Baca : Matius 25 : 1 – 30
Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Matius 25 : 16
Sudah hampir enam tahun saya menjadi guru privat untuk anak-anak les dan sudah tak terhitung banyaknya anak berhasil lulus atau naik kelas selama saya bimbing. Meskipun tidak semuanya naik berhasil naik atau lulus karena ternyata ada dua orang anak didik saya yang gagal naik kelas, saya bangga bisa menjadi guru. Selama 6 tahun perjalanan saya menjadi guru, saya mengamati bahwa setiap orangtua murid sangat berharap anaknya bisa mendapat nilai terbaik dan naik kelas, sehingga mereka rela bekerja keras untuk membayar uang les yang jumlahnya tidak sedikit. Namun sayang tak semua anak mereka memenuhi harapan orangtuanya karena motivasi mereka ikut les berbeda-beda. Ada anak yang ikut les karena terpaksa, takut dengan amarah orangtua jika tidak belajar. Sehingga saat saya ajar mereka biasanya bertingkah seenaknya dan kadang malah mengajak saya bermain, atau malah sibuk sendiri melakukan sesuatu yang bagi dia menyenangkan.
Motivasi yang berbeda jelas membawa dampak yang berbeda. Sekarang bagaimana dengan motivasi kita melakukan segala sesuatu, baik dalam bekerja, dalam berkeluarga, dalam melayani Tuhan atau dalam bidang apapun yang kita geluti? Apakah motivasi kita hanya sekedar menyambung hidup dalam melakukan sesuatu, atau kita sadar betul bahwa hasil yang kelak kita peroleh akan membuat hidup kita lebih baik sehingga kita sungguh-sungguh? Banyak orang hari ini memiliki mimpi besar. Ingin punya pasangan yang seimbang, ingin menjadi anak Tuhan yang rohani, ingin sukses dalam karier, ingin sukses dalam pelayanan, dll. Mereka pun berusaha mati-matian untuk capai semuanya itu. Namun ada sebagian yang gagal di tengah jalan karena memiliki motivasi yang keliru, sama seperti hamba yang memiliki satu talenta. Mereka kerja atau melayani karena terpaksa, bukan sadar diri bahwa apa yang mereka kerjakan membawa berkat untuk diri sendiri atau keluarga. Atau bisa juga mereka mati-matian bekerja untuk memenuhi nafsu duniawi sehingga tak heran Tuhan selalu mengagalkan keinginan mereka.
Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, apakah motivasiku melakukan segala sesuatu? Apakah cenderung untuk menyenangkan diri sendiri, motivasi terpaksa, atau karena kita ingin memuliakan Tuhan. Motivasi kita adalah bahan bakar untuk kita bisa menggubah mimpi jadi kenyataan. Oleh karena itu isi diri kita dengan motivasi berkualitas nomor satu sehingga kita bisa melesat dan berhasil melewati segala macam tantangan yang ada sampai berhasil. Berikan yang terbaik untuk Tuhan dan sesama, maka Tuhan pun akan memberikan yang terbaik untuk kita. • Richard T.G.R
Pertanyaan : Apa motivasiku sebenarnya?
Aplikasi : Miliki motivasi yang berkualitas sehingga mendapat hasil berkualitas.
Doa : Tuhan, ampuni aku bila selama ini memiliki motivasi yang salah. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar