Baca : Yohanes 3 : 28
– 30
Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3 : 16)
Pernah pada suatu
masa, hiduplah sepasang suami istri yang sangat miskin, namun begitu besar
komitmen di antara mereka untuk selalu bersama. Satu-satunya harta berharga
sang suami hanyalah sebuah jam tangan yang sudah tidak ada rantainya lagi,
sementara sang istri memiliki rambut yang sangat indah sebagai kelebihannya.
Menjelang hari perkawinan emas mereka, masing-masing menyiapkan kejutan untuk
diberikan kepada pasangannya. Ketika hari itu tiba, berulah diketahui sang
suami telah menjual jam tangan tanpa rantainya untuk membelikan hiasan rambut
bagi istri tercintanya, sementara sang istri telah menjual rambut indahnya pada
sebuah industri aksesori, untuk membelikan rantai jam tangan bagi suaminya.
Kasih yang sejati hanya terbukti jika kita mau berkorban
untuk seseorang yang kita kasihi. Seorang ayah nekat menerobos kobaran api yang
meluluhlantakan rumahnya tanpa memperdulikan nyawanya demi menyelamatkan
anaknya yang terjebak dalam kobaran api. Seorang ibu rela merengek-rengek di
depan Istana Negara demi memohon biaya pengobatan bagi anaknya yang menderita
luka bakar. Seorang bapak tua renta rela berjalan kaki dari Jawa Timur sampai
Istana Negara, Jakarta,
demi menuntut keadilan untuk anak yang dikasihinya, yang di tabrak sampai mati
oleh seorang oknum polisi setelah belasan tahun kasusnya di peti es-kan. Tuhan
pun menunjukkan kasih-Nya dengan merelakan anak-Nya mati sebagai korban tebusan
dosa kita. Tuhan rela berikan sesuatu yang paling dicintai-Nya untuk Anda dan
saya sebagai bukti Dia mengasihi kita semua.
Di momen Paskah ini, mari kita bertanya kepada diri sendiri,
apa yang sudah kita korbankan untuk Tuhan? Apakah selama ini kita hanya sekedar
tahu Yesus telah mati untuk kita, namun hidup kita belum mengasihi satu sama
lain? Apakah kita mau peduli dengan kesulitan yang orang-orang di sekitar kita
hadapi? Apakah kita mau menggunakan semua potensi yang Tuhan berikan untuk bisa
mengasihi jiwa-jiwa yang belum di selamatkan? Bukti kita mengasihi dan
menghargai pengorbanan Tuhan adalah saat kita mau kehilangan kenyamanan kita untuk
mengasihi orang lain. • Richard T.G.R
Catatan : Renungan ini dimuat di Renungan
Wanita – Jumat, 06 April 2012
Pertanyaan : Apa yang sudah aku korbankan untuk Tuhan?
Aplikasi : Relakan diri untuk mengasihi orang
lain.
Doa : Tuhan, sentuh hatiku agar mau
keluar dari kenyamananku untuk mengasihi orang-orang disekitarku. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar