas untuk menemuinya dan harus menempuh jarak 18 km dengan berjalan kaki. ″Ibu ada bersama saya pada malam hari. Beliau akan berbaring di sebelah saya dan menidurkan saya. Namun sebelum saya terbangun di pagi hari, ibu telah kembali ke ladang dan kembali berjalan 18 km agar tidak terkena hukuman cambuk sebab seorang budak harus sudah siap di ladang saat matahari terbit.″

Keluarga yang dikasihi Tuhan, sudah sewajarnya sebagai orangtua kita berkorban buat anak, namun apakah kita sudah berkorban buat Tuhan? Ada sebagian orang hari ini dengan lantang berkata aku sudah mengorbankan pekerjaanku, sudah mengorbankan karierku demi pekerjaan Tuhan, sudah mengorbankan kenyamananku untuk bisa melayani, dan seterusnya. Puji Tuhan kalau kita sudah melakukan itu semua. Namun, di sisi lain Tuhan ingin kita berkorban buat diri-Nya. Berkorban menunjukkan kita memberikan yang terbaik, bahkan memberi dari kekurangan kita. Kita dikatakan berkorban bila kita benar-benar merasa sakit secara kedagingan saat memberikan sesuatu buat Tuhan dan sesama. Ada di antara kita tak pernah tahu siapa ibu kita karena beliau meninggal saat melahirkan kita, itulah berkorban. Ada di antara kita kehilangan waktu kita beristirahat demi membantu saudara yang tertimpa musibah, itulah berkorban. Dan masih banyak lagi.

Selalu ada alasan untuk mengasihani diri sendiri, namun mari kita meniru teladan Tuhan yang mau berkorban lebih dahulu bagi kita, saat kita belum tahu siapa Dia. Sediakan waktu dan segenap potensi yang kita punya untuk orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita dan kita berkorban untuk mereka. • Richard

Catatan          : Renungan ini dimuat di RHK Aletea – Jumat, 12 April 2013
Pertanyaan    : Sudahkah saya berkorban buat Tuhan?
Aplikasi          : Sediakan waktu dan sumber daya untuk orang-orang yang membutuhkan.
Doa                 : Tuhan, ajar kami untuk memiliki hati yang tulus berkorban seperti hati-Mu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar