Baca : Roma 10 : 4 –
15 dan Kejadian 22 : 1 – 19
Jadi,
iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10 : 17)
Setiap
kita pasti pernah menghadapi masa-masa sulit dalam hidup. Ada masa di mana kita
merasa benar-benar bingung mau berbuat apa. Kita minta bantuan beberapa saudara
seiman, kita malah semakin pusing karena mereka memberikan nasehat yang kadang
bertolak belakang. Kita minta bantuan rekan kerja, mereka memberikan bantuan
yang bagi kita tidak sesuai. Kita meminta bantuan pada perasaan kita sendiri,
perasaan pun kadang bisa menipu. Sebagai wanita, kita berpikir lebih banyak
menggunakan perasaan. Wajar dan tidak salah menggunakan perasaan saat berusaha
menghadapi beberapa masalah, namun jangan pernah jadikan perasaan sebagai alat
utama untuk menyelesaikan masalah.
WANITA, perasaan bisa menipu dan iman kita
kepada Tuhan berbeda dengan perasaan. Bukti sederhananya bisa kita lihat dari
tindakan-tindakan yang saudara seiman lakukan atau tindakan kita sendiri. Banyak orang Kristen
salah mengambil keputusan dan jatuh dalam berbagai-bagai dosa karena mereka
mengandalkan perasaannya, bukan firman Tuhan. Oleh karena itu tak heran ada beberapa
orang Kristen bisa terikat dosa percabulan, dosa cinta akan uang, dosa korupsi,
dosa berbohong, dll. Mereka tertipu dengan perasaan yang membenarkan
tindakannya, salah satunya dengan menganggap Tuhan maha pengasih, yang pasti
akan mengampuni setelah mereka mau mengaku dosa. Namun setelah mengaku dosa,
mereka kembali mengulangi dosa itu. Mereka punya seribu alasan untuk
membenarkan dosanya saat ada saudara seiman menegur. Iman bukanlah seperti itu.
Iman tak pernah kompromi dengan dosa dan patuh akan apapun perintah Tuhan sama
seperti yang di lakukan Abraham.
WANITA, hidup hanya mengandalkan perasaan
sangat berbahaya, apalagi saat kita menghadapi situasi-situasi sulit yang
mengharuskan kita mengambil keputusan sendiri. Jadikan selalu firman Tuhan
sebagai pedoman untuk kita mengambil keputusan dalam situasi apapun sehingga
kita tidak salah bertindak. Percayalah kepada firman Tuhan, bukan kepada
perasaan kita. Perasaan bisa dikuasai kedagingan karena berbagai sebab, namun
firman Tuhan akan selalu sama dari dahulu, sekarang, sampai selama-lamanya.
Jadilah pelaku firman, bukan pelaku perasaan. • Richard T.G.R
Catatan : Renungan ini dimuat di Renungan
Wanita – Sabtu, 4 February 2012
Pertanyaan : Aku mengandalkan Firman Tuhan atau
perasaan?
Aplikasi : Percayalah kepada Firman Tuhan,
bukan kepada perasaan.
Doa : Tuhan, bantu aku untuk
bisa menjadi pelaku firman-Mu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar